Desahan Di Kamar Sebelah bab 56

55 3 0
                                    



Setiap bulannya pembantu rumah di liburkan selama  satu miggu untuk berkunjung ke kekeluarga mereka, dengan catatan rumah di tinggal dalam keadaan rapi dan bersih.

Aku terus melangkahkan kaki di tangga menuju lantai dua dan mulai berjalan di koridor menuju kamar Dewa.

Mencoba memutar gagang pintu ternyata tidak di kunci, aku masuk ke dalam kamar yang sangat besar dan mewah, dan mulai memeriksa semuanya tapi di kamar ini tidak ada apa pun bahkan jendela semua terkunci, karena tidak menemukan apa-apa aku memilih keluar, tapi saat akan keluar baru ingat belum masuk ke ruang ganti pakaian dan kamar mandi.

Masuk ke ruang ganti juga tidak menemukan apa-apa, sekarang aku kembali membuka pintu kamar mandi  begitu membukanya aku cukup terkejut dengan cahaya lilin warna merah di dalam kamar di sertai aroma kemenyan yang membuat pusing .

Aku menyalakan lampu kamar mandi sehingga terlihat jelas di tengah sebuah lingkaran ada foto Dewa dan keluarga kecilnya, di depan foto itu ada semangkuk darah yang aku tidak tahu itu darah apa,dan untuk apa .

Sekarang aku kebingungan bagaimana caranya untuk membebaskan Dewa, istri dan anak-anaknya, aku tidak berani bertindak gegabah karena bisa berakibat patal.

Belum bertindak,dari kamar ini aku bisa mendengar kalau mamaku sudah pulang karena pintu kamar ini lupa aku tutup jadi bisa terdengar, takut ketahuan dengan segera aku menutup pintu pelan-pelan tapi tidak keluar dari kamar ini melainkan bersembunyi di balik bak mandi.

Lama menunggu akhirnya mamaku masuk ke dalam kamar mandi, menambah kemenyan dan melukai dirinya sendiri kemudian meneteskan darah dari lukanya di atas kemenyan yang sudah terbakar menimbulkan bau anyir.

Entah apa yang di bacanya sampai mamaku terlihat menahan rasa sakit sampai akhirnya jatuh pingsan.

__________________

Malam begitu panjang, entah kapan matahari akan muncul.

"Dewa,, kalau kita menunggu waktu pagi itu mungkin masih lama, karena kita sekarang berada di dunia yang berbeda", ucapku pada suamiku.

"Kamu jaga Ana dan si kembar!, aku akan pergi lagi mencari Kevin ", kata Dewa.

"Dewa bagaimana kalau kami ikut, biar tidak terus kawatir?, jawabku lagi.

"Tika,,, ini bukan hanya tentang kita berdua sayangku, tapi si kembar yang masih balita ,di mobil kalian lebih aman, dalam laci depan ada pisau, di bagasi masih tersedia air mineral dan obat-obatan", kata Dewa sambil mengelus kepalaku aku pun meraih tangannya menciumnya sedalam -dalamnya, karena sangat takut terjadi apa-apa padanya.

Dewa kembali masuk ke dalam hutan dengan membawa parang, aku pun langsung masuk ke dalam mobil dan mengunci pintu mobil.

________________


Waktu terus berjalan akhirnya matahari kembali menerobos masuk melalui celah-celah pohon di dalam hutan.

"Kamu tunggu di sini!, mama akan cari apa yang bisa di makan", ucapku pada putriku.

"Tidak ma, Ana ikut, Ana takut nanti mama gak balik-balik kayak papa dan Kevin", jawab Ana.

Akhirnya kami masuk ke dalam hutan mencari makanan sekaligus mencari Dewa dan Kevin.

Saat tengah berjalan dengan tubuh lelah aku melihat ada seorang laki-laki yang usianya sudah cukup lanjut, karena kawatir dia jelmaan jin jahat, aku langsung menarik tangan Ana untuk bersembunyi.

Tapi sayangnya Hana yang dalam gendongan Ana menangis, membuat orang itu melihat ke sekelilingnya.

"Jangan menggangguku, karena aku bukan dari bagian kalian urus urusan masing-masing!", kata laki-laki itu.

"Ma, Ana rasa dia baik", kata Ana padaku.

Dengan mengucap bismillah kami beranikan diri keluar dari persembunyian dan minta maaf pada laki-laki itu, karena telah mengganggunya.

Laki-laki tua menatap ke arah kami dengan tatapan tidak biasa.

"Kalian lapar?, tanyanya pada kami dan langsung di jawab anggukan oleh Ana.

"Ikut aku!, katanya lagi pada kami, tapi kami diam dan saling pandang karena takut.

"Tidak usah takut, aku muslim", jawab laki-laki tua, mendengar itu kami tanpa ragu mengikutinya .

Cepat sekali rasanya, kami sudah sampai di sebuah desa kecil yang di huni oleh beberapa anggota keluarga, dan mereka menyambut kedatangan kami dengan baik.

Wajah mereka sangat cantik dan rupawan di tengah desa ada masjid yang di dalamnya ada beberapa anak mengaji.

"Mari ikut ke rumahku!, kata laki-laki itu yang ternyata seorang imam di desa ini.

Kami di bawa masuk ke dalam sebuah rumah kayu yang sangat besar dan megah, lalu di antar ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian, baru setelah itu kami di panggil oleh seorang gadis cantik untuk makan siang bersama.

Di meja makan sudah tersedia berbagai macam jenis makanan dan buah.

Setelah membaca doa kami makan bersama, walaupun lapar aku hanya makan sedikit, lain halnya dengan putriku dia makan sangat banyak, sampai keluarga laki-laki tua tersenyum melihatnya.

Setelah selesai makan siang aku berterima kasih pada mereka semua, dan mohon pamit untuk pergi mencari Dewa dan Kevin .

Tapi laki-laki itu terdiam mendengar ku sambil mengelus jenggot putihnya.

"Sebenarnya di antara kami dan jin kafir yang suka memperdayakan manusia sudah berjanji untuk tidak saling ikut campur urusan masing-masing, tapi sebagai sesama muslim aku tidak mungkin menjadi penonton kesulitan saudaraku, aku akan membantumu walaupun sedikit", kata lelaki itu.

Next

Desahan di kamar sebelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang