Asteria sedang merawat Alby dengan segala lukanya. Dengan telaten, gadis itu membersihkan seluruh luka yang diderita Alby, lantas menutup lukanya. Asteria juga berulang kali memastikan tempat berbaring Alby sudah nyaman dan merapikan selimutnya terlalu sering. Sementara itu, di suatu tempat, para pemuda sedang berkumpul dan membahas masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Gally berbicara di depan, menatap seluruh temannya. Sedangkan Jane, gadis itu berdiri di sudut, bersedekap dan memandang Gally serius.
"Keadaan sudah berubah. Itu tidak bisa di sangkal." Gally memulai. "Pertama, Ben di sengat pada tengah hari. And then Alby. Dan sekarang, orang baru berani pergi ke labirin. Itu jelas melanggar peraturan kita." Gally menatap Newt, yang balas menatap Gally tanpa ekspresi.
"Yeah. But he saved Alby's life." Frypan nimbrung, mengatakan fakta.
Gally berkata sangsi, "Did he?" Newt semakin menatap tajam Gally. Jane yang berada di pojokkan sudah gigit jari, agak tidak setuju melihat Gally marah-marah terus. Menurut Jane, Thomas memang salah. Namun setidaknya dia menyelamatkan Alby. Lalu, apa yang harus dipermasalahkan? Itu, kan, masalah kecil saja. Thomas sudah melakukan hal yang sangat berani.
"Selama tiga tahun, kita hidup dengan makhluk itu. Kini, kau membunuh salah satunya." Gally menunjuk Thomas, memandang sengit pemuda itu. "Dan entah apa akibatnya bagi kita." Gally merentangkan tangannya, menatap seluruh peserta.
"What you suggest we do?" Newt buka suara untuk pertama kalinya, dengan nada agak menyindir.
"Dia harus dihukum." Gally berkata datar. Seruan terperangah dan tidak setuju terdengar dari sana-sini. Beberapa pemuda langsung berdiskusi dengan teman sebelahnya mengenai ucapan Gally. Sedang, Jane sendiri sudah tutup muka. Entahlah, Jane sudah lelah membujuk Gally yang kelewat sebal pada Thomas.
"Ayolah, Gally! Dia membunuh Griever!" Beberapa orang menyerukan kalimat sanggahan.
"Minho," Newt memotong, seketika semuanya diam. Lanjutnya, "You were there with them. What do you think?" Newt menatap Minho.
Semua orang melihat ke arah Minho selagi pemuda itu memikirkan jawaban. Akhirnya, Minho berkata, "Menurutku, sepanjang kita di sini, belum pernah ada yang membunuh Griever. Saat aku kabur, si tolol ini tetap di sana untuk menolong Alby. Aku tak tau apakah dia berani atau bodoh. But whatever is that, we need more. Menurutku angkat dia jadi Pelari." Minho mengutarakan pendapatnya.
Seketika ruangan riuh lagi. Hampir semuanya tak percaya dan tak setuju akan saran Minho. "Minho, kita tak bisa terburu-buru." Frypan menasihati, Newt menyeringai.
"Silakan kalau mau buat parade untuk orang baru ini. Tapi satu hal yang aku tau tentang labirin, yaitu kau tak boleh-" ucapan Gally terputus oleh bunyi sirine. Newt dan Gally saling pandang sejenak sebelum berlari keluar menghampiri box yang datang. Asteria keluar dari rumah rawat juga dengan wajah pucat. Gadis itu ikut berlari mengikuti Newt dan Gally dari belakang.
"Jane! Kotaknya datang?" Asteria berteriak memanggil Jane ketika dilihatnya gadis itu berada di sebelahnya.
"Ya! Mestinya tidak!" Jane berseru cemas, ikut berkumpul dengan yang lain.
"Newt, apa yang kau lihat?" tanya yang lain ketika Newt melompat masuk ke dalam kotak.
"Seorang gadis, lagi." Newt berkata membuat Asteria dan Jane terpekik saling mencengkram. "Kurasa dia mati," Newt bergumam menambahkan melihat kondisi gadis yang terbaring di dasar kotak.
"Apa itu di tangannya?" Gally bertanya, memperhatikan sesuatu yang gadis itu genggam. Newt berjongkok, mengambil kertas yang ada dalam genggaman gadis tersebut, lalu dibacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TMR: HOLD ME TIGHT
Fanfiction"Newt, you know I can't fashion a life without you in it. Please, please stay with me." Asteria Seraphine namanya. Seorang gadis kedua yang berakhir di Glade tanpa tahu apa-apa. Sisa hidupnya terpaksa dihabiskan untuk menghindari kejaran para ilmuwa...