¹⁰ nyari pengganti

1.1K 107 4
                                    

Bola basket berhasil memasuki ring setelah Mingyu menembaknya dari jarak yang cukup jauh. Dirinya menghela napasnya panjang lalu berjalan keluar dari lapangan tersebut. Ia mendudukkan diri di kursi pinggir lapangan, meraih botol minumnya dan meneguknya sembari memperhatikan anggota timnya yang sedang bermain sekarang.

Sebenarnya, hari sabtu ini adalah latihan rutinan setiap Mingyu yang selalu dilaksanakan ketika tidak ada hal penting lain yang mendesak. Mingyu juga sang pelatih mengizinkan mereka yang tidak ingin berlatih asal tidak menurunkan kemampuan mereka dalam bermain.

Dan seharusnya pula, hari ini Mingyu berniat untuk tidak berangkat karena dia ingin pulang, bertemu dengan sang kakak dan membahas mengenai masalah yang sedang terjadi sekarang. Tapi Mingyu mengurungkan niatnya pagi tadi ketika ia bangun tidur. Ia berpikir bahwa dirinya sudah tidak perlu ikut campur urusan antara sang kakak dengan Jeonghan.

Mingyu sudah menyerah pada perasaannya sendiri dan ia juga sudah memberitahu sang kakak. Menikah atau tidak, itu pilihan Seungcheol dan Mingyu tidak bisa menandingi keras kepala dari kakaknya itu. Itu sebabnya pagi tadi ia memberitahu Jeonghan untuk pulang, agar Jeonghan membicarakannya secara pribadi dengan Seungcheol.

Ia sendiri juga mengirim pesan kepada kakaknya, memberitahukan bahwa ia akan tetap menyerah pada perasaannya terhadap Jeonghan, mengingat Jeonghan sama sekali tidak bisa membalas perasaannya. Ia juga memberitahukan bahwa menikah atau tidaknya Seungcheol dan Jeonghan, itu bukan menjadi urusannya lagi. Mingyu sudah memutuskan untuk benar-benar menyerah.

"Al, ayo main lagi.." Myungho menatap Mingyu yang melamun, ia berdiri tak jauh dari pemuda itu duduk. Ia meneguk minumnya dan mengembalikan botol minum tersebut ke dalam tasnya.

Mingyu menatap pemuda itu, ia kemudian menatap jam di ponselnya yang ada di kursi samping ia duduk. "Jason, bubarin aja, sudah malem juga." balasnya kemudian, sudah melihat jam yang menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Oke deh.." balas Myungho, ia langsung berbalik dan menuju ke tengah lapang. Meminta teman-temannya berhenti dan menyelesaikan latihan tersebut.

Anggota yang lain berjalan ke arah kursi mereka meletakkan tas mereka, saling berpamitan satu sama lain untuk keluar dari gedung olahraga tersebut. Termasuk Wonwoo yang sedang memasukkan botol minum dan handuk kecil yang ia bawa ke dalam tas. Ia menoleh ke arah Mingyu yang masih duduk dengan melamun.

Wonwoo berjalan mendekat, menepuk pundak Mingyu dan membuat ketua timnya itu terperanjat kaget. "Makan yuk Al.." ajaknya.

Dahi Mingyu mengernyit bingung. "Tumben lo ngajak gua makan bareng." balasnya.

Wonwoo memutar bola matanya dengan malas. "Kasian aja lo kaya orang ilang." balasnya. "Jadi mau nggak?" tanyanya sekali lagi.

Pemuda tan itu menganggukkan kepalanya, ia memasukkan botol minum dan ponselnya ke dalam tas dan bangkit dari duduknya. Berjalan keluar dari gedung olahraga tersebut bersama Wonwoo. "Make mobil lo ya, gua males nyetir." ucapnya.

"Motor lo tinggal?" tanya Wonwoo dan Mingyu mengangguk kecil. Mereka melangkah menuju tempat parkir mobil dan keduanya memasuki mobil Wonwoo yang langsung dilajukan Wonwoo untuk keluar dari area kampus. "Lo nggak semangat banget tadi latihan, masih mikirin yang kemarin?" tanyanya.

Tanpa berpikir, Mingyu menganggukkan kepalanya, ia menoleh, menatap Wonwoo dengan lekat. "Ka, lo sudah move on dari kak Okta?" tanyanya tiba-tiba.

"Sedikit." jawab Wonwoo tanpa menoleh, ia masih fokus dengan jalanan malam. "Mungkin perasaan gue itu nggak segede perasaan lo ke Kak Okta, jadi nggak gue pikirin lagi sekarang." jawabnya.

Mingyu mengangguk paham, benar apa yang Wonwoo katakan, ia seharusnya tidak perlu memikirkannya lagi, mengingat dirinya sudah memutuskan untuk menyerah. "Kasih tips dong Ka, biar cepet move on itu gimana.." pinta Mingyu.

Brown-niesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang