BAB 29: Problem, Again

170 22 56
                                    

Mobil jeep Jorge terus melaju membelah jalanan, meninggalkan segala kengerian yang dihadapkan. Newt serta yang lainnya merasa gembira karena bisa melihat Jorge dan Brenda lagi, apalagi mereka telah menyelematkan nyawa mereka. Betul-betul sebuah keberuntungan. Namun, sesuatu menganggu Newt. Berulang kali dia mengepalkan tangan kanannya, dan meringis sakit. Seseorang menyadari itu, dan menjadi khawatir. Asteria memegang pundak Newt lembut. "Newt? Kamu baik-baik saja? Kenapa tanganmu?" tanya Asteria begitu pelan.

Newt menoleh, sedikit tersentak karena gadis itu mampu mengetahui apa yang tengah dia sembunyikan. Dengan seulas senyum yang sama sekali tidak meyakinkan, dia berucap, "Aku baik-baik saja, Asteria. Mungkin hanya terkilir. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Bagaimana kakimu?" Newt malah bertanya balik, seolah mengalihkan topik.

Asteria mau tidak mau juga tersenyum meski enggan. "Kakiku baik-baik saja. Akan segera sembuh bila dipijat sedikit." Newt tersenyum lebar, mengacak rambut Asteria, dan kembali bergabung dalam percakapan bersama yang lain. Asteria mengamatinya dengan sorot mata penuh kecemasan. Sesuatu mengganjal dan menghimpit dadanya karena dia merasa Newt menyembunyikan sesuatu. Sikapnya berbeda. Asteria hanya bisa menghela napas. Mungkin Newt akan bercerita nanti.

Suara Jorge terdengar kala Asteria mengembalikan fokusnya. "Jangan terlalu berharap. Itu adalah Pos Pertahanan terakhir, dan jika sudah dijadikan markas oleh Crank, maka tidak ada lagi yang tersisa." Jorge berucap senang.

Pandora menyipit memandangi sesuatu. Ketika tersadar, dia menyeletuk sarkas. "Ya, kecuali mereka menemukan cara baru untuk membuat Crank tidak bisa masuk." Perkataannya disambut tatapan heran dari teman-temannya. Pandora tidak memberikan detail penjelasan, hanya memandang tajam suatu objek. Mereka menoleh mengikuti arah pandang Pandora. Jorge menginjak pedal rem dadakan, mengakibatkan mereka terbanting sedikit ke depan. Mereka keluar dari jeep dan berdiri dengan ekspresi heran.

Itulah dia. Sebuah kota megah yang berdiri di tengah-tengah kota mati. Di sekelilingnya terdapat tembok besar nan tinggi dengan pertahanan terbaik, mencegah siapa pun dari luar sana masuk sembarangan. Bangunan-bangunan di dalamnya menjulang tinggi seperti pada grafik kota masa depan. Inilah The Last City. Mereka telah menemukannya. "Lucu, kita habiskan bertahun-tahun mencoba keluar dari sana, sekarang kita mau masuk lagi." Newt berkata.

"Ya, lucu sekali," Thomas bergumam pelan.

"Jorge, bagaimana kita akan masuk ke sana?" Jane bertanya sambil memandangi kota itu tidak berkedip.

"Oh, jangan tanya aku, Jane. Tembok itu masih baru, jelas berbeda situasinya dan kita tidak bisa sembarangan. Kurasa itu jawaban WICKED atas segalanya. Kita tidak akan bisa mengetahui apa pun dari sini," kata Jorge.

Brenda berseru mengajak yang lain untuk masuk ke mobil. Semuanya menurut, kecuali Thomas yang hanya diam dan malah maju selangkah untuk memandangi kota besar itu. Newt mendekat, berdiri di sebelahnya. Dia mengerling Thomas, "Menurutmu Minho ada di sana?" tanyanya.

Thomas tidak langsung menjawab. Dia menikmati pemandangan mengerikan sekaligus menakjubkan itu sebentar. "Kita akan tau, Newt."

Newt melontarkan kalimat lagi, "Kau tau Teresa juga akan berada di sana." Dia menatap Thomas penuh arti. Sejujurnya, hubungan Thomas sungguh membuatnya bingung. Cowok itu tampak sangat akrab dengan Andrienne, namun tidak tau isi hati sesungguhnya mengenai Teresa. Thomas menoleh, melihat Andrienne sedang tertawa-tawa bersama cewek lain.

Senyumannya memesona, Thomas mengakui. Dan kehadirannya belakangan ini sangat memperbaiki hidup Thomas. Gadis itu mampu menorehkan warna-warna baru di kanvas Thomas yang semula hitam karena dibuat kecewa oleh Teresa, orang pertama yang mengisi hatinya.

***

Teresa berdiri menghadap hamparan bangunan di bawah sana. Dia berada di lantai yang tinggi di sebuah gedung pencakar langit. Teresa baru saja menghadiri meeting yang cukup penting berkaitan persetujuan beberapa relasi mereka mengenai kelanjutan proyek besar ini. Terdengar suara pintu dibuka dan ditutup. Ava Paige muncul di sebelahnya, dan itu tidak membuat Teresa terkejut. Sejatinya, dia sedang berada di kantor wanita itu.

TMR: HOLD ME TIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang