Ø₦Ɇ ₮Ø Ø₦Ɇ ₩₳Ɏ
Aku berhasil keluar dari tempat acara itu digelar. berusaha memastikan bahwa tidak ada siapapun yang mengikutiku. dari kejauhan, aku dapat melihat seorang OB. mataku perlahan menilik cairan anggur yang membasahi rokku, dan menatap pakaian OB tersebut. kembali melirik situasi dibelakang, aku kembali menatap OB itu dan berjalan cepat kearahnya dan mendorongnya masuk kedalam toilet disampingnya.
OB itu hendak berteriak namun aku segera menutup mulutnya.
"Sshh.. kamu berani melawan wanita?"
Aku berbisik padanya dan ia semakin histeris, mungkin karena shock mendengar suaraku. aku mendesis kesal dan melemparnya ke kloset. dan seketika ia langsung tidak sadarkan diri. mulutku terbuka kecil karena dorongan yang bahkan tidak terlalu kuat itu dapat membuat figur kurusnya tergeletak menyedihkan.Aku berkedip tak percaya.
"..."
Aku hanya menggeleng dramatis dan melepas semua pakaianku dan meraih paksa pakaian OB tersebut tanpa seizinnya. ia masih pingsan, jadi aku tidak perlu membangunkannya karena aku mencuri pakainnya dengan sengaja. untunglah ukuran pakainnya pas untukku, tapi jujur saja baunya tidak mengenakkan. aku menghela napas tatkala selesai dengan urusanku. sebenarnya rencana Hueningkai adalah aku tetap berada dalam wujud wanita sampai mencuri dokumen tersebut dan kembali lagi sebagai wanita. tapi aku merusak rencananya.
Sejujurnya aku tidak berniat merusak rencana, tapi berjalan dan berlari menggunakan rok basah itu sangat menganggu. Ia sendiri bilang bahwa aku bisa mengubah rencana.
Aku melepas wig panjang dari kepalaku dan mengusap-usap rambutku, poniku yang memanjang hampir menutupi pandangan. kepalaku terangkat dan mengitari seluruh ruang toilet untuk mencari topi OB itu, namun sepertinya tertinggal diluar ketika aku mendorongnya masuk.
Aku membuka pintu toilet dan kembali bertemu lorong gedung lantai ini. menutup pintu toilet perlahan-lahan. saat pandanganku terarah kesamping kanan, aku melihat topi oranye OB tadi diatas lantai dan langsung menunduk untuk mengambilnya dan memakainya.
Aku tidak menghapus make up diwajahku karena mungkin itu dapat menetralisir risiko yang tidak terdeteksi nanti. aku kembali berjalan maju dan menemukan lift yang akan memberiku akses ke gedung lantai teratas. tempat pribadi Choi Suwon menyimpan dokumen yang Hueningkai maksud.
Saat aku berdiri didepannya, aku menggelengkan kepalaku kasar.
Bagaimana cara menggunakannya? aku mencoba mengingat-ingat bagaimana Hueningkai menggunakan lift saat naik ke lantai ini sebelumnya, tetapi aku tidak begitu memperhatikannya. aku menggaruk pipiku gelisah.
"Kenapa kamu berdiri seperti orang idiot, kamu orang gila?"
Wanita yang mengancamku beberapa saat yang lalu muncul disampingku secara tiba-tiba. aku terlonjak kaget. apa aku ketahuan?
Wanita itu mencemoohku. "Menjijikkan.." katanya. alisku naik mendengarnya. ia kemudian mengambil langkah dengan ekspresi angkuh diwajahnya dan memasuki lift. ia menatapku yang masih diluar lift dengan jijik.
"...menyedihkan." Katanya lagi sebelum pintu lift itu tertutup sepenuhnya. aku hendak menyela namun ia sudah sepenuhnya menghilang dari pandanganku.
"Cih.. sudah kuduga, sepertinya ia mengikutiku."
Aku bergumam kesal, dan menatap lift disebelahnya. lift itu terbuka dan aku masuk kedalamnya. sangat dingin, aku melirik sekitar lift itu dan menemukan beberapa tombol yang lumayan asing. aku hanya memencet tombol 17 karena hanya nomor itu yang paling tinggi dari semua nomor yang ada. dan setelahnya pintu lift tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
one to one way
Fanfiction"daun beku itu telah menipu runtuhan butir salju." . . . Pria muda di depannya terlihat terdiam, dia hanya mengangguk. "Anda hanya.. terlalu mencintai diri anda sendiri. Ide dari keputusasaan yang anda miliki terlalu berharga untuk ditinggalkan." Di...