[WE CAN SOLVE THIS WAY]

51 7 11
                                    

Ø₦Ɇ ₮Ø Ø₦Ɇ ₩₳Ɏ
One to one way

"Nobeles..."

"Ya... dunia selalu berubah. Tapi selalu indah, bukan?" Dia bertanya dengan senyum lembut.

"Sama seperti kamu." Dia terkekeh, memberiku kedipan. Setelah beberapa saat, dia menjadi sedikit lebih serius.

"Kita juga berubah, tahu? Maksudku, hidup ini penuh dengan kejutan. Aku harap kamu akan tetap bersamaku bahkan jika perubahan membuat segalanya menjadi sulit, tidak peduli betapa sulitnya keadaan. Kamu sangat berarti bagiku." Katanya, menatapku dengan dingin di sorot matanya.

Ah!

Apa itu?!

Aku segera tersadar saat tubuhku terdorong petugas medis disana yang mulai berdatangan untuk menangani Taehyun. salah satu suster disana meneriakiku untuk keluar, aku tidak bersuara apapun dan menatap Taehyun yang terbaring dengan darah dimana-mana. pandanganku terkunci sesaat disana, itu terlalu tiba-tiba dan membuatku sepenuhnya shock. jaketku masih ada bersamanya.

Tanganku segera mengambil novel terbuka yang tergeletak dilantai dengan bercak darah itu dan kemudian keluar dari ruangan itu terburu-buru bersama kekhawatiran yang tanpa sadar mendominasi pikiranku malam itu.

Aku duduk dibangku rumah sakit didekat ruang itu dengan lesu.

Aku melirik penampilanku sendiri, Kemejaku memiliki banyak noda darah. aku menghela napas, bukan karena keberatan dengan bercak tersebut, tapi karena aku memang lelah dan gelisah.

Mataku kemudian tertuju dengan novel terbuka ditanganku. kertas tipis berisi tinta tulisan itu penuh darah, beberapa lembar juga membekas darah. aku menutup novel tersebut bersama keputus asaan didalam diriku, dan kemudian meletakkannya disampingku.

Sial.

Apa yang harus aku lakukan?

Aku mengusap air yang mengalir keluar dari mataku.

Tunggu..

..air?

Aku terkesiap dan menatap telapak tanganku sendiri.

Apa aku baru saja menangis?

"Hei."

Aku terlonjak kaget. aku mendongak, dan mendapati Hueningkai berdiri didepanku.

"..Oh, mengapa kamu ada disini?" aku bertanya bingung. kemudian menilik seluruh perawakannya. tampaknya ia baru saja kembali dari bekerja. seperti biasa dengan setelan Jasnya.

Hueningkai tersenyum, "Aku mencarimu kemana-mana." ia berdehem. "Aku penasaran dengan kondisi Kang Taehyun juga. ponselku mati, sehingga aku tidak bisa menelpon. Ngomong-ngomong, mengapa kamu sendirian disini?"

Aku menatap wajahnya sesaat, dan menunduk menatap lantai rumah sakit. "Sia-sia, kondisinya memburuk sekarang. itu sebabnya aku disini." aku mengusap wajahku frustasi, berbagai hal bentrok seolah membenturkan kepalaku secara paksa. itu sakit. "Dan kenapa kamu mencariku?"
aku mendongak menatapnya lagi.

Hueningkai tampak terkejut dengan pernyataan bahwa kondisi Taehyun memburuk, pandangannya beralih ke pintu ruang rawat 204, kemudian wajahnya berubah sedih. wajahnya terlihat tulus. "Ah, sayang sekali. aku harap ia baik-baik saja."

Aku terdiam, dan kemudian mengangguk. "Aku juga.. berharap ia baik-baik saja." lidahku seketika kelu saat kata-kata keluar, mengucapkan sebuah harapan itu tidak berarti, aku selalu memaksa diriku untuk menghadap kenyataan tanpa embel-embel keluhan, sama seperti harapan. sehingga mengucapkan doa seperti itu, rasanya terlalu asing. aku tidak terbiasa.

one to one way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang