BAB 24: End of Beginning

207 24 64
                                    

Mereka mengira Thomas tidak muncul karena tertangkap. Tapi, ternyata dia sudah masuk ke area pertempuran sejak tadi. Namun, dia dipaksa untuk bersembunyi oleh Jorge dan Brenda. Thomas melihat dari kejauhan nasib teman-temannya yang tumbang tanpa bisa melakukan apa-apa. Kakinya lemas. Cowok itu jatuh terduduk dengan tangan memegang kepalanya frustasi. "I'm sorry. There's nothing we can do for them." Jorge melanjutkan, "Jika kita tak bergerak sekarang, kita akan bernasib sama seperti mereka."

Thomas terdiam sebentar. "Kalian harus pergi," katanya tiba-tiba, mengejutkan Brenda dan Jorge.

"Apa?" Brenda bertanya, takut salah mendengar.

Thomas kini menatap lekat-lekat kedua orang itu. "Kalian harus pergi. Mereka tidak mencari kalian, kalian akan aman. Pergilah." Dan ketika dia menangkap sorot mata Jorge yang menyiratkan bahwa dirinya keras kepala, Thomas menegaskan, "I can't leave without them." Brenda maupun Jorge sama-sama membisu mendengar jawaban ini.

Jorge menatap Thomas dengan tatapan yang sukar diartikan. Pada akhirnya dia berkata, "Semoga beruntung, nak." Dia langsung menarik Brenda yang mematung di tempat, enggan pergi meninggalkan cowok itu. "Ayolah, Bren. Kita harus pergi. Ayo, cepat." Thomas memandang dua manusia itu yang figurnya akhirnya hilang, lantas otaknya berdesing memikirkan sebuah taktik agar dia bisa menyelamatkan teman-temannya. Dia hampir menyerah ketika tertangkap oleh matanya sebuah tas yang tergeletak di tempat tidak jauh dari jangkauannya.

***

Helikopter milik Janson mendarat. Hampir semua orang yang berada di sana ditangkap dan dipaksa untuk berlutut. Mereka melihat Sonya dicengkram dan didorong-dorong secara kasar oleh salah satu prajurit. Asteria meringis melihatnya. Padahal, dirinya juga babak belur. Dia terduduk di antara Newt dan Frypan dan seluruh badannya sakit. Perlahan, satu-persatu dari mereka mulai diidentifikasi oleh sebuah alat yang memindai bagian belakang leher mereka. Jane meringis kuat ketika rambutnya ditarik kencang saat menerima pemeriksaan tersebut.

Asteria diam saja saat diperlakukan begitu, tidak mau mengeluarkan suara sedikitpun. Dirinya mendengar ketika tentara tersebut berteriak, "A-24!" ketika selesai memeriksanya.

Mata Asteria menatap nyalang Janson yang kini berjalan sambil mengamati mereka satu-persatu. "Di mana Thomas?"

"Di sini." Jantung mereka seolah mencelos saat melihat Thomas menyerahkan diri begitu saja tanpa perlawanan. Mereka juga syok karena kemunculannya yang tiba-tiba. Ekspresi Newt menyiratkan kebingungan yang luar biasa. Minho menganga, sementara Frypan juga kaget. Thomas di bawa ke hadapan Janson yang menyeringai jahat.

"Thomas," sebutnya. Mendadak dia mendaratkan tinjunya di perut Thomas.

Andrienne berteriak kencang dan memberontak melihat Thomas diperlakukan seperti itu. Tindakan gadis itu membuatnya harus menerima hantaman keras di pipi kirinya. Jane menjerit panik. Sebulir air mata kemarahan jatuh ke pipi Asteria. Pandora mengumpat, "Jangan sentuh dia, keparat!" Janson terus menyeringai senang seakan dirinya sedang mendapat hiburan gratis.

Thomas didudukkan di sebelah Minho yang langsung menyeletuk hampa. "Kenapa kau tidak lari?"

Thomas menggeleng singkat seraya tidak memutuskan tatapannya dari iblis berwujud manusia bernama Janson itu. "Aku lelah berlari." Jawabannya membuat Minho dan Newt yang berada di sebelahnya kompak mengernyit dan menatap Thomas heran. Sebuah pesawat yang jauh lebih besar melintas di atas mereka dan mendarat. Dalam hati mereka menebak-nebak siapa yang berada di dalamnya. Pintu pesawat terbuka, terlihat empat orang bersenjata yang berjalan lebih dulu dari seorang perempuan di belakangnya.

TMR: HOLD ME TIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang