[LOOKING FORWARD]

36 3 11
                                    

Ø₦Ɇ ₮Ø Ø₦Ɇ
O̵n̵e̵ t̵o̵ o̵n̵e̵

"Beomgyu. Ayo pulang."




"Choi Beomgyu. Kembalilah."




"Kembali.."







"Jangan pergi."








Bam-giyu tidak mengerti apakah ketiga baris selanjutnya adalah suara Haurus atau hanya sebuah halusinasi yang mengikutinya. ia tidak bisa membedakannya. itu berlalu begitu saja, bahkan dalam beberapa detik selanjutnya, kata-kata itu menghilang. Bam-giyu mengingatnya, tapi ia tidak bisa kembali mengucapkan dalam lisan maupun pikirannya.

Hanya..

Satu dorongan yang membuat dirinya mundur.

Brosur dan kepala beruang itu menjadi satu di kedua tangannya, tanpa sadar mencengkeramnya dengan erat. Kehadiran Haurus membuatnya waspada, background buram dari lautan manusia di sekelilingnya mewarnai bagaimana senja yang mulai turun, bagaimana aliran darah di tubuhnya memanas, membuat Bam-giyu tidak tenang.

Ada apa dengan respon ini?

Bam-giyu bertanya-tanya.

Ia ingin melarikan diri.

Surai biru Haurus terbang mengikuti kemana irama-irama angin membawanya menari, figurnya yang menawan tidak berhenti membawa kesan dingin. Almamater aneh berwarna biru gelap itu ikut menambah gelapnya aura yang ia beri.

Siapa sebenarnya Haurus?

Hari itu ia muncul bagai malaikat, menyelamatkannya dari cengkeraman pria kasar. sosok pintar dengan senyuman kalem.. tetapi, mengapa ia jadi seperti ini?

Bam-giyu tidak mengerti apakah perubahan ini karena masalah yang tidak ia ketahui, atau karena suatu problem tersembunyi dengan Hueningkai?

Semuanya hanya membuat kepalanya sakit.

Aku hanya tidak ingin bertemu dengannya lagi.

"Beomgyu?! CHOI BEOMGYU!"

Langkah yang mengejutkan bagi Haurus.

Ketika Bam-giyu bergerak mundur dan langsung membalikkan diri dan kabur.

Teriakan spontan dari Haurus mengudara di atas gemerisik suara kota. mempercepat laju, Bam-giyu merasa kesulitan dengan maskot beruang yang masih membungkus tubuhnya dengan ketat.

Suara langkah kaki mengikutiku.

Haurus berlari mencoba menembus ramainya situasi di depannya.

Bam-giyu tidak memedulikan segala kekacauan yang ia sebabkan, respon tubuh ini otomatis. dan entah mengapa, ia merasa tidak bisa mengendalikannya. reaksi ini milik Beomgyu, ia yakin. Bam-giyu mulai merasakan kelelahan dan betisnya hampir terasa mati. ia mencoba menggapai dinding gang dan langsung berbelok masuk.

Menjatuhkan dirinya di atas tanah. lengan kanannya mencengkeram erat kepala beruang, brosur itu tidak lagi terlihat, tampaknya mereka berjatuhan ketika ia berlari. Bam-giyu mengambil napas panjang berkali-kali, keringat membasahi pelipis dan tubuhnya.

Apa-apaan pria itu..?

Ia benar-benar merusak sore hariku.

Bam-giyu membatin kesal. ia merencanakan jadwal hari ini dengan sempurna, tetapi dengan mudahnya si biru kurang ajar itu mengganggunya.

Pandangan Bam-giyu terangkat, menatap sekelilingnya dengan alis bertaut. Gang gelap ini buntu, jarak pendek memotong sekitar 6 meter ke arah dimana cahaya matahari terlihat jelas dan bagaimana bayangan keramaian berlalu lalang. suara keramaian disini berubah sayup.

one to one way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang