[WAYS TO BLAMMED IT]

77 7 0
                                    

𝕠𝕟𝕖 𝕥𝕠 𝕠𝕟𝕖 𝕨𝕒𝕪

Rekaman kamera menangkap basah diriku yang membuang plastik berisi pecahan tubuh mayat.
tiga kantung sampah yang aku buang kemarin pagi didepan gang didekat restoran, aku tidak pernah menduga bahwa salah satu dari kantung tersebut berisi mayat hasil mutilasi. aku hanya mengira bahwa bau busuk tersebut memang berasal dari sisa-sisa makanan dan limbah tuna. Situasi ini membuatku cemas setengah mati, aku terdiam mendengar tuduhan mereka kearahku. mereka semakin memojokkanku dan menudingku habis-habisan dengan kata-kata tajam. menuduhku dengan bukti-bukti yang menurutku asing. Soobin berdiri diam disana dan Hueningkai juga membisu dengan pandangan yang sulit diartikan.

Apa aku akan di cap pembunuh dua kali? bahkan dikehidupan kali ini?

Tidak.

Aku memang pembunuh.

Aku menarik napas pendek, keringat bahkan membasahi tubuhku dipagi yang dingin ini.

Aku hendak mengaku tentang semua pembunuhan dan dosa yang telah aku lakukan, dimasa lalu---tetapi Soobin tiba-tiba maju kearahku dan berdiri membelakangiku dan menghadap langsung kearah polisi. aku meliriknya bingung dan terkejut.

"Aku memiliki alibi." Soobin berkata dengan serius, dan satu-satunya pemandangan yang pertama kali aku saksikan seumur hidup menjadi Choi Beomgyu. sinar matanya bahkan menggelap. "Bawahanku bukanlah pelaku, aku biasanya membuat dua kantung plastik yang khusus berisi sisa-sisa makanan dari restoran yang sudah tidak bisa digunakan lagi. namun dalam rekaman tersebut, bawahanku meletakkan tiga kantung plastik. orang tidak bisa sembarangan memasuki bagian belakang restoran kami. ada yang sengaja meletakkannya disana untuk memfitnah."

Aku bisa melihat pandangan Hueningkai berubah.

Sedangkan mataku kembali melirik Soobin, pertama kali aku merasa dibela dan diselamatkan sehingga rasanya sangat baru dan aneh. aku semakin membisu karena aku tidak tau bagaimana aku harus menyikapinya.

Para polisi yang sudah siap membawa borgol itu menurunkan tangannya, ia memandang Soobin dengan pandangan skeptis dan kembali memandangku dengan sinis. petugas dibelakangnya menoleh satu sama lain dengan ragu.

"Dia akan masih menjadi daftar tersangka. itu tidak akan mengubah fakta yang ada."
Polisi itu menggeram pelan.

Soobin tampak marah, "aku bersumpah."

"Kami tidak peduli."

Polisi-polisi tersebut membuang muka dan berjalan pergi dengan wajah yang jengkel.

"..."

"..."

"..."

Soobin menghela napas gusar dan mengumpat kesal. "Oh, sial. Apa mereka menyebut diri mereka polisi?" aku tidak tau apakah dia marah perihal restorannya yang akan diawasi atau karena polisi tersebut menyanggah alibinya tentangku.

Hueningkai berjalan kearahnya dan mencoba menenangkannya.

Aku cemberut sedih.

Dengan kesadaran yang penuh, aku meminta maaf. "Maaf." aku berujar dengan suara lirih dan penuh kekalahan.

Hueningkai dan Soobin menatapku, Soobin menggelengkan kepalanya dan terkekeh pahit. "Sepertinya kamu benar-benar menyesal, tapi itu bukan salahmu." Ia kemudian menatap Hueningkai dan menepuk bahunya, dan kembali kearahku. "Polisi-polisi bodoh itu hanya ketakutan." Ia tersenyum kecil. entah apa artinya itu, sepertinya ia berusaha untuk membuatku tidak menyalahkan diriku sendiri.

Choi Soobin sebenarnya baik. Terkadang ia hanya menyebalkan.

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kita tutup saja hari ini."

one to one way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang