BAB 34: Running Out of Time

152 25 38
                                    

Mereka semua mematung tatkala Janson mendekat sambil terus mengacungkan senjata. Wajahnya menyeringai penuh kemenangan. Thomas bereaksi cepat mengangkat senjata api besar yang sedari tadi ia bawa, begitu pun yang lain. Namun, baru saja mereka mengangkatnya, terdengar seruan lain dari arah samping. "Drop it, Kid!" Mereka semua menoleh, melihat sedikitnya lima tentara WICKED yang turut bergabung dalam situasi runyam ini. Janson melebarkan senyumannya—yang ingin sekali Pandora cabik-cabik—saat tiga orang juga bergabung dengannya.

Thomas kalap. Mereka tidak punya pilihan lain dan terus terdesak. Pemuda itu dengan cepat menyeret Teresa, menodongkan pistol ke arah kepala perempuan itu. Teresa terkejut. Thomas menjadikannya tumbal. "Back off! I said back off!" Thomas meraung kepada Janson dan anak buahnya.

Janson mematung sejenak. Tetapi, seringai menyebalkan itu muncul lagi. Dia berlagak mengangkat tangan, berkata, "Thomas. Aku tau tabiatmu. Kami tidak akan menembak gadis itu." Janson terkekeh.

Asteria melirik Newt cemas. Aduh, lihatlah, bagaimana mereka akan kabur? Newt bernapas berat. Asteria tau, pemuda itu tengah menahan sakit. Thomas sekali lagi berteriak marah pada Janson. "Oh, ya?" Dia menekankan pistol ke pelipis Teresa, membuat gadis itu kelimpungan. Janson tidak menghiraukan situasi sulit Teresa, malah melangkah maju sambil terus tersenyum keji.

Teresa berhitung dengan situasi. Dia melirik Janson dan anak buahnya, serta beberapa tentara yang juga mendekat dari arah samping. Tanpa peringatan, Teresa menyikut perut Thomas, lalu mendorongnya mundur ke lorong bersamaan yang lain. Dia menekan tombol darurat, mengunci pintu lorong itu dan sekaligus membunyikan alarm darurat. Newt terkejut, Asteria apalagi. Pandora mau berteriak marah, namun sadar situasi ini menguntungkan bagi mereka. Thomas menatap Teresa sekejap, lalu pergi melintasi lorong itu. Pandora juga mengikuti. Asteria terdiam menatap wajah Teresa yang memberi kode tatapan untuknya segera pergi.

Janson mendekati arah Teresa, menatap sengit. "Sepertinya aku meragukan kau berada di pihak mana, Teresa." Janson berucap rendah.

Teresa membalas tak kalah sengit. "Aku mengunci mereka. Seharusnya itu cukup bagimu, Janson. Aku membantumu. Pintunya terkunci, mereka tidak bisa keluar." Dia lalu melangkah pergi, tetapi berteriak untuk terakhir kali, "Aku butuh mereka hidup-hidup, Janson!" serunya. Teresa berjalan menjauh selagi Janson dan anak buahnya pergi mengejar Thomas. Diam-diam, perempuan itu menarik sebuah kain yang dipenuhi darah Thomas dari sakunya. Dia berjalan cepat menuju suatu tempat.

***

Gally berhasil membongkar pintu besi yang menyimpan serum berharga itu. Dia mengambilnya tepat ketika alarm berbunyi. Cowok itu menatap anak-anak yang sedari tadi diam. "Alright, kids, we're going out from this hell. You, guard this with your life, okay?" Dia menunjuk satu anak sambil menyerahkan tas yang berisi serum itu padanya. Anak itu menerimanya, mengangguk. Mereka dengan cepat pergi dari sana. Gally membimbing mereka untuk bergerak cepat dan tetap tersembunyi ketika berada di parkiran.

Dia berlari sambil mengaktifkan walkie-nya, menghubungi seseorang. "Brenda! Kau di mana? Kami sudah sampai!"

Tak ada jawaban dari benda itu. Namun, sebuah bis besar tiba-tiba saja muncul di depan mereka. Brenda menyeringai dari kemudi, bersamaan Jane yang keluar. "Gally! Ayo, semuanya cepat masuk!" serunya. Anak-anak itu menurut, memasuki bis dari pintu depan dan belakang dengan gesit. Andrienne menyembul dari dalam bis sementara anak-anak itu masuk ke dalam.

Andrienne mengernyit, menatap Gally yang datang sendirian. "Di mana Thomas?" tanyanya. Jane juga tampak cemas.

Mendengar pertanyaan itu, Gally tidak kalah bingung. "Kupikir dia bersamamu?" tanya Gally balik. Saat yang dilihatnya hanyalah Jane yang pias dan Brenda yang terdiam, Gally mendadak paham. Baru saja Andrienne hendak pergi berlari keluar bis, mencari Thomas, Gally menahan pergerakannya. "Wait, wait! Just, wait here, okay? I'll find him." Gally menawarkan diri. Jane mengusap sekilas lengan kekasihnya sebelum cowok itu kembali berlari pergi.

TMR: HOLD ME TIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang