Desahan di kamar sebelah Bab 51

35 3 0
                                    

Malam ini aku membantu Ana mengemas pakaian dan lainnya, besok pagi kami akan  mengantar Ana ke pondok pesantren di tanah kelahiranku.

Bahagia sekali rasanya, akhirnya doaku terkabul.

"Kamu,,, tidur awal biar besok gak telat!, pesanku pada putriku lalu mencium keningnya dan pamit pergi ke kamar.

Di kamar Dewa lagi tepuk badan si kembar biar cepat bobo .

"Tika,,, ini kok tumben si kembar gak tidur-tidur?, tanya Dewa padaku sambil menguap.

"Kamu tidur aja, nanti dia asi kenyang pasti tidur ", jawabku.

Tapi Dewa menolak untuk tidur duluan, dia tetap membantuku nidurin anaknya yang masih balita,sampai akhirnya dia sendiri yang tertidur pulas, aku tahu di kantor dia sangat capek.

Ku selimuti tubuh kekar laki-laki yang sangat aku cintai sambil memandang wajah indahnya, dan lanjut memberikan asi ,hampir jam satu malam baru si kembar dua-duanya tidur ,saking ngantuk nya aku  bawa si kembar tidur di bawah beralaskan karpet tebal, cuma Dewa yang tidur di atas ranjang.

Dan kembali terjaga dengan salah satu balita ku yang bangun nagis, entah lah malam ini dia rewel, karena gak tega dengan Dewa yang tidur aku keluar kamar menenangkan.

Kubawa putri cantikku yang masih balita berjalan di koridor lantai dua rumahku sambil bernyanyi dengan suara kecil.

Di antara sadar atau gak karena rasa gantuk, aku seperti melihat bayangan seorang pria berperawakan tinggi , kalau Dewa dia pasti yamperin.

Karena rasa penasaran aku pergi ke tempat di mana aku melihat bayangan tersebut, dan terkejut hampir berteriak.

"Bibi,,, lagi gapain?, tanyaku pada pengasuh Adam dengan wajah kaget.

"Gak nyonya, tadi bibi dengar ada suara dari atas makanya bibi cepat naik ke lantai atas, eehh taunya nyonya ", jawab bibi pengasuh.

"Tapi tadi ,, perasaan aku lihat seorang pria tinggi  melintas ", aku coba memberi tahu bibi.

"Mungkin nyonya kecapean jadi berhalusinasi ", jawab bibi yang menurutku ada benarnya.

Aku pun pergi ke kamar untuk istirahat.

"Aldo,, kita baru saja masuk ke dalam rumah ini, jangan langsung melakukan hal bodoh, kamu harus sabar!, kata mamaku setelah Tika pergi.

________________

Dewa dan anak-anak sudah di dalam mobil menuggu ku, aku masih membantu pengasuh memberikan Adam obat, karena tiba-tiba dia demam.

"Kalian tunggu dulu,papa mau lihat mama di dalam!, ucap Dewa pada anak-anaknya yang hanya di jawab anggukan.

"Tika kamu gapain?, tanya Dewa begitu masuk ke dalam kamar Adam dan melihat aku mengendongnya.

"Adam demam tinggi, dia nagis terus ", jawabku.

"Kan ada pengasuh, apa gunanya ", jawab Dewa lagi.

"Kamu dan anak-anak berangkat duluan!, nanti aku sama si kembar belakang di antar sopir ".

"Kamu kira aku percaya sama sopir itu?, kalau pengasuh itu tidak bisa merawat dan membuat Adam tenang pecat saja!, cari beby sister yang berpengalaman!, marah Dewa membuat aku kesel.

"Ya udah bibi, aku pergi dulu ya kalo ada apa-apa langsung telpon!, pesanku pada pengasuh lalu pergi ke mobil menyusul Dewa dan anak-anak.

Di dalam mobil aku diam saja, aku gak suka dengan sikap Dewa tadi seharusnya dia menghargai perasaan pengasuh,dan sayang pada Adam, Dewa yang tahu aku kesal tidak berani menegurku .

Lama perjalanan ke kampung ku memakan waktu seharian, jadi kami turun makan siang di warung makan tepi jalan, aku menatap jalan yang panjang dan berbelok-belok yang tertutup daun kering terlihat damai tapi menyeramkan.

"Ini di mana ya pa?,kok hutan semua rumah cuma satu,dua", tanya Kevin.

"Ini jalan pintas menuju pondok pesantren, kalau lewat jalan menuju rumah nenek lebih jauh", jawab Dewa pada putranya.

"Kamu tahu dari mana jalan pintas ini?, tanyaku pada Dewa sambil memegang tegkuk ku yang tiba-tiba meremag.

"Google map", jawab Dewa singkat.

Kami duduk di kursi kayu depan warung makan, seorang wanita paruh baya keluar menyapa kami.

"Bu,, di sini menunya apa aja ya?, tanyaku pada wanita tersebut.

"Di warung ini cuma ada satu menu nyai ", jawab wanita itu.

"Apa itu?, tanya Kevin.

"Tikus hutan bakar", jawab wanita itu membuat kami semua menatap ke arahnya.

"Kok,,, tikus sih mbah,,, emangnya kita-kita ini kucing?, kata Kevin pada wanita tersebut.

"Tikus,, itu enak, kalau kamu tidak percaya tanya sama papamu!, kata wanita itu sambil tersenyum.

"Emangnya papaku kucing ", jawab Kevin kesal.

"Dia bukan kucing,, tapi dia tahu tikus itu enak, karena dia memakannya selama bertahun-tahun ", jawab wanita itu setengah menyeringai.

Aku memandang wajah Dewa yang berubah, mungkin dia berpikir seperti yang aku pikirkan dari mana wanita itu tahu tentang masa lalunya.

Tiba-tiba langit gelap sepertinya akan turun hujan lebat.

Next

Desahan di kamar sebelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang