Ø₦Ɇ ₮Ø Ø₦Ɇ ₩₳Ɏ
O̵n̵e̵ t̵o̵ o̵n̵e̵ w̵a̵y̵"Hahahaha... Anda tahu, kerusakan terjadi karena manusia tidak bisa mengontrol hawa nafsu, manusia tidak bisa membohongi hati mereka sendiri."
"..."
"Begini, coba anda berlutut, kemudian bersujud, katakanlah kepada semua orang disini, 'OH TUHAN, AKU ADALAH INDIVIDU YANG TIDAK BERHARGA DAN KASAR..' tenang saja, anda akan merasa lega setelah berteriak."
Alisku terangkat. "Benarkah? tapi sepertinya itu.. sedikit bar-bar."
Haurus yang baru saja datang memukul pria didepanku dengan HVS.
"Beomgyu, kamu benar-benar percaya orang sinting ini?" Haurus menghela napas, dan mendorong pergi pria pecandu teater tersebut.
Aku hanya bisa terduduk kaku. sejak beberapa menit lalu, orang-orang disini selalu menyapa kehadiranku dan berusaha mengajakku bicara. tapi pria teater itu yang paling menempel. aku tidak tau namanya, jadi aku memanggilnya pria teater. ia terus menunjukkanku dialog-dialog cerita dramatis dari jurnal, kemudian membaca dan mempraktikkannya di hadapanku.
Mengapa pria itu jadi petugas disini, coba? lebih baik menjadi ketua club teater, itu pasti lebih berguna.
"Maaf, aku datang terlambat. tolong abaikan dia, dan orang-orang yang mengganggumu sebelumnya."
Haurus berujar, wajahnya mengerut menyesal.
"Tidak. tidak apa-apa. Hanya.. aku hampir menuruti perintah pria teater." Ucapku kemudian, pikiranku sedikit blank.
Haurus mengusap keningnya. "Oh, jangan bilang kamu benar-benar akan berlutut dan berteriak disini?"
"Tentu saja tidak. lagi pula dialognya terlalu dramatis. aku tidak suka."
"Jangan bilang kamu penyuka narasi kaku? Ah, lupakan saja. ayo pergi keluar, disini terlalu ramai."
Aku menghela napas. "Mungkin yang berbau filsuf lebih baik. baiklah. mungkin kita bisa pergi ke taman terdekat."
Kami keluar.
Dan pergi berjalan di sebuah taman terdekat, sama seperti titah Haurus kemarin, ia menyuruhku untuk datang siang hari.
Aku hendak bertanya tentang mengapa wajah Haurus tampak.. waspada pada Hueningkai.
Sepertinya ada sesuatu di antara mereka.
Sepanjang malam, aku tidak bisa memejamkan mata sama sekali. dan ingin pagi cepat-cepat datang.
"Hari-hari berlalu begitu saja tanpa jadwal, yah, setidaknya akhir-akhir ini tidak terlalu banyak masalah." Haurus berceloteh. "Mungkin kamu pernah dengar, ada cerita pendek pada sebuah penggalan artikel. seorang petugas apotek mengeluh karena tidak kunjung mendapatkan pembeli...."
Aku hanya membiarkannya bicara sendiri. mataku sedikit lelah untuk terbuka.
"Disini saja."
Haurus berhenti, sekarang kami berada di bawah sebuah pohon rindang. ada sungai kecil di bawah. mereka tampak damai. suasana di sekitar sini juga terasa lebih terang, meski rasanya teduh.
Haurus menatapku lamat. sebelum mengeluarkan napas kecil. dadanya memberat. aku tidak bisa menemukan ekspresi kalem dan cerianya itu lagi. ia memilah kata-kata yang tepat untuk ia katakan. ada banyak keraguan pada gerak-gerik tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
one to one way
Fanfiction"daun beku itu telah menipu runtuhan butir salju." . . . Pria muda di depannya terlihat terdiam, dia hanya mengangguk. "Anda hanya.. terlalu mencintai diri anda sendiri. Ide dari keputusasaan yang anda miliki terlalu berharga untuk ditinggalkan." Di...