𝕠𝕟𝕖 𝕥𝕠 𝕠𝕟𝕖 𝕨𝕒𝕪
Hari lain kembali datang, dipagi hari yang menyambut dengan cerah ini, telingaku penuh dengan suara Soobin. aku menghela napas, kemudian menoleh kearahnya. Soobin berjalan kearahku dengan napas terengah-engah, ia menyangga tubuhnya dimeja kasir restoran.
"Beomgyu!" Katanya, disela-sela napas. aku hanya memberinya tatapan datar. ia berlari dari luar restoran hingga akhirnya masuk, aku memegang gagang sapu ditanganku dan berhenti beraktivitas."..." Aku tidak menjawab apapun. aku tau pasti ia akan mengoceh tentang kunci kemarin yang aku bawa seharian digenggamanku tanpa berniat kerestoran.
"Hey, keluarkan semua kata-kata yang kamu punya sekarang!" Katanya, masih membuang-buang napas berlebihan. aku mengernyit tipis dan menghela napas pendek.
"Kamu berantakan."
Kataku kemudian.Soobin memutar bola matanya, "bukan itu yang ingin aku dengar." ia menutup matanya dan meraup napas dalam, sebelum kembali membuka matanya dan menatapku. ekspresinya sedikit melembut, "kamu, kemana saja kamu kemarin? aku menunggu seharian didepan restoran." ucapnya, hampir terdengar resah.
Aku terdiam sebentar, dan menggaruk pipiku dengan ekspresi tanpa bersalah. meskipun fakta tentang ia menunggu seharian didepan restoran sedikit membuatku lengah perasaanku. aku mencoba menahannya. "Kemarin aku mempunyai urusan penting." kataku membuang muka, "jadi aku tidak sempat kesini." lanjutku.
Soobin berkedip tidak percaya. "Oh, ayolah." Ia mengusap kepalanya dan mengusap pelipisnya yang berkeringat.
"Aku mencari flat tempatmu tinggal tapi aku tidak bisa menemukannya. aku lupa bahwa kamu belum memberitahuku."
Ujarnya kemudian mengambil langkah maju kearahku, dan meraih sapu dari tanganku. kemudian berjalan kearah dekat pintu kaca restoran. ia berjalan seraya berkata, "setidaknya beri tau aku tentang kamu yang tidak akan hadir direstoran sejak kemarin. apa urusannya begitu mendadak?" Ia berhenti ditempatnya dan menoleh kearahku.Aku hanya memberi anggukan kecil, "ya. itu mendesak."
"Choi Beomgyu."
Seketika aku mendengarnya menyebut nama dan margaku dengan nada suara yang berbeda. nada suara ini sama dengan dimana ia memberi pernyataan didepan polisi yang memojokkan saat itu, aku tidak bisa bereaksi dengan jelas jika ia sudah bersikap seperti ini, aku menoleh kearahnya, dengan pandangan yang aku sendiri tidak tau bagaimana aku harus menggambarkannya.
Nada suara itu terdengar dingin. memberiku sensasi tidak enak dipunggung. mungkin karena aku sudah selalu melihat sisi ceria dan konyol Soobin, sehingga aku tidak terlalu siap dengan perubahan seriusnya yang tiba-tiba.
Aku tidak tau.
Apa ia memang begini sejak awal?
Pagi hari yang dingin itu entah mengapa berubah menjadi panas.
Kemudian, aku bisa mendengar suara Soobin menghela napas. Lagi.
"Aku harap kamu tidak menyebabkan masalah lagi."
Entah apa alasannya, aku sedikit tersentak ketika ia mengucapkan hal itu. kekhawatiran yang aku impikan selama beberapa hari terakhir, aku takut itu akan berubah menjadi kenyataan yang tersisa untukku.
Sedangkan perasaan itu berbanding balik dengan reaksi tubuh yang aku berikan.
Aku meringis dan menggertakkan gigi, alisku mengerut dalam. kuku-kuku di jemari-jemariku rasanya menusuk permukaan telapak tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
one to one way
Fanfiction"daun beku itu telah menipu runtuhan butir salju." . . . Pria muda di depannya terlihat terdiam, dia hanya mengangguk. "Anda hanya.. terlalu mencintai diri anda sendiri. Ide dari keputusasaan yang anda miliki terlalu berharga untuk ditinggalkan." Di...