Desahan Di Kamar Sebelah bab 54

43 2 0
                                    



Hujan masih turun dengan sangat deras begitu juga angin yang masih bertiup kencang.

"Pa,,, bisa berhenti sebentar?, Kevin kebelet", ucap putra sulung ku.

"Kevin, kamu kencing saja di dalam mobil di situ ada botol kamu pakai!, jawab Dewa pada putranya.

"Ya Allah pa, Kevin udah dewasa, ada mama, dan juga Ana, udah pa berhenti dulu sebentar!,kantung kemih udah penuh",pinta Kevin lagi membuat Dewa langsung berhenti.

"Papa antar", kata Dewa .

"Gak usah pa, Kevin di situ dekat pohon semua bisa lihat dari sini", jawab Kevin lalu berlari ke luar dari mobil menuju pohon besar sedikit bersembunyi tapi masih bisa terlihat jaketnya.

Tapi pas aku melihat ke arah si kembar yang sudah tertidur pulas ,gak sampai satu menit kembali lagi melihat ke arah di mana Kevin buang air kecil dia udah gak ada di situ.

"Dewa,, Kevin mana?, tanyaku, membuat Dewa kebingungan, begitu juga dengan Ana, mereka yang dari tadi memperhatikan sekarang baru sadar kalau Kevin gak ada padahal tadi dia ada.

"Tunggu di mobil, jangan ada yang keluar papa akan cari Kevin!, kata Dewa pada ku dan putrinya.

Dewa keluar dari mobil menuju pohon di mana Kevin tadi.

"Kevin,,,,", teriak Dewa beberapa kali tapi hening, hanya ada suara hujan dan angin.

Di dalam mobil aku berusaha untuk tetap tenang, agar putriku tidak takut, walaupun sebenarnya aku sangat kawatir dan takut terjadi apa-apa pada putraku, ingin rasanya  pergi membantu Dewa mencari Kevin tapi di dalam mobil ada tiga anakku yang harus aku lindungi.

"Ma,, Ana rasa ini bukan hutan biasa, sepertinya kita sengaja di undang biar  masuk ke sini ", kata Ana membuat aku diam dan memegang tangannya biar dia tidak merasa takut.

___________________

"Mama, apa Tika atau Dewa sudah telpon ini sudah tiga hari mereka pergi tapi gak ada habar?, tanya Aldo.

"Mama harap, mereka menghilang dan tidak pernah kembali", jawab mamanya Aldo atau tante Amira.

"Tapi bagaimana dengan Adam?, dia butuh susu ", kata Aldo lagi.

"Ada susu formula, kamu tidak usah khawatir, jika rencana mama kali ini berhasil maka kita akan kembali hidup seperti dulu ", jawab mamanya Aldo tersenyum lebar.

"Memangnya apa yang sudah mama lakukan?.

"Mama kembali memuja apa yang telah papa mu terpaksa puja di akhir hidupnya", jawab tante Amira, membuat Aldo terkejut.

"Ma,,, sampai kapan permusuhan ini?, Aldo ingin kita hidup damai ", kata Aldo sambil menahan air mata.

"Nyawa di bayar nyawa, kehancuran di bayar kehancuran ", jawab mamanya Aldo dengan wajah memerah.

"Tapi orang tuanya Dewa sudah meninggal dan adiknya Berenda ikut jadi korban, gadis pertama yang pernah membuat aku berani mengutarakan rasa cinta, dia gadis sepupu jauh yang hampir membuat aku gila saat aku tahu dia meninggal karena ulah iblis itu", ucap Aldo menyeka air matanya.

"Lupakan soal cinta, hidup ini bukan hanya tentang cinta, jika kita terus memikirkan hanya tentang cinta maka siaplah menjadi budaknya!.

"Aku bukan lagi Aldo yang terus bisa mama jadikan pengikut ajaran sesat, aku sudah dewasa, sudah bisa melihat mana yang benar dan salah, di usia sekarang aku ingin hidup tenang melihat putraku tumbuh ", kata Aldo pada mamanya.

"Oiya,,, coba pikir!, setelah Dewa atau siapa saja tahu siapa kita, kamu kira mereka akan tinggal diam, kita akan kembali di jebloskan ke penjara, membusuk di sana, jangankan melihat Adam tumbuh melihat matahari saja tidak bisa ", jawab mamanya Aldo dengan penuh emosi.

"Jika memang aku harus mati di penjara, aku ikhlas karena itu semua salahku, sekarang aku ingin bertobat , aku mohon buka jalan untuk Dewa biar bisa kembali!, pinta Aldo pada mamanya.

"Jika kamu berani mengaturku, lebih baik mama tidak punya putra lagi, lagi pula aku sekarang sudah punya cucu yang akan kujadian penerus ".

'Aku tidak akan pernah membiarkan mamaku menjadikan putraku budak iblis, aku harus cari di mana mamaku melakukan pemujaan', kata Aldo dalam hati.

Next 



Desahan di kamar sebelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang