³⁰ pecah telor

1.4K 122 22
                                    

Mingyu duduk di sofa ruang tamu sembari memangku wadah kotak berisi brownis yang ia dapatkan dari sang ibu yang mengirimkannya secara instan menggunakan jasa kurir karena tahu Mingyu sakit. Tapi pemuda itu sudah sembuh ternyata. Dan tenang saja, Hoshi sudah mendapatkan bagiannya.

Sementara di sampingnya, Wonwoo tengah sibuk menonton televisi yang menyala dengan memakan brownis buatan ibunya Mingyu juga hanya saja dibuat khusus untuk dirinya yang menang tidak terlalu menyukai manis. Calon mertua yang pengertian.

"Ka.." panggil Mingyu tiba-tiba dan Wonwoo menolehkan kepalanya. "Di dunia ini.. lo paling suka sama apa?" tanyanya kemudian dan Wonwoo terdiam untuk memikirkan jawaban untuk Mingyu.

Pemuda rubah itu menggelengkan kepalanya. "Nggak tahu." jawabnya dan ia menyandarkan diri di sandaran sofa yang ia duduki. "Lo emang ada?" tanyanya kemudian.

"Adalah." balas Mingyu dengan sedikit seru. "Yang nomer tiga.. motor gua.. terus nomer dua.. brownis buatan mama, nomer satunya baru lo." jawabnya dengan bangga sembari menyunggingkan senyuman tipisnya.

Kedua mata Wonwoo mengerjap, ia menelan ludahnya dengan kasar dan langsung kembali menatap ke layar televisi. "Gue kira.. gue nggak ada di list." balasnya lirih, seperti biasa, dirinya tengah bersemu hanya karena perkataan Mingyu.

"Harusnya gua sih yang nanya itu ke lo.." ucap Mingyu lalu ia meletakkan wadah berisi kue kesukaannya itu ke atas meja, ia mendekat ke arah Wonwoo. "Lo tahu nggak kenapa lo nggak suka manis?" tanyanya dengan lirih sembari menatap lekat Wonwoo.

Sang kekasih menolehkan kepalanya. "Ya.. gue nggak suka aja." jawabnya karena hanya alasan itu yang ia temukan. Ia memang tidak terlalu menyukai makanan dan minuman yang begitu manis.

Mingyu menggelengkan kepalanya dan membuat Wonwoo menatapnya terheran. "Lo nggak suka manis.. karna lo udah manis Arka.." balasnya dan langsung mencium pipi kanan Wonwoo sebelum kekasihnya itu dapat mencerna apa yang ia katakan.

Mata Wonwoo membulat lebar dan wajahnya seketika bersemu, kedua daun telinganya memerah dan ia langsung mendorong Mingyu menjauh darinya. Ia mengalihkan pandangannya dengan menoleh ke samping kiri, merasakan jantungnya yang berdetak dengan cepat.

Sementara Mingyu, ia terkekeh dengan gemas melihat tingkah kekasihnya yang begitu menggemaskan, menunjukkan wajah murungnya tapi wajahnya memerah. Ia tahu bahwa Wonwoo terpesona dengan apa yang ia katakan. "Lo manis banget sampe gua pengen makan.." ucapnya sembari mendorong Wonwoo dan ia mengungkung kekasihnya itu.

"Alvaro!" Wonwoo memukul pundak Mingyu yang kini malah menciumi wajahnya bertubi-tubi. "Al.. stop.." ucapnya, ia sendiri malah terkekeh karena kecupan itu dan Mingyu sama sekali tak mendengarkannya dan terus menciumi seluruh area wajah Wonwoo dengan kedua tangannya menahan kedua bahu Wonwoo.

Bibirnya mengecup bibir Wonwoo untuk mengakhiri kecupan beruntun itu, ia menatap Wonwoo yang berada di bawahnya. "Boleh cium nggak? Ya?" ucapnya dengan nada memohon, padahal Wonwoo sudah mengatakan bahwa Mingyu bisa menciumnya tanpa harus meminta izin. Biasanya juga seperti itu.

Wonwoo menghela napasnya panjang. "Terus kalo gue bilang nggak boleh lo nggak mau nyium gue?" tanyanya balik dengan nada sarkas tapi Mingyu yang melihatnya seperti Wonwoo malah menggodanya.

Pemuda tan itu tersenyum lebar dan langsung merendah, ia mencium bibir Wonwoo dan melumatnya. Merasakan kedua tangan Wonwoo melingkar di lehernya membuat dirinya tak akan melepas ciuman tersebut dengan singkat.

Wonwoo sendiri dapat merasakan rasa manis di bibir Mingyu yang tadi memakan brownis yang diberikan ibunya. Ia sedikit melenguh tertahan saat Mingyu membawa lidah pemuda itu masuk ke belah bibirnya. Ujung lidah itu menyapanya dan Wonwoo mengizinkannya masuk dengan membuka mulutnya.

Brown-niesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang