²¹ pembuktian

1.1K 146 17
                                    

Mingyu dan Wonwoo duduk bersebelahan di gedung serba guna fakultasnya, sedang mengikuti rapat bersama BEM fakultas guna membahas mengenai acara expo UKM fisip yang akan diadakan minggu depan. BEM sebenarnya sudah menyiapkan semuanya, hanya saja tetap perlu membahas dengan perwakilan setiap UKM. Dan Mingyu sebagai ketua tim basket serta Wonwoo sebagai sekretaris yang diharuskan untuk hadir.

Mereka memang duduk bersebelahan, tapi rasa canggung menguar di sekitar mereka. Bahkan sebelum datang tadi, Wonwoo terlebih dahulu masuk dan Mingyu masuk di akhir saat rapat akan di mulai. Hanya berusaha mengurangi waktu untuk keduanya bersama.

Selama rapat pun, mereka hanya diam dan mendengarkan setiap kata yang disampaikan oleh ketua BEM dan Wonwoo sibuk mencatatnya juga. Mingyu sendiri terus menatap ke depan, tanpa menoleh ke arah Wonwoo. Mereka berdua benar-benar seperti orang asing.

"... jadi kalian hanya perlu menyiapkan apa saja yang akan kalian tampilkan di stand masing-masing UKM. Dan jangan lupa, untuk membagi anggota kalian guna menjaga stand selama expo berlangsung tiga hari itu." ketua BEM menutup kalimatnya, ia menatap sekeliling. "Ada pertanyaan?" tanyanya kemudian.

Dan beberapa mahasiswa menaikkan tangannya untuk bertanya. Beralih pada Mingyu dan Wonwoo, kini Wonwoo sedang mencatat beberapa poin penting di bukunya, Mingyu sedikit melirik Wonwoo dan ia tidak tahu kata apa yang harus ia katakan untuk memulai pembicaraan mereka setelah satu minggu saling diam.

Sampai rapat tersebut selesai, mereka dibubarkan oleh sang ketua BEM, berbondong-bondong keluar dari gedung serba guna tersebut untuk pulang karena hari sudah malam. Mingyu melangkah dengan Wonwoo di sampingnya. Saling memikirkan cara untuk membuka perbincangan mereka.

"Ka.." / "Al.." dan berakhir saling memanggil satu sama lain berbarengan. Keduanya saling menatap dengan canggung, langsung mengalihkan pandangannya.

"Lo duluan aja Ka.." ucap Mingyu sembari melanjutkan jalannya.

Wonwoo melangkah mengikuti Mingyu, ia menggigit bibir bawahnya dengan kepala yang menunduk. "Gue.. nggak tahu harus bersikap yang gimana Al.." ucapnya, memulai pembicaraan kejadian malam itu yang sudah satu minggu berlalu.

Mingyu menghentikan langkahnya, ia berbalik dan menatap Wonwoo yang masih menundukkan kepalanya. "Gua juga.." balasnya lirih. "Gua pengen lupain itu.." lanjut Mingyu, ia juga menundukkan kepalanya. "Tapi malah mikirin terus karena bibir lo manis.." gumamnya lirih.

"Huh?" Wonwoo mendongak, menatap Mingyu yang mengerjap dengan mata membulat. "Lo bilang apa?" tanya Wonwoo, karena ia mendengar kalimat akhir Mingyu itu dengan samar.

Mingyu langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak.. gua.. nggak bilang apa-apa.." ucapnya dan segera berbalik, berjalan meninggalkan Wonwoo.

Wonwoo mengernyitkan dahinya bingung, ia mengejar Mingyu. "Terus kita harus gimana?" tanyanya sekali lagi, Wonwoo tak mau berlama-lama saling menjauh dengan Mingyu, ia tidak mau. Dan Mingyu yang didepannya malah menggelengkan kepalanya. "Alvaro!" tegas Wonwoo.

Mingyu menghela napasnya dan berbalik. "Gua juga bingung Arka.." ucapnya, apalagi dengan perkataan ibunya yang malah menyuruhnya untuk mencium Wonwoo lagi guna meyakinkan perasaanya. Sama seperti yang dikatakan Irene, agar dirinya mencoba untuk mendekati Wonwoo.

Pemuda rubah itu menatap Mingyu dengan tatapan yang terkesan, kesal. "Ya udah deh, lupain aja kejadian itu. Toh kita sama-sama mabuk." balasnya dengan kesal dan berjalan melewati Mingyu menuju mobilnya.

Mingyu menatap kepergian Wonwoo dengan sendu, ia langsung mengejar pemuda itu dan menahan pintu mobil yang akan Wonwoo buka. "Arka, lo marah?" tanyanya. Tapi sebuah gelengan ia dapatkan, padahal ia tahu raut wajah Wonwoo sekarang yang terlihat begitu kesal.

Brown-niesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang