[HOW COULD I GUESS THE WAY?]

69 6 0
                                    

𝕠𝕟𝕖 𝕥𝕠 𝕠𝕟𝕖 𝕨𝕒𝕪

Saat tubuhku jatuh kedalam jurang yang gelap, aku seperti dilahap oleh mulut besar jurang yang menganga tersebut. kelopak mataku lelah hanya untuk sekedar membuka mata, hanya ada langit malam yang sama gelapnya dengan mataku yang tertutup. membiarkan tubuhku terjatuh seperti daun kering, aku bisa merasakan seluruh tangan dan kakiku mengambang diudara. sebelum akhirnya tubuhku menabrak dasar jurang yang entah apa itu yang akan menyapaku dibawah nanti, tanah curam, semak-semak, atau air.

Namun ditengah-tengah aku mengucapkan selamat tinggal untuk dunia yang menyedihkan ini, aku merasakan ada sesuatu yang seketika membuatku tersadar ketika diriku diudara dan jatuh ke jurang.

Aku tidak pernah mencapai dasarnya.

Aku berpikir bahwa aku mungkin telah mati, dan dengan ragu aku membuka mata. namun hanya kegelapan yang menyapaku. tanganku mencoba meraih sesuatu.

Namun hanya ada udara yang kosong.

Aku masih bisa merasakan diriku sendiri mengambil napas, dan dengan wajah yang menyakitkan untuk dilihat, aku meringis pedih ketika merasakan udara di paru-paruku, menyadari bahwa aku masih hidup dan ditengah ambang kematian.

Aku tidak memikirkan apapun lagi selain ingin mati.

Aku menangis karena menyadari bahwa aku masih hidup ditengah-tengah mimpi yang tidak ada habisnya.

Berharap tuhan mengambil seluruh kesadaranku dan membawaku keakhirat.

Aku sempat berpikir bahwa malaikat kematian pun merasa jijik dengan arwahku dan membiarkanku sendirian didunia yang kosong ini.

Tanpa rupa apapun, hanya ada kegelapan yang membentang. hanya ada suara ringisan kesakitan didadaku yang merengek kepada tuhan.

Merengek tanpa rasa malu untuk diselamatkan.

Seumur hidupku aku hanya menyalahkan Tuhan dan menyalahkan hidupku yang dipenuhi kebodohan.

Tanpa tau bahwa dialah satu-satunya yang aku butuhkan ditengah-tengah akhir hidupku.

Memohon hingga gila akan jawabannya, meminta tanpa rasa malu akan pertolongannya. menangis seperti bayi untuk memohon keselamatannya.

Kehidupan yang menyedihkan ini bahkan tidak bisa aku deskripsikan lagi.

Tanpa harapan lagi.

Aku mencekik diriku sendiri.

Aku ingin melihat kehidupan menyedihkan ini berkilat didepan mataku.

.
.
.
𝕠𝕟𝕖 𝕥𝕠 𝕠𝕟𝕖 𝕨𝕒𝕪
.
.
.

"Jangan menyerah..! kita akan mendapatkan jalan keluarnya secepatnya."

Suara Hueningkai hanya menjadi angin lalu ditelingaku, ia memberiku tepukan sebagai isyarat semangat, setelah aku menerima surat pernyataan pengawasan yang mengarah kepadaku, bukti-bukti bodoh yang asing itu semakin tidak membuatku mengerti. hari sudah hampir gelap, seharian aku dan Hueningkai mencari titik terang tentang tabrak lari Kang Taehyun. dan aku sudah putus asa. Hueningkai tampak selalu sadar dengan rendahnya energiku sehingga dia terus berakting ceria dan meyakinkanku, hal ini justru membuatku aneh karena aku masih terbayang-bayang dirinya versi masa lalu yang muram, berbanding balik seperti sekarang, yang auranya hampir seluruh Positif.

Aku meremat surat pernyataan pengawasan ditanganku dan membuangnya kedalam selokan didekatku, sembari mencibir kesal, tatapanku bertemu dengan Hueningkai. "Berhenti bersikap seperti itu." Suaraku teredam. Hueningkai terlihat kebingungan dan sedikit terperanjat, ia hanya mundur dan mengangguk.

one to one way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang