Desahan di kamar sebelah (Dewa) bab 58

83 3 0
                                    

Baru  mulai membaca mantra kuno yang tertulis di peta suara gemuruh angin mengejutkanku , angin  begitu kencang dan semakin kencang sampai akhirnya membuat  putaran besar di depan mobil.

Setelah beberapa saat angin kembali tenang, dengan ajaib semua berubah , jalan yang tadinya di aspal sekarang berubah menjadi jalan panjang berkelok- kelok di tutupi daun kering.

Aku sekarang berada di tengah hutan ,  pohon tinggi menjulang dengan jarak berhimpitan  , sangat  sunyi hanya terdengar nyanyian alam dari gesekan dahan pepohonan.

Kembali ku hidupkan mesin mobil dan melaju pelan menelusuri jalan panjang berkelok-kelok.

Dengan cepat ku injak rem, saat ada wanita cantik yang hanya mengenakan kemben setengah melorot tiba-tiba berdiri di tengah jalan.

Wanita itu terus menatapku dengan tatapan kebencian, aku yang sadar  sedang di dunia mereka hanya bisa membaca ayat suci apa saja yang aku ingat.

Bukannya pergi wanita cantik itu malah loncat dengan sangat cepat dan tepat di depan kaca mobilku dia berubah wujud menjadi sangat menyeramkan, mata merah, kuku panjangnya terus mencakar kaca depan, lidah panjangnya menjuntai dengan air liur warna hitam .

Wanita itu menghempaskan kepalanya berkali-kali dengan sangat keras di kaca depan mobil, membuat kaca mulai retak.

Keluar dari dalam mobil bukan pilihan tepat,ku tancap gas dengan kecepatan tinggi , lalu ku injak rem dengan cepat membuat wanita itu terpental jauh.

Setelah cukup jauh dan merasa aman ku perlambat laju mobil sambil membuang rasa tengang.

Dari kejauhan aku melihat rumah tua berlantai dua berdiri kokoh, apa mungkin Dewa membawa istri dan anaknya berlindung di dalam rumah itu, pikirku.

________________________

Tinggal di bangsa mereka, seperti hidup di negeri dongeng,bertani, berternak dalam sekejap sudah panen, hidup mereka selalu berkecukupan, apa yang mereka mau makan tinggal petik, ambil, dan masak.

"Dewa, tinggallah di dunia kami untuk selamanya!, jika kamu mau aku akan memberikanmu apa saja , bahkan aku akan menghadiahkan dua anak gadisku untuk kamu pristri", kata pria tua berjenggot panjang, membuat Dewa tertawa kecil .

"Saya sudah punya istri, dan empat anak, sampai sekarang bahkan untuk selamanya  niat itu tidak akan pernah ada ", jawab Dewa.

"Dalam agama  laki-laki seperti kamu tidak ada batasan untuk menjalankan sunnah", kata pria tua lagi.

"Mungkin yang kakek bilang ada benarnya, kalau saya tidak akan kesulitan dalam hal menafkahi, tapi nyatanya sampai saat ini saya belum bisa membahagiakan Tika, menjadi imam yang baik untuknya, yang Tika inginkan dari saya, yaitu saya sendiri dan anak-anak tidak ada yang lain, melihat dia tersenyum aku merasa menjadi laki-laki paling bahagia, begitu juga dengannya", jawab Dewa .

"Tika wanita yang baik sudah pasti mengizinkanmu  ".

"Jangan bahas  sunnah poligami denganku , lebih baik bahas tentang ujian rasa syukur telah di berikan seorang wanita cantik, yang sudah mendapigiku dari masa paling rendah sampai sekarang ini ", kata Dewa .

"Aku tidak ingin apapun lagi selain kebahagiaan Tika dan anak-anakku, dan ingin cepat keluar dari hutan ini", jawab Dewa sambil terus memandang ke arah persawahan yang entah di mana ujungnya.

"Kamu benar yang harus kita bahas tentang ujian rasa syukur, yang selalu membuat kita merasa tidak cukup", kata pria tua sambil mengelus jenggotnya.

______________

"Adam,,,,,,", panggil tante Amira dengan suara keras, sambil menaiki anak tangga menuju lantai dua.

Tante Amira masuk ke dalam kamar Dewa dan langsung menuju kamar mandi.

Di kamar mandi dia terkejut dan berteriak penuh amarah, setelah melihat sesajen hancur berantakan.

"Aldo,,, apa yang kamu lakukan?, marah tante Amira kembali turun ke lantai bawah.

Dia kembali ke dalam kamarnya memeriksa lemari pakaian, dan kembali marah sejadi-jadinya karena peta alam gaib di ambil oleh Aldo, yang paling membuat tante Amira semakin marah karena Aldo membawa Adam.

Next

Desahan di kamar sebelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang