Desahan di kamar sebelah Bab 6

556 0 0
                                    

"Seharusnya kalian lebih sabar, paling tidak menuggu sampai aku pulang!.

"Sudah lah Tika, dari pada kamu ceramah lebih baik kamu makan ini makanan halal bukannya haram!.

"Tapi cara kalian mendapatkan makanan itu salah Din, kita tidak punya hak atas apapun yang ada di rumah ini !.

Melihat kemarahanku ketiga temanku pergi meninggalkan aku sendiri mereka masuk ke kamarnya masing-masing, sebenarnya aku tidak marah aku cuma kawatir dengan keselamatan mereka.

Aku membereskan meja makan dan membuang semua sisa makanan setelah selesai aku mulai berkutat di dapur masak nasi dan sambal telur , karena sudah lapar aku langsung saja makan dan menyisakan lebih banyak untuk makan malam nanti.

Setelah selesai makan siang aku memilih untuk istirahat sebelum masuk ke kamar, aku berdiri menatap kamar sebelah yang pintunya terbuka lebar apa tadi Dinda tidak menutup pintu kamar ini saat mengambil cincin itu.

Kuberanikan diri mendekati pintu hanya sekedar untuk menutupnya kembali, tapi saat ingin menutup pintu itu, aku melihat ke arah jendela di sana berdiri sosok yang sering aku lihat berdiri di balik gorden .

Sosok laki-laki muda berpostur tinggi tegap dia kini berbalik arah menatapku wajah gagah blasteran dia menggeram seperti binatang buas bahkan kuku dan taringnya berlahan memanjang aku ingin berlari tapi seperti ada kekuatan menahan tubuhku .

Kuku setajam silet kini mencengkramku, aku menatap wajah laki -laki yang kini berubah menjadi monster menakutkan .

"Jangan sakiti temanku kak!,suara gadis dari arah belakang.

Pria itu kembali mengeram melihat wanita berwajah pucat tapi tetap tidak bisa menutup kecantikannya terbang melayang mendekat lalu melerai tangan laki-laki yang disebut kakaknya .

Setelah berhasil melerai tangan laki-laki itu aku terlempar keluar dari dalam kamar sebelah ,untung saja aku tidak jatuh terguling di tangga tapi kepalaku bocor terbentur pembatas tangga.

Pintu kamar sebelah tertutup dengan sendirinya, saat aku berusaha untuk berdiri dengan kepala yang masih berdarah dan sangat pusing , tiba-tiba terdengar suara teriakan dari lantai bawah , aku melihat dari lantai atas Meri dan Putri keluar dari kamar mereka dan menggedor pintu kamar Dinda.

Melihat hal itu aku menahan rasa sakit di kepala dan berjalan cepat menuruni anak tangga.

"Dinda buka pintunya! kamu kenapa?, teriakan Meri dan Putri sambil menggedor-gedor pintu kamar .

Melihat Dinda tidak mau membuka pintu, aku segera berlari menuju gudang mengambil linggis .

"Minggir!,kataku pada Putri dan Meri.

Dibantu kedua temanku kami mencongkel pintu kamar Dinda , pintu kamar terbuka kedua temanku berteriak histeris,di depan kami Dinda berdiri dengan darah segar yang terus muncrat dari lehernya, dengan gemetar aku mendekatinya berusaha menahan aliran darah yang keluar dan minta temanku segera mencari bantuan.

Tidak lama suara kendaraan roda empat masuk ke dalam halaman rumah , penjaga rumah ini langsung berlari ke dalam bersama beberapa orang pria, mereka menggotong tubuh Dinda yang terus mengejang.

Aku dan kedua temanku ikut ke rumah sakit, kami bersyukur rumah sakit tidak begitu jauh sehingga Dinda cepat bisa ditangani oleh dokter walaupun Dinda banyak kehilangan darah tapi tuhan masih ingin dia hidup .

"Apa kalian melanggar perjanjian yang telah disepakati?, tanya penjaga rumah itu mendekati kami.Kami bertiga diam tidak menjawab pertanyaan laki -laki paruh baya itu.

"Jika kalian telah melanggarnya berarti kalian akan selamanya di rumah itu, kalian mau pergi kemana pun percuma,nyawa kalian akan terus diincar".

"Apa ada cara untuk membebaskan kami dari kesalahan yang kami lakukan?, tanya Putri dengan wajah penuh penyesalan.

"Coba kalian temui wanita tua yang tinggal sendiri di perkebunan miliknya, semoga dia bisa membantu!.

Naex

Desahan di kamar sebelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang