Ø₦Ɇ ₮Ø Ø₦Ɇ
O̵n̵e̵ t̵o̵ o̵n̵e̵"Bangun."
Pemuda yang terbaring; Kang Taehyun, membuka matanya. pupilnya bergulir menatap pemuda lain yang berdiri di dekat ranjang.
"Bintang Utara?"
Hueningkai mencemooh pelan, "Aku bukan khayalan fiksimu, cepat duduk, sudah cukup berpura-pura sakit."
Hueningkai menyilangkan lengannya, menatap bagaimana pemuda kurus di atas ranjang mulai beranjak duduk. mengamati dengan seksama sesaat, sebelum pandangannya beralih pada buku tebal di atas nakas.
"Kamu.. kamu orang yang mengikuti Yeonjun." Dia bergumam, menatap Taehyun lagi. "Apa tujuanmu?"
Kang Taehyun memijat lehernya sendiri dengan gumaman kecil, melirik Hueningkai dengan pandangan netral. "Sepertinya mustahil kamu tidak menemukanku." Dia tertawa kecil, kedua sudut bibirnya naik membentuk senyuman. "Terimakasih ya, atas riwayat hidup palsunya."
Hueningkai terdiam, "Sama-sama, tapi sekarang bukan itu yang penting. apa kamu mempunyai hubungan dengan Yeonjun? apa kamu sungguh mengenalnya?"
Taehyun menyandar pada ranjang rumah sakit, pandangannya terangkat untuk memfigurasi seluruh suasana ruangan. "Yeonjun? Choi Yeonjun? sejujurnya aku tidak sengaja mengenalnya, dan kami berteman.. kurasa. aku tidak tau bagaimana pandangannya terhadapku. kenapa tidak bertanya pada Yeonjun sendiri? kenapa bertanya pada orang sakit?"
Hueningkai terdiam lagi, dia kemudian mengernyit. "Yeonjun sudah meninggal." Selama sesaat, kata-kata itu membekas di lidahnya sendiri. dan dia merasa agak sedih dengan itu. "Dan.. kamu tidak sakit." ekspresinya berubah normal lagi, "Sebelumnya kamu juga tidak memberiku alasan jujur tentang mengapa kamu menyuruhku untuk membuat riwayat palsu atas hidupmu.."
"Dan.. bagaimana kamu tidak terluka sama sekali dalam kecelakaan itu?"
"Yeonjun meninggal?"
Pertanyaan singkat dari Kang Taehyun menanggalkan sunyi yang berat di dalam nuansa teduh 204. bagai kehampaan di bawah bulan yang menggantung di ambang malam, Hueningkai kemudian menjawab.
"Benar. Yeonjun meninggal dunia." Hueningkai membalas dengan keraguan, dia lalu mengeluarkan nafas pelan dari mulutnya, melepas lipatan tangannya dan melirik Jendela yang terbuka.
"Aku ingin menyelesaikan segala hal yang menjadi pertanyaannya di dunia ini. Termasuk tentang kamu." Senja terlihat di luar sana. sinarnya yang kalem menembus lembut di dalam 204, menambah keteduhan yang menyeruakkan kesedihan menebal. "Dalam beberapa kesenjangan yang membias kebenaran, pertanyaanku terhadap tempat yang aku tinggali ini juga bertambah." tatapannya beralih ke arah Taehyun.
"Siapa Bintang Utara?"
Alis Hueningkai terangkat, wajahnya berubah agak tegang. "Beberapa peninggalan atas dirimu dan aku.." dia mengeluarkan jurnal kesayangannya dari dalam jas hitamnya. menunjukkan sebuah lembar dimana sebuah tanda tangan dengan pena emas terlihat.
"Lihat, si tuan bintang yang baik. tertulis disini. dan aku mendengar kamu memiliki koneksi dengan sesuatu yang di sebut 'Bintang Utara' ini." Dia mengernyit, memberikan jurnal tersebut pada Taehyun. Taehyun menerimanya dengan penasaran dan binar kecil dari sorotnya.
"Dia... Ada?"
Hueningkai tampak berpikir, "Aku tidak tahu, aku hanya menyusun semua kemungkinan dari dua sisi. untuk tanda tangan itu.. aku sendiri tidak mengerti sejak kapan tanda tangan itu ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
one to one way
Fanfiction"daun beku itu telah menipu runtuhan butir salju." . . . Pria muda di depannya terlihat terdiam, dia hanya mengangguk. "Anda hanya.. terlalu mencintai diri anda sendiri. Ide dari keputusasaan yang anda miliki terlalu berharga untuk ditinggalkan." Di...