¹⁴ berpikir sebelum bertindak

1K 109 6
                                    

Jeonghan menaiki mobil yang terparkir di depan kosannya, ia memasang sabuk pengaman dan menatap Seungcheol yang duduk di bagian pengemudi. "Emang nggak papa ya mas, mas Reza ke sini tapi nggak ngabarin Alvaro?" tanyanya dengan kedua tatapan polosnya.

Seungcheol tersenyum tipis dan menggeleng. "Nggak papa.." ia mulai melajukan mobilnya pergi dari area kos tersebut. "Kamu emang nggak sibuk kan kalo kita keluar hari ini?" tanyanya kemudian.

"Nggak.." jawab Jeonghan, ia menatap lurus ke arah jalan. Seungcheol jauh-jauh datang ke kosnya untuk mengajaknya pergi ke toko butik untuk memesan jas yang akan mereka gunakan untuk pernikahan mereka. "Nanti habis nikah, kita jadi tinggal di rumah yang terpisah sama orang tua mas Reza?" tanya Jeonghan kemudian.

Pria berlesung pipi itu mengangguk untuk menanggapi. "Iya Raka, rumahnya paling dari sini sekitar setengah jam kok. Semester depan juga kamu kan mulai skripian, jadi biar kamu lebih fokus buat ngerjainnya." jawab Seungcheol.

Jeonghan mengangguk kecil, setiap kali ia bersama Seungcheol hanya berdua, jantungnya selalu berdetak dengan cepat, membuat dirinya terkadang membuat kesalahan yang tidak ia sengaja dan berakhir dirinya yang malu. Tapi Seungcheol tak pernah memandangnya buruk.

Sejak pertemuan pertama, keduanya sudah saling tertarik satu sama lain, yang membuat mereka mengiyakan perjodohan tersebut.

"Tapi Raka.." Seungcheol menoleh, ia tengah menghentikan mobilnya di lampu merah. "Kalo semisal habis nikah kita tinggal bareng Alvaro nggak papa?" tanyanya.

Pemuda cantik itu menatap Seungcheol dengan mata mengerjap kecil. "Boleh mas? Aku kira mas Reza nggak mau kalo tinggal bareng Alvaro." balasnya dan membuat Seungcheol terkekeh kecil.

"Bukannya saya nggak mau, tapi kan harus bilang dulu sama kamu." balas Seungcheol.

Senyuman terukir di wajah Jeonghan. "Mau.. kan mas tahu kalo aku udah nganggep Alvaro sebagai adik. Sekarang juga, sikap Alvaro ke aku udah mulai berubah mas, mungkin dia emang udah bener-bener nganggep aku sebagai kakak iparnya." jelas Jeonghan.

"Bagus deh.." Seungcheol mengusap wajah Jeonghan sebelum kembali melajukan mobil tersebut. "Alvaro juga bukan tipe orang yang lama buat move on, paling bentar lagi dia bilang suka sama orang lain." lanjutnya.

Jeonghan mengangguk kecil untuk menanggapi, ia menatap Seungcheol lekat dari tempat duduknya itu. "Mas Reza.. mau.. punya anak nggak?" tanyanya kemudian, melihat kedua mata calon suaminya itu membulat. "Maksud aku, adopsi mas.." lanjutnya.

"Saya mau ngikut kamu aja Raka. Kalo kamu mau punya anak, ayo kita adopsi, kalo enggak juga nggak papa." jawab Seungcheol.

Entah Jeonghan harus berperasaan yang seperti apa, Seungcheol selalu memikirkan dirinya. "Aku sebenernya pengen.. tapi kalo untuk sekarang, belum siap mas. Habis lulus mungkin." jawabnya.

"Iya.. saya ngerti kok. Jadi kamu tenang aja. Kita bisa gunain waktu kita setelah nikah, buat pacaran, kan kita nggak pacaran." balas Seungcheol.

"Pacaran?" gumam Jeonghan, ia menundukkan kepalanya. "Mas tahu nggak kenapa sebelum ini aku nggak pernah pacaran?" tanyanya kemudian.

"Kenapa sayang?"

"Aku takut mas.." Jeonghan menghela napasnya panjang. "Pandangan orang lain ke aku beda, contohnya kaya Alvaro, selalu aja bilang aku cantik padahal aku cowok. Aku takut kalo mereka deketin aku hanya karena fisik, nggak bener-bener suka. Soalnya entah cowok atau cewek, mereka bilang aku cantik." jelasnya.

Brown-niesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang