Thomas baru melangkahkan kakinya satu kali ketika Teresa berucap marah. Gadis itu tidak mengerti kenapa mereka semua dibawa kabur dari tempat tidur yang nyaman di sana, tapi tidak diberikan penjelasan apa pun. "Tidak. Beritahu aku apa yang terjadi." Jari-jarinya mengepal dalam usahanya menahan gejolak emosi. Pandora memegang bahu Teresa, yang artinya Thomas juga berutang penjelasan padanya.
Jane nimbrung. "Yeah. Aku ingin tau alasannya kenapa kau membawa kami keluar dari sana dan tidak membiarkan kami mengganti pakaian atau sekedar merapikan diri." Jane melotot galak. Seram.
Thomas berdecak. "Ayolah. Ini semua tidak ada hubungannya dengan penampilan, dan akan kuberitahu apa alasannya. WICKED. WICKED adalah alasannya. Mereka berbohong. Kita tak pernah bebas dari WICKED. Aku ... melihat banyak orang, digantung begitu saja dengan selang-selang di tubuh mereka. Ada sesuatu yang mereka inginkan dari kita, sesuatu yang berada di darah kita. Mereka membuat orang-orang menjadi setengah mati setengah hidup. Kita harus menjauh segera dari sana."
Mereka semua terdiam. Newt buka suara lagi dengan nada final. "Baiklah. Kami ikut. Apa rencananya?" Dan saat dia melihat Thomas hanya menatapnya kosong, Newt menyeringai. "Kau tidak punya rencana, kan?"
Thomas mengangguk lemah. "Ya."
"Tapi kami mengikutimu ke sini! Dan sekarang kau bilang kau tak punya rencana?" Newt meninggikan nada suaranya, maju beberapa langkah.
Asteria segera maju, menahan dada Newt untuk mencegahnya berbuat macam-macam. "Newt, this won't help us to find any solution." Cewek itu bergumam lirih, mengelus dada Newt penuh kelembutan. Kemarahan Newt mereda sedikit. Dia mundur, menggenggam tangan gadisnya erat.
Aris ikut bicara ketika sesuatu melintas di benaknya. "Tunggu. Janson pernah bilang, ada orang yang bersembunyi di pegunungan. Semacam tentara pemberontak."
"The Right Arm." Andrienne mengangguk, mengetahui maksud Aris.
"Jika Right Arm benar-benar memberontak terhadap WICKED, mungkin mereka bisa membantu kita." Thomas berucap, memandang mereka semua.
"People. In the mount. That's your plan?" Jane mengernyit heran. Newt memandang Thomas dengan ekspresi sukar diartikan.
"Itu hanya satu-satunya kesempatan yang kita punya," Thomas berkata. Terselip nada permohonan dalam suaranya.
Suara Winston memotong pertengkaran mereka. Suaranya bergema di gedung itu, membuat mereka semua menoleh. "Minho, berikan aku cahaya," katanya lagi dan Minho mendekat, mengarahkan cahaya senter ke tempat yang ditunjuk Winston. "Ada seseorang di bawah sini," Winston menunjuk jejak kaki yang terlihat di pasir. Mereka semua terdiam. Entah di menit ke berapa, mereka memutuskan untuk menjelajahi tempat ini lebih dalam sembari menunggu badai reda. Mungkin ada yang bisa mereka temukan di sini. Mereka membuka pintu salah satu ruangan dan masuk.
Teresa mengambil senter dan menyalakannya, sementara Jane berjongkok di atas tumpukan pakaian apak yang tergeletak begitu saja. "Sepertinya seseorang pernah tinggal di sini," Asteria berkomentar, melihat sekeliling ruangan itu.
"Yeah, dan di mana mereka sekarang?" Andrienne juga melihat-lihat sekeliling ruangan.
"Kita bisa kemasi beberapa barang yang menurut kalian penting di sini. Kita berkumpul lagi nanti, di ruangan ini." Thomas mengibaskan jaket kulit hitam yang berdebu lalu memakainya. Newt melemparkan senter padanya, lalu Thomas pergi bersama Minho. Para gadis berkumpul menjadi satu di dalam ruangan, berusaha menemukan pakaian yang lebih hangat dan tidak terlalu terbuka seperti yang mereka pakai. Bahkan Asteria dan Pandora hanya mengenakan tanktop tipis berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
TMR: HOLD ME TIGHT
Fanfiction"Newt, you know I can't fashion a life without you in it. Please, please stay with me." Asteria Seraphine namanya. Seorang gadis kedua yang berakhir di Glade tanpa tahu apa-apa. Sisa hidupnya terpaksa dihabiskan untuk menghindari kejaran para ilmuwa...