⁴⁰ punya hati nggak sih? (end)

1.8K 150 15
                                    

Wonwoo segera melepas pelukan Mingyu, ia masih begitu bingung karena tiba-tiba Mingyu datang, menangis, memanggilnya dengan sebutan kak Dylan lalu memeluknya dan sekarang menangis. "Lo nangis?" tanya Wonwoo bingung dan Mingyu segera menghapus air matanya dengan kasar. 

Mingyu menelan ludahnya dengan kasar, ia kembali memeluk Wonwoo dan membuat kekasihnya bertambah bingung. "Ka.. ini gua.. Mahen.." ucapnya kemudian sembari melepas pelukannya lagi, ia menatap lekat Wonwoo yang wajahnya sungguh bingung seperti orang bodoh. 

"M-Mahen?" lirih Wonwoo, Wonwoo bukannya lupa, ia mengingatnya, hanya saja samar-samar karena kejadian itu sudah sangat lama saat dirinya berumur enam tahun. Tapi ia ingat jelas bahwa dirinya pernah menolong seorang anak kecil yang menyebut dirinya sendiri dengan Mahen. 

Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar, dirinya menatap Mingyu yang mengangguk dengan senyuman juga tangisannya. Mata rubahnya juga memerah, kenapa dirinya tidak pernah sadar bahwa Mingyu adalah anak kecil itu? Anak kecil yang lebih pendek darinya, merengek dengan wajah yang begitu pucat. "Lo.. Mahen?" tanya Wonwoo sekali lagi untuk meyakinkan. 

Mingyu menganggukkan kepalanya, ia meraih kedua tangan Wonwoo dan menggenggamnya dengan erat. "Iya Ka.. gua Mahen, anak kecil yang lo.. tolongin di rumah itu.. hiks.. yang lo kasih buah stroberi sebelum lo pergi.." Mingyu menunduk dalam. "Kita ketemu lagi Ka.." lirih Mingyu.

Air mata Wonwoo mengalir begitu saja, entah kenapa dirinya merasa senang tapi juga sedih, ia segera meraih tubuh Mingyu dan memeluknya dengan erat. Wonwoo senang karena anak kecil yang ia bawa dari rumah itu, yang ia tolong masih hidup dan bisa bertemu dengannya lagi. Ia sedih karena dirinya sama sekali tidak mengenali Mingyu, mungkin juga karena nama panggilan Mingyu yang berbeda. 

Keduanya saling memeluk hingga setelah beberapa saat, pelukan tersebut di lepas satu sama lain. Wonwoo lalu menutup pintu di belakang Mingyu, ia mengajak Mingyu duduk di sisi ranjangnya. "Ceritain ke gue.." ucapnya kemudian dan Mingyu mulai bercerita bagaimana dirinya teringat akan masa lalunya itu kepada Wonwoo. 

Dan Wonwoo mengerti sekarang, bagaimana Mingyu melupakan kejadian itu dan bagaimana Mingyu mendapatkan traumanya. Bagaimana kekasihnya itu takut akan kegelapan hingga membuat tubuhnya berkeringat dan meringis saat berada di dalam gelap. "Sekarang lo nggak perlu takut lagi Al, ada gue.." ucapnya setelah Mingyu selesai bercerita. 

Pemuda tan itu tersenyum tipis, ia mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Wonwoo dengan lembut. "Makasih Ka.. kalo bukan karena lo dulu, mungkin gua nggak di sini sekarang." balasnya. 

Wonwoo terkekeh kecil, ia meraih tangan Mingyu yang mengusap wajahnya, menggenggamnya dengan erat. "Gue nyelametin jodoh gue sendiri Al.." balasnya. 

Mata Mingyu membulat lebar saat mendengarnya, ia tidak menyangka Wonwoo akan berkata seperti itu yang membuat dirinya menahan senyuman tipisnya. Ia mendekat dan memeluk tubuh Wonwoo dengan erat. "Gue sayang sama lo Ka.." ucapnya kemudian, menyamankan tubuhnya yang masih sedikit panas di tubuh sang kekasih. 

Wonwoo menggerakkan tangannya mengusap kepala Mingyu, dirinya membawa Mingyu berbaring di tempat tidurnya dan keduanya saling memeluk. Ia tahu kekasihnya itu masih sakit, mencoba membawa Mingyu untuk tidur, untuk beristirahat agar cepat sembuh. 

Dan benar, Mingyu terlelap begitu saja di pelukan Wonwoo. Wonwoo melepas pelukannya dari Mingyu, ia teringat akan jaket milik Mingyu dulu yang kemungkinan masih disimpan oleh sang ibu. Ia turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya, menuruni tangga hingga ia tiba di ruang tamu dengan bingung. 

Ia sama sekali tidak tahu kalau kedua orang tua Mingyu ikut dengan Mingyu. Ia menelan ludahnya dengan kasar lalu menatap kedua orang tua Mingyu yang menyunggingkan senyuman tipis kearahnya.

Brown-niesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang