BAB 19: Struggling and Tired

205 22 43
                                    

Asteria sudah menanggalkan mantelnya akibat cuaca yang panas terik. Peluh mulai menghiasi kening dan leher gadis itu, meski mereka tertolong dengan tempat teduh di bawah reruntuhan. Namun, tetap saja, panas menyengat mereka. Hening, tak ada yang bicara. Pandora dan Jane sibuk bermain-main dengan pasir, sementara Andrienne bersandar dan menatap kosong ke depan. Thomas dan Teresa masih berbincang berdua di jauh sana sementara yang lain istirahat memulihkan tenaga. Asteria memejamkan mata, hampir terlelap ketika mendengar suara memekakkan telinga.

Suara pistol membahana di tempat itu, membuat semacam gaung aneh. Asteria tersentak dan melompat bangun. Dilihatnya Frypan berteriak panik dan berusaha menjauhkan pistol dari tangan Winston. Newt juga turun tangan. "Winston!" Newt berteriak kaget.

Lalu beberapa detik kemudian, Thomas dan Teresa tiba di sana. Mereka berlari secepat mungkin kembali ke reruntuhan. Saat itu, Winston sudah membungkuk di atas pasir dan ketika Thomas mendekatinya, Winston memuntahkan sesuatu seperti cairan kental berwarna hitam. Winston terbaring di atas pasir, napasnya cepat dan pendek-pendek. Kondisinya memburuk drastis di beberapa menit terakhir.

"Aku tak tau apa yang dia lakukan! Dia mencoba mengambil pistol ini dan hendak membunuh dirinya sendiri!" Frypan berseru berang bercampur takut.

Winston berbicara serak, "Mereka berkembang," tangan Winston bergerak membuka bajunya, memperlihatkan pada mereka perutnya yang sudah terinfeksi. "—di dalam tubuhku." Suaranya penuh kengerian.

Asteria terkejut, menekap mulutnya dengan tangannya. Jane diam tak berkutik. Andrienne menatap prihatin tanpa suara. Pandora mengusap wajahnya kasar. Mereka semua terdiam. Tak ada yang bicara. Winston melanjutkan. "I'm not gonna make it," dia mengangkat satu tangannya ke arah mereka, "Please, please, don't let me turn into that monster."

Asteria sudah menitikkan air mata mereka untuk Winston mendengar kalimat terakhirnya barusan. Asteria menekap mulutnya rapat-rapat, mencegah suaranya pecah. Bibir Jane bergetar. Dan, meskipun belum kenal terlalu lama, Andrienne dan Pandora mengakui merasa terpukul atas kejadian yang menimpa Winston. Mereka sudah menganggapnya sebagai sahabat. Lama hening. Newt akhirnya maju, meraih pistol di genggaman Frypan yang menatapnya nanar. Pria berambut blonde itu berlutut di samping Winston, menaruh pistol itu di atas dada Winston dengan tangan digenggam.

Winston menatap Newt, berucap, "Terima kasih. Sekarang, pergi dari sini."

Newt mengangguk. Wajahnya penuh penyesalan dan kesedihan ketika mengatakan, "Good bye, Winston." Lalu dia bangkit berdiri, mengambil tasnya, dan pergi menjauh dari sana. Aris menyusul. Lalu Minho, Pandora, Andrienne, Teresa, dan Jane.

Frypan mengusap hidungnya dan mengambil tasnya. Tangannya terulur meraih Asteria yang masih menangis memandangi Winston yang tersenyum tulus pada gadis itu. "Ash, ayo." Asteria akhirnya pergi dari sana dengan tangis merebak lebih kuat. Sisa Thomas, memandang Winston dengan mata merah. Saat-saat kelam ketika dirinya harus menyaksikan kematian Chuck kembali terulang. Kali ini, Winston yang terpaksa harus dia relakan.

"It's okay." Winston berucap lemah.

Air mata jatuh ke pipi Thomas. "I'm sorry." Lalu dengan berat hati dia mengambil tasnya, hendak mengikuti teman-temannya yang lain untuk pergi, meninggalkan Winston sendirian di bawah reruntuhan.

"Thomas," panggil Winston terakhir kali. "Take care of them." Itu adalah pesan terakhir Winston sebelum Thomas benar-benar pergi dari situ. Setetes air mata jatuh dari mata Winston, menatap kepergian sahabat sekaligus keluarganya. Mereka melanjutkan berjalan dengan perasaan berantakan. Hidung Asteria merah karena tangis. Jane dan Teresa jadi lesu. Juga Andrienne dan Pandora yang lebih banyak diam. Mereka semua spontan berhenti ketika mendengar suara pistol terdengar di belakang sana.

TMR: HOLD ME TIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang