Desahan di kamar sebelah Bab 21

94 3 0
                                    




"Tika pergi dari sana!, teriak nenek dari lantai bawah sambil menagis.

Kempat kiyai menyusulku ke lantai atas.

Aku terus melangkah mendekati monster yang sepertinya sudah lemah tapi keempat kiyai menarikku keluar dari kamar itu lalu pintu kembali di tutup.

"Biarkan aku memenuhi syarat dari iblis itu aku tidak mau Dewa terus dalam kesakitan!.

"Kamu kira dengan menyerahkan anakmu iblis itu akan melepaskan suamimu, tidak iblis itu tidak akan melepaskannya, justru iblis itu akan bertambah kuat, kamu tidak hanya akan kehilangan anak , suami tapi kehilangan nyawamu sendiri , dan juga kami yang ada di sini kemungkinan besar tidak akan bisa keluar hidup-hidup ", kata kiyai menjelaskan.

"Sekarang di pondok semua santri, keluarga, tetangga , dan temanmu sedang membantu kita lewat doa, insyaallah Dewa akan selamat!.

Mendengarnya aku langsung semangat, nenek memberikan aku Al-Qur'an, dan yang tidak di sangka-sangka penjaga rumah ini datang membawa banyak warga mereka semua mengenakan mukena dan membawa Al-Qur'an.

Didalam rumah ini bergema suara ayat suci Al-Quran , suara rintihan, raungan mengema di kamar itu, setelah beberapa lama kami mencium bau daging gosong .

"Tetap berzikir kita cek kekamar itu!, kata pak kyai.

Pak kyai paling depan beliau membuka pintu kamar itu,asap tebal keluar dari dalam di sertai bau daging gosong yang membuat perut mual.

"Dewa,,,", teriakku langsung masuk ke dalam, aku memeluk tubuh kekarnya yang penuh luka.

"Cepat bantu aku mengangkatnya kita bawa dia ke kerumah sakit!, kata pak kyai.

_________________


Di rumah sakit Dewa langsung di tangani.

Pak kyai pamit pada kami beserta beberapa warga yang ikut mengantar Dewa ke rumah sakit  tapi sebelum semua pulang nenek menyampaikan niatnya untuk mewakokpkan tanah beserta rumah itu pada pak kyai , untuk pembangunan pondok pesantren di kota kecil ini dan nenek akan menyumbangkan sebagian hartanya untuk pembangunan pondok pesantren itu.

Mendengar itu, semua warga sangat senang dan mengucapkan alhamdulillah jika ada pondok pesantren yang tak jauh dari tempat tinggal mereka, itu suatu kemudahan bagi anak mereka menuntut ilmu.

_______________


Hari ini tepat satu minggu Dewa di rawat, dia masih belum sadar, tapi kata dokter keadaannya sudah membaik.

"Tika kamu pulang ya, biar ibu dan Ali malam ini yang jagain Dewa, kasihan bayi kamu tidak pernah di bawa istirahat dengan baik!, kata ibuku.

"Justru kalau Tika di rumah, Tika tidak akan bisa tidur kepikiran terus sama Dewa", jawabku.

Akhirnya ibu dan Ali megalah mereka pulang ke rumah nenek.

Aku menatap wajah Dewa,di wajahnya sudah tumbuh jambang tapi bukannya seram malah dia tambah gagah dengan brewok itu.

Ku bisikkan kata kangen di telinganya sebelum aku pergi tidur di sopa panjang yang ada di dalam ruangan ini dengan harapan besok pagi aku bangun Dewa udah sadar.

____________________

"Embak,, bangun,,,!, suara wanita membangunkan aku ternyata udah jam delapan pagi.

Aku langsung melihat ke arah ranjang di mana Dewa di rawat ,di sana ada dokter dan seorang suster membuatku panik takut sesuatu terjadi.

Begitu mendekat ke arah ranjang di depan mataku Dewa duduk bersandar  tersenyum padaku.

"Apa ini bukan mimpi?, tanyaku pada dokter.

"Tanya pada suami anda, saya tinggal dulu!, jawab dokter sambil tersenyum padaku.

Aku masih menatap Dewa.

"Kenapa kamu cuma menatapku, apa kamu tidak kangen denganku?, kata Dewa tiba-tiba.

"Aku kangen, kangen sekali ", jawabku.

"Peluk aku!, kata Dewa lagi sambil merentangkan kedua tangannya.

Aku langsung naik ke atas ranjang memeluk suamiku sampai tak terasa air mataku menetes karena bahagia.

Dewa mengelus perut besarku, tendangan kecil langsung di berikan untuk pertama kalinya untuk Dewa.

___________

Walaupun Dewa sudah sadar dan sehat tapi dokter belum mengizinkan Dewa pulang hari ini, besok pagi baru boleh pulang apa boleh buat kami akan tidur satu malam lagi di rumah sakit.

Setelah makan malam dan minum obat aku menemani Dewa bersantai di sofa sambil nonton tv .

Dewa mulai meraba bagian dadaku dan menyusupkan wajahnya ke leher jenjang ku.

"Sayang kamu belum terlalu pulih,infus juga masih di tanganmu", bisikku padanya .

Tapi Dewa tidak menghiraukan, baju yang aku kenakan sudah di lepas, Dewa dengan rakus menyedot daging montok di dadaku yang sekarang sudah mengeluarkan asi.

Sampai akhirnya kami sama-sama tumbang dan tertidur.

Next




Desahan di kamar sebelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang