𝕠𝕟𝕖 𝕥𝕠 𝕠𝕟𝕖 𝕨𝕒𝕪
Membiarkan tubuhku terhanyut dalam kegelapan, aku mencekik diriku sendiri tanpa keraguan, sama seperti aku kabur dari hukumanku seperti pengecut menyedihkan, aku hanya perlu mengakhirinya dari pada terus terombang-ambing dalam mimpi gelap yang abadi.
Tidak ada suara-suara lagi dan itu menyiksaku.
Aku terus mencekik diriku sendiri, namun tidak berhasil, proses ini sangat menyakitiku dan kedua tanganku terasa sangat perih dan pegal.
Aku melepaskan kedua tanganku dari leherku yang memerah dengan lemah, membiarkan keduanya diudara dengan pasrah, dan menunggu dasar yang akan menanti.
Selain menjadi kekecewaan bagi semua orang disekitarku, aku juga menjadi kekecewaan bagi diriku sendiri.
Itu benar.
Aku tidak melakukan apapun selain mengecewakan semua orang.
Aku hanyalah kekecewaan.
Sepanjang hidupku, aku tidak melakukan kecuali gagal.
Aku tidak melakukan apa-apa selain memperburuk keadaan bagi semua orang.
Semua orang.. harus melupakanku.
Aku harus menghilang.
There were times like now where he felt a little bit better..
But there were many times where he wanted to die.
.
.
.
𝕠𝕟𝕖 𝕥𝕠 𝕠𝕟𝕖 𝕨𝕒𝕪
.
.
.Aku menutup album tersebut dengan rasa dingin menjalar dipunggungku, pandanganku berubah nanar. meletakkan album itu dimeja disampingku, kemudian melirik bayangan wajahku sendiri dihadapan televisi mati. wajah yang selalu dijuluki konyol ini membalas tatapan nanarku disana.
Apa Choi Beomgyu adalah jiwa yang pernah hidup sebelumnya?
Apa-apaan ini?
Tanpa sadar pelipisku berkeringat dan napasku memberat seiring detak jantungku semakin cepat.
Jika wanita tua itu adalah wanita muda didalam foto usang terakhir di album itu, pasti ia sudah mengenaliku.
Tetapi saat pertama kali aku datang kesini, wanita yang tak lain adalah pengurus panti asuhan, menatapku dengan tatapan yang sepenuhnya asing dan bertanya-tanya.
Alisku mengerut sembari memikirkan hal-hal yang kemungkinan aku kira akan terjadi.
Kemudian aku mendengar suara bayi yang menangis, berasal dari ruangan lain, sepertinya itu adalah bayi dibungkus kain merah yang digendong wanita tua tadi, mengingat hanya ia satu-satunya bayi yang aku lihat dipanti asuhan ini. aku bangkit dan mencoba mengintip dibalik dinding tipis yang membatasi, disana aku melihat Hueningkai dan si gadis muda itu sama-sama mencoba menenangkan bayi yang menangis itu, aku mengernyit ketika melihat Hueningkai disana, mengapa ia bisa langsung berbaur dan menyesuaikan diri seperti itu?
Aku melirik kesekitarku, tidak menemukan tanda-tanda keberadaan wanita tua si pengurus panti, kemana ia pergi? hanya ada gadis muda itu yang sepertinya adalah orang yang paling dewasa diantara anak-anak disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
one to one way
Fanfic"daun beku itu telah menipu runtuhan butir salju." . . . Pria muda di depannya terlihat terdiam, dia hanya mengangguk. "Anda hanya.. terlalu mencintai diri anda sendiri. Ide dari keputusasaan yang anda miliki terlalu berharga untuk ditinggalkan." Di...