Desahan Di Kamar Sebelah bab 57

68 3 0
                                    

"Tiga dari bangsa ku akan menemani mencari keberadaan suami dan anakmu, membuatmu tidak akan merasa lelah dan akan lebih cepat mencari keberadaan mereka", kata lelaki itu.

"Tapi kamu harus tahu, kalian bisa sampai ke sini karena campur tangan dari dunia kalian, jadi untuk bebas dari hutan ini harus ada orang lain yang melakukannya di dunia kalian juga", terangnya lagi.

"Yang aku inginkan sekarang adalah menemukan suami dan anakku, setelah itu baru kami pikirkan cara untuk keluar dari hutan ini ", jawabku.

"Baiklah,,, ambil jalan lurus !, ucap pria itu sambil menunjuk ke arah depan.

Setelah pamit kami langsung pergi mencari Dewa dan Kevin, Ana membantuku mengendong adiknya.

Dan benar saja hanya dalam waktu dekat kami sudah bertemu dengan Dewa sedang istirahat di bawah pohon, bajunya kotor, dan kakinya terluka.

"Dewa,,,", tangis ku tidak bisa lagi aku bendung, begitu juga dengan Ana langsung memeluk papanya.

"Tika, Ana,,", kata Dewa begitu melihat kami ada di depannya.

Aku langsung memberikan Dewa air minum dan menyuapinya makan, salah satu manusia dari bangsa jin yang menemani kami, mengeluarkan sejenis daun dari saku mereka lalu di menempelkannya di kaki Dewa yang terluka ,dan ajaibnya luka itu berangsur-angsur sembuh.

Setelah Dewa makan, kami melanjutkan perjalanan mengikuti tiga manusia dari bangsa jin muslim, sampai akhirnya kami berdiri tidak jauh dari sebuah danau.

Aku dan Dewa tahu tentang danau ini, di mana saat cincin itu di lemparkan oleh Dewa, dan sekarang di tengah danau itu putra sulung ku sedang mandi ,kulit putihnya seperti berlian di terpa cahaya matahari.

Kevin menyelam ke dalam danau , saat bersamaan juga aku dan Dewa berteriak memanggilnya, membuatnya langsung muncul ke permukaan.

"Maa, paa, ,,,", teriak Kevin dengan wajah sangat bahagia dari tengah danau.

Saat aku dan Dewa akan saling mendekati dengan Kevin , tiga dari jin muslim menghentikan kami.

"Putramu menyimpan sesuatu yang bisa membayangkan nyawa mu dan ketiga anakmu yang lainnya", kata ketiga jelmaan jin itu, membuat Kevin mengeluarkan cincin mas bermata biru dari saku celananya.

Melihat itu Dewa terkejut, begitu juga denganku.

"Kevin, buang cincin itu papa mohon!, pinta Dewa pada putranya.

Kevin terus melihat ke arah cincin yang ada di tangannya dengan wajah mulai tersenyum setengah menyeringai.

"Mama mohon nak, buang cincin itu jangan terus memandangnya!, teriakku.

Saat Kevin akan memasukkan cincin itu pada jarinya Dewa dengan secepatnya berlari ke arahnya dan megemgam tangan Kevin yang sedang memegang cincin itu.

Dewa terpaksa melakukan sedikit kekerasan pada putranya sampai cincin itu terlempar ke tengah danau.

"Papa,,,", kata Kevin seperti baru sadar dan langsung memeluk papanya.

"Kita harus cepat pergi!, karena ada kekuatan lain yang akan hadir, dan kami bertiga tidak cukup kuat melawan mereka", kata ketiga jelmaan jin itu.

Kami pun di minta saling berpegangan tangan membentuk sebuah lingkaran sambil memejamkan mata.

Setelah mengikuti instruksi dari bangsa jin muslim , kami merasa seperti di tarik kuat dan terjatuh dari ketinggian, tapi gak bisa buka mata seperti ada kekuatan yang menahan mata kami untuk terus tertutup.

"Sekarang buka mata kalian!, kata suara seorang laki-laki tua.

Setelah membuka mata ternyata kami sudah berada di desa kecil mereka.

"Di sini kalian aman, bangsa dari jin kafir tidak ada yang berani masuk karena bisa terbakar ", terang laki-laki tua.

Di sini setiap waktu anak-anak belajar gaji dan ibadah lainnya tidak ada yang bermain, sedangkan orang tua mereka melakukan aktivitas layaknya manusia,bertani dan beternak sungguh kehidupan yang penuh kedamaian.

Dewa dan Kevin sudah mandi dan berganti pakaian, entah berapa lama kami sudah ada di sini sampai rambut Kevin dan Dewa mulai gondrong.

______________________

Waktu terus berjalan hampir empat bulan Dewa, istri dan anak-anaknya tidak kembali, membuat mamaku tertawa bahagia.

Tapi sayangnya perusahaan yang sangat besar tentunya tidak mudah untuk mamaku kuasai, bahkan sekarang dia harus gigit jari karena orang kepercayaan Dewa memilih Ali adik kandungnya Tika untuk mengelola perusahaan.

Sedangkan aku terus mencari cara untuk membebaskan Dewa, sampai akhirnya aku menemukan sebuah peta kuno yang di garis merah di bagian tengahnya, dan sebuah tulisan mantra.

Setelah menemukan peta kuno , aku langsung pergi ke lantai dua rumah ini, membuang semua sesajen di depan foto Dewa dan keluarganya kedalam keloset, lalu keluar dari kamar Dewa, tapi sebelum pergi aku mengunci pintu kamar ini, dan membawa kuncinya.

Melihat putraku sedang bermain sendiri, tanpa ragu aku membawanya juga.

Mobil melaju cukup kencang dan berlahan berhenti di depan super market, aku membeli banyak makanan dan minuman, lalu pergi lagi mengikuti arah peta kuno.

'Entah di mana aku sekarang', pikirku setelah menghentikan mobil dan kembali melihat peta ternyata aku sudah ada di titik lingkaran merah, dengan keyakinan akan bisa membawa Dewa kembali, aku mulai membaca mantra yang entah apa artinya.

Next


Desahan di kamar sebelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang