𝕠𝕟𝕖 𝕥𝕠 𝕠𝕟𝕖 𝕨𝕒𝕪
"Tanganmu seperti sarung tangan beludru. Lembut, halus, dengan suhu yang hangat. Sama seperti sikapmu..."
"Ini hari yang indah, bukan? Aku tidak tahu mana yang lebih indah. cuacanya... atau orang di sisiku.."
"Brengsek. tayangan ini merusak moral."
Aku mematikan televisi Panti asuhan Nobeless seketika saat channel disana menampilkan adegan romantis. membuatku hampir muntah karena kata-kata yang begitu manis. gadis kecil disampingku dengan mata bulatnya berkedip-kedip kearahku kebingungan. aku menatapnya pedih."Itu bukan apa-apa, lupakan saja."
Kataku getir. tatapanku kemudian beralih ke Choi Yeonjun yang kini hanya terbahak.Aku mendesis pelan.
Setelah ia menawariku minuman bersoda dua jam lalu, aku menerima undangannya untuk berpesta kecil bersama anak-anak Panti asuhan. aku ingin meninju wajahnya habis-habisan tapi aku tidak mungkin melakukannya didepan anak-anak dan menunjukkan gelagat intimidasi.
"Hey Yeonjun."
Aku menatap kearahnya dengan kesal."Aku tidak mau minta maaf. Kamu gagal membuatku merasa tidak enak dengan perlakuan ini." kataku kemudian datar.
Choi Yeonjun mengernyit dan hanya menaikkan bahu. "Aku tau kamu orang yang seperti itu." katanya dengan senyum tipis. aku berlagak muntah ketika melihat tatapan teduh dan senyuman itu.
"Ugh, kamu menjijikan.. kapan kamu akan menyerahkan diri? jangan pura-pura tidak tau, sialan....." Aku menggeram pelan, tanganku merayap meraih kerah kemejanya dan menggenggamnya, selagi anak-anak disini sibuk bermain dan memakan camilan, aku bisa meluapkan amarahku diam-diam padanya dan mengancamnya.
"Jawab.. kamu mengenal Kang Taehyun, kan? aku yakin, aku yakin kamu mengenalnya.." aku mendesis tajam, rasanya seluruh tubuhku berapi-api. aku sangat ingin menampar pria rubah ini dan melemparnya kedalam jurang, "itu sebabnya kamu melakukan pembunuhan kepadanya.. bukankah begitu? Jawab aku Choi Yeonjun." aku menekan setiap kalimat pada kata-kata yang keluar.
Tetapi Choi Yeonjun hanya membalas dengan kekehan kecil.
Ia meraih tanganku yang berada dikerahnya dan melepasnya. memberiku seringai gila yang membuatku dipenuhi emosi untuk mencakarnya.
"Jangan kasar, banyak anak kecil disini." Katanya. "Aku tidak mengerti semua yang kamu katakan padaku." Ia menghela napas dramatis. "Aku tidak mengenal Kang Taehyun, pembunuhan, atau apalah."
"Kau berani berbohong padaku?"
Pernyataanku dibalas dengan tawa halus.
"Kamu payah dan kamu adalah orang yang terlalu percaya diri. Dan kamu tidak tahu seperti apa dunia nyata itu.."
Aku mengernyit tak percaya, aku maju dengan cepat dan langsung meraih lehernya dengan kedua tangan, mendorongnya keatas lantai dengan keras, anak-anak kecil disana memekik kaget, sedangkan anak laki-laki berandalan itu pergi entah kemana. yang jelas aku tidak peduli. Pria didepanku ini sangat aneh dan licik. aku tidak menyangka ia benar-benar menyebalkan.
Pernyataan yang dia lontar barusan kepadaku tanpa sadar membuatku berlaku diluar kendali, pikiranku dipenuhi keinginan untuk mengebor kedua matanya. aku kesal karena aku merasa bahwa pernyataan tersebut mengejekku, disisi lain aku merasa marah karena aku juga tidak mengerti tentang arah kata-kata tersebut.
Pria ini memprovokasi jiwa terdalamku.
Ia menghakimiku.
Tangan kiriku menekan lehernya untuk tetap terbaring dilantai. tangan kananku siap untuk melayangkan tinju. suhu hangat dapat aku rasakan ketika telapak tanganku menyentuh lehernya, dan semakin panas ketika jari-jari itu menggenggam lehernya erat. bayangan diriku sendiri saat melayangkan tinju, terlihat dalam bola mata Choi Yeonjun yang menatap langsung kearahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
one to one way
Fiksi Penggemar"daun beku itu telah menipu runtuhan butir salju." . . . Pria muda di depannya terlihat terdiam, dia hanya mengangguk. "Anda hanya.. terlalu mencintai diri anda sendiri. Ide dari keputusasaan yang anda miliki terlalu berharga untuk ditinggalkan." Di...