BAB 21: Plan B

220 23 50
                                    

Mereka semua menatap terheran perempuan itu. Tadi, kan, dia yang menahan mereka? Pandora masih dendam rupanya, karena dia tetap melayangkan tatapan sengit pada gadis itu, enggan mengikuti. Sama seperti Pandora, tidak ada yang bergerak. Jane dan Andrienne tampak bimbang. Newt dan Asteria bertukar pandang. Bahkan, Thomas ragu-ragu. Sadar tak ada yang bergerak, Brenda berteriak kesal. "Come on! Let's go!" Lalu dia berjalan cepat mendahului mereka.

Ragu tapi tak punya pilihan lain, mereka akhirnya berlari mengikuti Brenda. Teresa tercenung di tempatnya ketika walkie talkie di sebelah mayat orang seram tadi berbunyi. "Barkley, di mana posisimu? Barkley, kau dengar? Barkley? Barkley!"

Mereka semua terus mengikuti Brenda menemui Jorge. "Brenda! Ayo, kita harus cepat! Lewat sini!" Dia membuka sebuah yang semula mereka kira jendela besar, memperlihatkan hamparan pohon-pohon di bawah sana. Terdapat tali di atas mereka, dan tiba-tiba wajah mereka menyiratkan pemahaman ngeri.

"Oh, you gotta be kidding me." Frypan berkata dengan wajah ngeri.

"Plan B, anak-anak. Kalian ingin mencari Right Arm, kutuntun kalian ke sana. Tapi, kalian harus berhutang padaku. Ayo pergi!" seru Jorge, dan dengan gerakan mengagumkan, dia menarik salah satu tali dan meluncur bebas ke seberang sana. Frypan mengikuti. Minho mendorong Pandora untuk segera mengambil posisi dan dirinya sendiri berada tepat di belakang gadis itu. Andrienne dan Jane menyusul.

Asteria tampak enggan. "Newt—"

"You're gonna be alright, Ash. I'm right behind you. Come on, baby." Newt mengelus pipi Asteria sejenak sebelum gadis itu pergi meluncur. Dia sendiri menyusul tepat setelahnya. Sisa Teresa, Thomas, dan Brenda. Saat Teresa ingin meluncur, Brenda tiba-tiba pergi. Thomas kebingungan, menyuruh Teresa pergi duluan, lalu menyusul Brenda.

Teresa akhirnya terpaksa meluncur, bergabung dengan yang lain di gedung sebelah. "Where's Brenda?" tanya Jorge cemas.

"I don't know. Dia pergi tadi." Teresa berucap bingung. Jorge tampak cemas, menunggu. Di sisi lain terdengar suara helikopter yang semakin mendekat.

"Kita tak bisa tinggal di sini. Kita harus sembunyi." Newt mengusulkan. Sebenarnya dia juga khawatir, namun mereka tetap harus fokus. Jorge mengangguk, meski tampak enggan juga. Mereka akhirnya pergi bersembunyi dari kejaran WICKED.

***

Karena keadaan semalam kacau balau dan gelap gulita yang membuat perjalanan akan semakin sulit, Jorge memutuskan untuk bermalam. Siapa tau mereka juga bisa bertemu Thomas dan Brenda yang tak kunjung kembali. Mereka sangat tegas soal ini karena gedung besar itu meledak dan runtuh. Mencoba optimis, Jorge berkata Brenda tau banyak jalan pintas sehingga kemungkinan mereka berada di salah satu jalan tersebut. Matahari menyiram mereka semua. Wajah mereka bercoreng, kotor, berdebu. Rambut para gadis kusut dan lepek. Namun, mereka tertidur dengan lelap di posisi mereka masing-masing.

Jane sesekali menggaruk hidungnya yang gatal dalam tidur, nampak pulas. Andrienne berbaring di sebelahnya, berbaring dengan tangan di kepala. Pandora, yang entah bagaimana, mau tidur dalam dekapan Minho. Mereka berdua seperti sepasang kucing yang bergelung satu sama lain, meskipun ketika bangun nanti akan kembali bertengkar. Asteria tertidur di sebelah Newt. Rambutnya menutupi sebagian wajahnya. Dia mendengkur halus, wajahnya damai. Mereka semua benar-benar kelelahan, apalagi pasokan makanan dan minuman yang tak memadai. Asteria sedikit mengigau, merapatkan tubuhnya kepada Newt seolah takut akan kehilangan kehangatan bila menjauh walau sesenti.

Newt tersadar ketika cahaya matahari menusuk kelopak matanya. Perlahan, cowok itu membuka mata, dan langsung disambut pemandangan langit berwarna biru cerah yang bersih. Dia menggeser wajahnya beberapa senti. Asteria terlihat nyaman berada di sebelahnya, membuat Newt merasa gemas. Diusapnya debu dan kotoran dari rambut gadis itu. Karena sentuhan Newt, Asteria membuka matanya. Newt tersenyum, membuat Asteria bersemu dan membalas senyumannya kalem. Ah, betapa cantik sang pujaan hati.

TMR: HOLD ME TIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang