Desahan Di Kamar Sebelah bab 55

58 2 0
                                    





"Kevin,,,,,,,", teriak Dewa terus memanggil putranya.

Dewa kembali ke arah mobil.

"Kalian tunggu disini, sampai aku kembali!, kata Dewa sambil mengambil parang panjang di bawah kemudi, dia lalu kembali masuk ke dalam hutan.

Aku melirik ke arah jam tanganku, tapi jarum jam tidak berfungsi, begitu juga dengan hp tidak bisa lagi digunakan.

Hutan semakin gelap, suara binatang bersahutan,perut pun mulai terasa lapar, karena capek dan lapar kami tertidur di dalam mobil, begitu bangun ternyata sudah malam, dan Dewa belum juga kembali.

Aku berusaha untuk tidak menangis, karena itu akan membuat putriku semakin takut dan panik.

"Mama, papa dan Kevin kemana?, tangis Ana mulai pecah.

Aku memeluknya erat sedangkan si kembar mulai takut dengan suasana gelap gulita, biar gak nangis segera aku kasih asi.

"Apa kita nyalakan aja lampu kendaraan ma?, biar papa dan Kevin bisa kembali,gak nyasar gitu", usul Ana.

"Ada korek api di laci mobil, kita bakar ranting biar papa bisa melihat cahaya itu, kalau lampu mobil takutnya nanti mengurangi jumlah energi, karena kita gak tau kapan kita bisa keluar dari hutan ini ", jawabku pada putriku.

Setelah berhasil mengambil korek api, aku membuka pintu mobil , dan meminta Ana tetap duduk di pintu mobil sambil memangku dua adiknya, sementara aku mengumpulkan ranting pohon yang hanya di depan pintu mobil.

Setelah terkumpul dan terus berusaha membuat api alhamdulillah kayu akhirnya menyala, membuat sekitar jadi lebih terang.

"Maaa,,, itu siapa?, tanya Ana sambil menunjuk ke arah wanita cantik yang berdiri tidak jauh dari tempat kami.

"Masuk cepat!, ucapku pada putriku.

Setelah kami di dalam mobil dan mengunci pintu mobil, aku menyalakan lampu mobil dan membunyikan klakson berkali-kali, lalu kembali duduk ke kursi tengah memeluk Ana dan si kembar.

"Baca ayat suci Al-Quran, apa pun yang kamu bisa!.

Aku dan Ana terus membaca ayat kursi sampai akhirnya kami terkejut dengan suara ketukan pintu mobil dan suara Dewa.

"Papa,,,,", kata Ana padaku.

"Jangan buka dulu, siapa tahu dia jelmaan jin", jawabku sambil meraih tangan Ana yang akan membuka pintu mobil.

"Ana, Tika, ini aku ', kata Dewa dari luar ,dia juga membaca asma Allah baru setelah itu aku memberikan isyarat pada Ana untuk membuka pintu mobil.

Dewa langsung masuk dan menaruh parang nya di bawah kemudi, lalu pindah ke kursi tengah melihat keadaan kami terlihat jelas wajahnya yang khawatir.

"Di mana Kevin?, tanyaku pada Dewa.

"Aku sudah mencarinya sampai kembali ke rumah itu, tapi tidak ada, aku hampir tersesat tapi aku melihat cahaya mobil, dan bunyi klakson membuat aku langsung berlari ke arah sini ", jawab Dewa sambil mengusap wajahnya.

"Kamu terluka ", ucapku sambil memeriksa keningnya yang mengeluarkan darah.

"Tidak apa, ini hanya luka kecil", jawabnya memegang tanganku.

Setelah lama ngobrol akhirnya Ana tertidur, begitu juga si kembar tertidur di kursi bayinya.

Setelah anak-anak tidur Dewa mengambil koper di bagasi mobil, dan mengganti pakaian di dalam mobil juga.

"Kamu lapar?, tanya Dewa padaku sambil mengelus kepalaku.

"Gak ", jawabku lalu bersandar di pundak kekarnya, tapi Dewa mengangkat wajahku ke wajahnya lalu mencium bibirku, Dewa mematikan lampu mobil , tangannya mulai membuka resleting dress yang ku kenakan, mengangkat tubuhku lebih tinggi dari posisi duduknya.

Rasa hangat dan lembut di dada membuatku menggigit bibir, Dewa seperti kehausan dan aku menikmatinya, sampai akhirnya dia menekan tubuhku ke atas pangkuannya aku menahan suara karena takut anak-anak bangun.

Karena tidak leluasa, Dewa kembali menyalakan lampu mobil , dengan pelan membuka pintu mobil lalu kembali menutupnya.

Dewa menggendongku, membawaku bertumpu pada pohon yang tidak begitu jauh dari mobil , sampai akhirnya kami berdua mencapai bersama.

Dewa terus mencium bibirku seperti masih menginginkannya ,dan benar saja dia memintaku membelakanginya dan kembali membuatku menggelinjang hebat untuk kesekian kalinya.

Walaupun sebenarnya hati dan pikiran sedang tertuju pada Kevin, tapi mungkin dengan ini pikiran jadi lebih rileks.




______________



Melihat mamaku keluar jalan-jalan membawa Adam dengan cepat aku masuk ke kamarnya, memeriksa semuanya, tapi hasilnya nihil entah di mana mamaku melakukan ritual pemujaan.

'Jangan-jangan, di gudang atau kebun belakang rumah', pikiranku langsung menuju gudang, tapi tidak mungkin karena gudang itu di kunci.

Aku pergi ke kebun belakang rumah, di sini hanya dipenuhi berbagai jenis sayur dan buah ,tidak mungkin juga mamaku melakukan ritual pemujaan di sini karena ada tukang kebun.

Kembali berkeliling di sekitar rumah tapi tidak menemukan apa-apa , membuatku emosi.

Sampai akhirnya aku melihat ke arah kamar Dewa yang ada di lantai dua, gorden kamar itu terbang seolah ada angin yang berhembus di dalam .

'Siapa di sana?, bukankah para pembantu lagi cuti, dan mamaku belum pulang', pikirku sambil masuk ke dalam rumah menuju lantai dua.

Next







Desahan di kamar sebelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang