[ONE FOR WAY AND WAY FOR ONE]

43 2 6
                                    

Ø₦Ɇ ₮Ø Ø₦Ɇ
O̵n̵e̵ t̵o̵ o̵n̵e̵

"Beomgyu..?"





"Beomgyu..? Kamu bangun..?"






Bam-giyu membuka matanya dengan ringisan kecil, dia tidak sengaja tertidur ketika Taehyun menggendongnya di punggungnya sepanjang jalan. dia merasa ada sesuatu yang tidak beres, desakan itu membuatnya terbangun. dia menyadari bahwa kini dia terbaring beralaskan semen jembatan.. ada kain yang di balut menjadi sebuah sandaran empuk di kepalanya.. masih dengan salju turun serta bentang gelap yang familiar.

Jemarinya bergerak, merasakan adanya sebuah kain tipis yang menutupi awak tubuhnya.

Dia mengernyit, seiring pandangannya menoleh pada Taehyun yang duduk di sampingnya.

"Kenapa kamu hanya memakai kutang..."

Taehyun terbatuk keras mendengarnya, dia meringis, membuat ekspresi seolah-olah dia terluka. "Ini bukan kutang.. astaga. lagi pula memang sekarang itu penting? Ngomong-ngomong ini adalah dalaman pria." Dia menggelengkan kepalanya sok kecewa.

"Lupakan, bagaimana keadaanmu? Kamu terlihat sangat kelelahan dan lelap. aku menjadi tidak tega membangunkanmu." Taehyun berujar dengan ekspresi normal, menyandarkan sikunya sendiri di atas lututnya. "Air liur dan mimisanmu sudah aku bersihkan."

"..."

"Sama-sama."

Pandangan Bam-giyu ganti menatap langit gelap, salju terlihat turun lebih lambat dibandingkan sebelumnya. dia membiarkan Taehyun berbicara sendiri.

Visinya sempit, rasanya cahaya yang masuk dalam netranya semakin menggelap.

"Kamu demam tinggi," Taehyun bersuara. "Berapa banyak kamu makan dalam sehari?"

Bam-giyu berkedip pelan, tatapannya masih tertuju pada langit gelap.

"Sekali atau tidak sama sekali." Bam-giyu menjawab dengan kosong.

Taehyun mengernyit, "Bagaimana dengan hari ini?"

"Aku tidak makan."

"Dasar gila. di cuaca dingin seperti ini pun kamu memakai pakaian tipis. Kamu berniat bunuh diri?"

Bam-giyu tidak menjawab. dia menghela nafas, mengeratkan genggaman jemarinya pada kemeja Taehyun yang menyelimuti awak tubuhnya. "Hanya kegelisahan yang mampu membunuhku." katanya kemudian. "Aku tidak mengerti dengan Beomgyu.. apa yang terjadi kepadanya.." dia bergumam, pupilnya bergulir menatap Taehyun.












"Dan aku dengannya berbeda. jangan panggil aku Beomgyu lagi."







Bam-giyu berujar dengan dingin.
Taehyun tertegun mendengarnya, sesaat pegangannya berubah kaku. Bam-giyu sadar akan segala koneksi milik Beomgyu dengan Taehyun, setiap Taehyun menunjukkan simpati, rasa bersalah, permintaan maaf.. itu bukan untuknya.

Tetapi untuk Choi Beomgyu.

Bam-giyu tidak ingin Taehyun menjadikannya sebagai pelarian atas segala rasa bersalah.

"Hanya.." Bam-giyu kemudian bangkit, menyingkirkan kemeja milik Taehyun, melipatnya di tangannya. "Jangan meminta maaf kepadaku. Berhenti menipu dirimu sendiri dengan menggunakan aku." Matanya mengamati kemeja itu sesaat, meremasnya ringan. dia merasa perasaannya kini kacau, desakan itu menggangunya. kepala dan lehernya agak sakit, mungkin karena pengaruh demam yang Taehyun sebut. setidaknya tubuhnya tidak selemah sebelumnya. urgensi memanggilnya untuk menyentuh banyak aktivitas.

one to one way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang