BAB 2: Getting Closer

443 41 21
                                    

Malam di mana Asteria menjadi bagian dari Para Gladers dirayakan dengan meriah. Mereka menyambut sukacita Asteria yang telah mengingat namanya, lantas berpesta di dekat api unggun. Karena didominasi oleh pria, Asteria memilih mundur, duduk di sudut dengan nyaman. Beberapa pemuda lewat menyapanya, yang dibalas senyuman oleh Asteria. "Sendiri saja?" Newt tiba-tiba datang dan bergabung dengan Asteria.

"Iya! Tapi aku menikmati mereka dari jauh sini. Di dekat sana terlalu ramai, sesak." Asteria mengaku.

Newt tertawa. Ya pantas saja sesak. Tinggi Asteria saja hanya sebatas dagunya. Beberapa pemuda bahkan lebih tinggi dari Newt, dan mereka bergerombol. Makanya Asteria sesak. "Nih, mau?" Newt menawarkan Asteria minuman yang sedang diminum olehnya. Seperti anak bebek yang penurut, Asteria menerima minuman tawaran Newt, lantas meneguknya. Betapa kaget Newt saat Asteria tersedak dan terbatuk hingga matanya berair. Sontak tangan pemuda itu bergerak mengelus punggung sang gadis.

"Itu minuman apa?!" Asteria terkejut oleh rasa minuman yang diberikan oleh Newt.

Newt nyengir. "Entahlah. Resep Gally."

Asteria mengusap bibirnya yang basah. "Oh, astaga, jangan berikan aku minuman itu lagi." Mendengarnya, Newt benar-benar tertawa kali ini.

Satu jam kemudian, hampir semua pria sudah tertidur nyenyak. Malam semakin larut. Api unggun yang tadi membara kini sudah hampir padam, hanya tersisa sedikit darinya. Meski sebagian besar sudah terlelap, Asteria tidak bisa tidur. Muak dan bosan berada di hammock miliknya, Asteria bangun, memakai sepatunya, dan pergi berjalan-jalan. Mata gadis itu terpejam saat wajahnya menerima belaian angin malam yang begitu sejuk. Saat membuka matanya, Newt sudah berada didepannya. Asteria menjerit kecil dan melompat mundur, hampir terjatuh bila Newt tidak menangkap tangannya.

"Sorry, aku membuatmu takut?" Newt meringis, setengah tertawa, setengah meminta maaf.

Asteria bersungut-sungut, tidak menjawab. Gadis itu lebih memilih merapikan rambutnya. Tanpa Asteria sadari, Newt menatapnya terus. "Kenapa kau disini?" tanya Asteria pada akhirnya.

"Harusnya aku yang bertanya begitu. Kenapa kau disini? Seharusnya kau tidur. Glade bukan tempat wisata yang menyenangkan saat malam hari." Newt bersedekap.

Seketika itu juga, Asteria ingat sesuatu. Tadi, saat sebelum perayaan dimulai, dia bertemu dan mengobrol lagi sebentar bersama Jane. Dan, Jane bilang, Newt adalah pemimpin kedua bila tidak ada Alby yang bertugas. Seketika itu juga Asteria meneguk ludah. Apakah dia akan dihukum? Tapi, hei, apakah sekedar berjalan-jalan itu dilarang? Seperti bisa membaca pikiran Asteria, Newt berucap, "Aku tidak akan menghukummu hanya karena ini. Malah, aku ingin menemanimu."

Mata Asteria membulat senang, lantas menerima dengan senang hati tawaran pemuda itu. Mereka berjalan-jalan kemana saja Asteria ingin, sampai mereka memasuki hutan. Mereka duduk di sebuah batang pohon yang telah tumbang. Telinga Asteria menangkap suara-suara aneh nan samar. Gadis itu langsung menanyakannya pada pemuda disebelahnya. "Newt, suara apa itu?"

Newt menjawab, "Labirin yang sedang berubah."

Pupil Asteria melebar kaget. "Labirin?"

Newt mengangguk, menatap tembok-tembok tinggi itu dari kejauhan. "Ya. Dinding ini adalah pembatas Glade dan labirin tersebut."

Asteria kini menatap Newt agak sedih. "Kalian sudah terjebak disini berapa lama?"

TMR: HOLD ME TIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang