Ø₦Ɇ ₮Ø Ø₦Ɇ
O̵n̵e̵ t̵o̵ o̵n̵e̵"Lalu, siapa yang selama ini kamu sapa dan kamu andalkan, Bam-giyu?"
Kalimat itu mengudara di atas kesunyian.
Gejala internal yang menyerang membuat nafasnya menyempit, bahunya melemas dan turun. rasanya kerongkongannya di cekat oleh besi yang dingin.
Bagaimana realita memukul dengan keras pada baris yang sudah digaris besari, intian kumuh terhadap gerumul delusi yang menumpuk menggiringnya pada kebisuan mutlak.
Beomgyu menghakimi langsung bagaimana menyedihkannya Bam-giyu.
Ini bukanlah tentang keterkejutan yang ditimbulkan dari bukti tersebut ataupun sebuah pernyataan sederhana. tetapi tentang bagaimana Bam-giyu mencoba bersembunyi dan melarikan diri dari realitas tersebut. memberikan semua kepercayaan dan bahkan menyisihkan perasaannya untuk sebuah renungan abu, untuk sebuah jiwa dari torehan masa lalu yang suram.
Meski dunia yang tidak masuk akal ini sudah banyak mengajarinya tentang nihilnya nilai pada hidupnya sendiri, mengapa ia masih berani menaruh kasih dan pertemanan pada seorang Hueningkai?
Ini sama sekali bukan dirinya.
Seharusnya sejak awal.. ia tidak boleh terikat dengan siapapun.
Seharusnya setelah kematian Soobin hari itu, ia memutuskan untuk bunuh diri. sehingga semua peristiwa ini, tidak akan berlanjut. tragedi dalam dirinya juga akan lenyap.
Itu baru adalah dirinya. si pesimis bodoh yang senang melarikan diri.
Hanya..
Apa..
Yang sebenarnya ia inginkan..
Apa yang sebenarnya ingin ia cari...
"..."
Beomgyu tersenyum tipis, reaksi Bam-giyu adalah sesuatu yang sangat ia nantikan.
Diam-diam matanya melirik pada langit yang membentang di atasnya. bibirnya kembali terkatup, kegelapan langit yang gelapnya segelap sorotnya yang mati, dan bagaimana jemari itu mulai kembali naik memegang pegangan jembatan yang dingin, tidak ada yang bisa menebak gerak-gerik dan niatnya yang asli.
Udara dengan pelan menyapu. Beomgyu menghela nafas. sorotnya pindah ke arah aliran sungai.
"Bam-giyu, menurutmu.. mengapa beberapa orang ingin menghapus kesadaran mereka sendiri secara permanen?"
Tidak ada jawaban. Bam-giyu masih diam terpaku dengan kosong menatap tanah.
Masih dengan matanya yang mengamati aliran sungai, Beomgyu berkata lagi.
"Sejak awal, aku tidak pernah ingin berurusan dengan kekejian itu. dia adalah pengingat hidup akan semua alasan mengapa aku ingin memungkiri. representasi fisik dari semua kelemahannya. dia adalah sebuah kesalahan, makhluk menyedihkan yang tidak seharusnya bahkan ada."
Beomgyu menarik nafas lagi dengan enggan.
"Itu memalukan, terlalu sakit. dan itu menjijikan. aku tidak tahan dengan semua kebencian itu." Lanjutnya, matanya bergulir lagi ke arah Bam-giyu.
Ada ungkapan kesedihan polos yang jujur darinya. meskipun sulit untuk mengerti kata-katanya, tetapi itu tidak menghilangkan pernyataan tersembunyi tentang rengekan halus darinya yang Bam-giyu dapat rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
one to one way
Fanfiction"daun beku itu telah menipu runtuhan butir salju." . . . Pria muda di depannya terlihat terdiam, dia hanya mengangguk. "Anda hanya.. terlalu mencintai diri anda sendiri. Ide dari keputusasaan yang anda miliki terlalu berharga untuk ditinggalkan." Di...