Ø₦Ɇ ₮Ø Ø₦Ɇ ₩₳Ɏ
"Beomgyu.. Beomgyu.. maafkan aku. Maafkan aku."
Tubuhnya gemetaran. tangan berperbannya masih sakit, namun ia tidak melepaskan genggamannya dari tubuhku. tubuhku melunak sejenak karena menyadari hal tersebut, dan mencoba untuk bersikap netral sebagaimana diriku. aku tidak mengetahui apapun tentang apa yang ia maksud dari permintaan maaf dan perlakuan ini.
Aku bertanya-tanya apakah ia akan sakit hati jika mengetahui aku bukan Beomgyu yang ia sebut dan tunggu, hal ini membuatku menimang-nimang kemungkinan pasti yang jelas.
Choi Beomgyu mungkin sudah mati.
Atau mungkin jiwanya kini pergi.
Sepertinya kamu paham perbedaannya.
Meski begitu, melihat Kang Taehyun bangun dari komanya, itu membuatku lega. ada banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tujukan, dan tampaknya daftarnya bertambah. apa aku harus menghubungi Nobeless? Taehyun masih menyandarkan kepalanya diatas pundakku, belum ada tanda-tanda ia akan melepaskan genggamannya. semakin lama aku merasakan hangat dari tubuhnya, aku merasakan kesedihan dalam dirinya yang tersalur kepada diriku. Emosi itu mengalir, membuatku merasakan perasaan asing dan itu tidak nyaman.
Aku menutup mataku sesaat, "mengapa kamu meminta maaf?" aku bertanya, suaraku hampir terdengar datar. nyaris tanpa energi, berusaha setenang mungkin untuk tidak menyinggungnya.
Setelahnya, pegangan Taehyun berubah longgar. tampaknya perhatiannya beralih untuk memilah kata yang tepat. tubuhnya berhenti bereaksi. ini adalah kesempatanku untuk lepas dari pelukannya, aku segera menarik tubuhku, dan kini berdiri disisi ranjangnya. Taehyun menunduk, jemarinya mengusap-usap punggung tangannya sendiri.
Nuansa oranye masih memenuhi ruang ini, udara sedikit berhembus, namun sangat pelan. pandanganku terasa gelap, senja yang menembus itu sangat teduh, hampir seperti mimpi belaka. ada suatu percikan melankolis dalam diriku, meraup kesadaran kognitif milikku. hal ini mungkin disebabkan karena suasana hati milik Taehyun yang merebut seluruh atmosfer ruangan.
Taehyun kemudian mengangkat kepalanya. "Apa kamu berpura-pura?"
Aku menghela napas, dan menggelengkan kepalaku.
"Tidak. aku lupa. kita sudah lama tidak bertemu.. aku tidak mengingat apapun." aku berucap dengan menambahkan sedikit akting.
"Aku mengabaikan.. akh.." Taehyun tiba-tiba memegang kepalanya sendiri sambil meringis sakit. aku mengernyit. ia tampak kesakitan.
"Kamu baik-baik saja? apa sebaiknya aku memanggil dokter?"
Tangannya terangkat untuk menggenggam pergelangan tanganku. punggungnya membungkuk, tangan kirinya memegangi lehernya sendiri. "Tidak. Aku baik. Mungkin ini efek dari bius.. jantungku berdetak sangat kencang, dada dan kepalaku menjadi sakit."
Aku menatapnya tak yakin.
Mungkin jangan sekarang.
"Kamu istirahat saja." Aku melepas genggamannya dari pergelangan tanganku, dan meraih kedua bahunya untuk tegak, dan membaringkannya diranjang. Taehyun menatapku dengan terkejut, namun lebih ke panik. aku mengernyit menyadarinya.
"Tidak apa-apa. aku memaafkanmu."
Aku menghela napas pendek. melontarkan kata yang ingin ia dengar agar ia tenang. dan benar saja, Taehyun berhenti bergerak panik. tanganku kemudian menarik selimut rumah sakit dan menyelimutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
one to one way
Fanfiction"daun beku itu telah menipu runtuhan butir salju." . . . Pria muda di depannya terlihat terdiam, dia hanya mengangguk. "Anda hanya.. terlalu mencintai diri anda sendiri. Ide dari keputusasaan yang anda miliki terlalu berharga untuk ditinggalkan." Di...