⁵ pernikahan dini?

1.2K 109 10
                                    

Pertandingan basket sudah berjalan selama separuh permainan di gedung olahraga universitas. Tim basket dari Fisip juga sudah melakukan tiga pertandingan sebelumnya hari ini dan pertandingan kali ini adalah pertandingan terakhir untuk hari ini sebelum dilanjutkan besok untuk semi final.

Sorakan terus terdengar dari penonton di pinggir lapangan bola basket tersebut ketika melihat tim dukungannya memasukkan bola ke ring basket milik lawannya. Sampai akhirnya permainan di tutup dengan kemenangan dari Fisip yang memasuki babak semi final besok.

Mingyu langsung berlari ke pinggir lapangan begitu selesai dengan sesi salaman dengan pihak lawan, ia langsung meraih botol minumnya dan meneguknya hingga tandas. Meraih handuknya dan mengeringkan tubuhnya yang basah kuyup karena keringatnya yang bercucuran. Bisa dipastikan, kaos basketnya bisa diperas.

Wonwoo yang juga sudah di pinggir lapangan sembari meneguk minumnya memperhatikan Mingyu. Ia belum sempat meminta maaf kepada Mingyu karena ia memukul wajah pemuda itu yang kini meninggalkan bekas luka di ujung bibirnya. Bahkan keduanya tak saling berbincang dan berusaha tetap bersikap profesional ketika di lapangan.

Para penonton dan para pemain mulai berhamburan keluar dari gedung tersebut, hari sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan gedung olahraga akan di tutup tentu saja. Termasuk Mingyu, dirinya melangkah keluar bersama tim basketnya dan pendukungnya dari Fisip. Mereka berpisah di depan gedung olahraga tersebut, saling menuju ke kendaraan masing-masing untuk pulang.

Mingyu menaiki motornya, ia akan memakai helmnya tapi tiba-tiba gerakan tangan kirinya dihentikan oleh seseorang dan ketika menoleh, ia mendapati Wonwoo yang berdiri di samping motornya. "Apa lo, mau mukul gua lagi?" tanyanya sinis, ia menepis tangan Wonwoo.

Pemuda bermata rubah itu menghela napasnya. "Gue mau minta maaf Al.." ucapnya kemudian.

Dahi Mingyu mengernyit bingung. "Serius lo?" tanyanya memastikan dan Wonwoo mengangguk kecil untuk menanggapi. Ia kemudian menaruh helmnya di bagian teng bensin motor sport kesayangannya dan menumpu kedua tangannya di atas helmnya tersebut. "Kena angin apaan lo tiba-tiba minta maaf?" sinis Mingyu.

"Gue tahu lo salah.." ucap Wonwoo dan membuat Mingyu menatapnya dengan kesal. "Tapi gue juga salah main mukul lo gitu aja." lanjutnya dan Mingyu menganggukkan kepalanya membenarkan. "Dan.. sebenernya gue marah ke lo juga karena gue ngira.. kak Okta suka sama lo." lanjutnya.

"Kak Okta suka sama gua?" ucap Mingyu dengan sumringah.

"Enggak Alvaro, jangan kepedean deh." balas Wonwoo yang membuat wajah Mingyu langsung berubah murung. "Lo sama gue.. sama-sama nggak ada kesempatan." ucapnya dan membuat Mingyu bingung sekarang. "Ini sebenarnya bukan urusan gue buat bilang sama lo, tapi.. kak Okta bilang mau nikah liburan semester ini."

"APA?!" seru Mingyu.

"Kira-kira dong kalo mau teriak!" kesal Wonwoo sembari mengusap kedua telinganya.

Mingyu membulatkan kedua matanya lebar. "Lo pasti bohong biar gua nyerah kan?" balas Mingyu kemudian.

Wonwoo memutar bola matanya dengan malas. "Nggak Alvaro.. gue juga kaget pas denger.. Alasan kak Okta nolak gue karena dia mau nikah." tegasnya sekali lagi.

Pemuda tan itu menelan ludahnya dengan kasar, ia merasa keringatnya kembali masuk ke dalam tubuhnya yang sekarang terasa merinding. "Nggak mungkin, kak Okta kan masih muda.. masa udah mau nikah aja sih?" gumamnya dengan kesal.

"Ya gue juga nggak ngerti, dia bilang dia saling suka sama orang yang mau nikah sama dia." balas Wonwoo.

Mingyu terdiam selama beberapa saat sebelum bertanya, "lo tahu siapa orangnya?" tanyanya kemudian.

Brown-niesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang