BAB 15: Hidden Fact

276 25 17
                                    

Sehabis menghabiskan santapan dan berbagi obrolan di meja makan, Asteria dan Jane memasuki kamar mereka. Mereka berdua juga sempat berteman dengan dua perempuan yang menjadi teman ngobrol mereka. "Oh, hai, Jane, Ash." Pandora menyapa sambil tersenyum. Dia sedang duduk di kasur, tampaknya habis berbincang dengan temannya. Kamar ini hanya diisi mereka berempat.

Andrienne yang sedang bersandar pada dinding juga tersenyum hangat. "Well, we're roomates now." Ucapannya membuat Asteria dan Jane nyengir, lantas mereka tertawa bersama. Asteria merebahkan dirinya di kasur bawah, sementara Jane mengambil bagian atas. Mereka membuang napas lelah.

Asteria memejamkan mata sejenak dan terbuka lagi saat didengarnya Jane bergumam lirih. "Menurutmu apa yang terjadi pada Gally?"

Asteria tersenyum lembut meskipun Jane tidak bisa melihatnya. Dia paham sekali apa yang sedang dirasakan sahabatnya. "Jane ... kau tau persis aku juga pergi meninggalkannya di sana. Tetapi, aku juga tidak ragu mengharapkan keajaiban untuk kalian berdua. Meskipun sudah tiada ... aku yakin Gally berharap kau menjalani hidupmu dengan bahagia, Jane." Tidak ada jawaban. Asteria tau Jane sedang mengisak diam-diam, membekap mulutnya rapat-rapat dengan bantak agar suaranya teredam.

"Tidur yang nyenyak, Jane." Tak bisa berbuat banyak dan menghargai ruang sahabatnya, Asteria pergi tidur dan tidak menganggu kegiatan Jane lagi. Biarlah sahabatnya menumpahkan segala emosinya sendirian malam itu, hingga dia siap untuk bercerita, dan Asteria akan selalu berada di sana untuk mendengar setiap keluh kesah Jane. Pandora dan Andrienne juga diam. Mereka tidak mengajukan pertanyaan apapun, menghargai privasi Jane dan membiarkan dua orang itu tertidur nyenyak.

***

Keesokan harinya, di ruang makan, ketika Janson kembali memanggil nama-nama yang akan dipindah, Thomas menatap lurus pintu yang dijaga ketat itu. "Aku ingin tau apa yang ada di balik pintu itu." Dia berkata. Nadanya datar, namun memiliki tekad tersembunyi yang membara.

Newt menoleh. "Tidak, kita sudah membahasnya. Kau bilang mereka terlindungi, jadi kau tak tau apa yang kau lihat. Bisa jadi apa saja di bawah sana."

Asteria menelan makanannya, memandang Newt dan Thomas di depannya bingung. Rambutnya yang dikepang hari ini bergerak sedikit saat dia bertanya. "Ada apa? Ada sesuatu di sana?" Jane juga berhenti makan, ikut menyimak percakapan. Sepertinya mereka melewatkan bahasan seru yang terjadi di antara para lelaki.

Thomas memandang Newt, mengacuhkan Asteria. "Aku tau apa yang aku lihat. Itu mayat." Ucapannya membuat Asteria nyaris tersedak dan Jane menganga lebar. Pandora dan Andrienne saling menatap bingung. Newt menghela napas lelah. Mereka memang belum menceritakan penemuan Thomas kepada para gadis ketika dia menyelinap di ventilasi atap tadi malam, dan melihat seseorang diselimuti kain dibawa masuk ke dalam suatu ruangan oleh Dokter Crawford.

"Mayat? Apa maksudmu?" Jane berucap lelah ketika Thomas selesai bercerita secara ringkas.

Lagi-lagi tak mengacuhkan pertanyaan dari para gadis, Thomas bicara. "Aris bilang mereka membawa batch baru setiap malamnya."

Minho menyela. "Siapa Aris?" Sebelum Thomas bisa bereaksi, Pandora menunjuk satu anak bertudung, duduk di pojokkan sendirian dan hanya memainkan makanannya. Minho dan Winston menoleh lagi, menatap Thomas kelewat heran.

Andrienne mengedikkan bahu. "Itu Aris, yang paling lama di sini. Ingat?"

Janson selesai menyebut nama, mereka akan melewati pintu aneh itu. Salah satu penjaga menggesek kartu identitas, dan pintu terbuka. Newt berkata, "Baik. Sampai kita tau jika hal ini berakhir, kita hanya harus berlapang dada dan jangan coba menarik perhatian, oke?" Bahkan, setelah Newt berucap begitu, Thomas menggebrak mejanya dan berjalan menuju pintu tadi.

TMR: HOLD ME TIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang