⁸ penyerahan perasaan

1K 107 10
                                    

Seungcheol melangkah keluar dari kamarnya setelah ia membersihkan diri sepulang kerja. Ia berjalan ke arah ruang keluarga di mana kedua orang tuanya berada dan sedang membicarakan mengenai pernikahannya yang akan dilakukan sekitar dua bulan lagi.

Pria itu berdiri tak jauh dari kedua orang tuanya duduk. "Pa.. ma.." panggilnya lalu ia mendudukkan diri di sofa single yang ada di sana. Menatap kedua orang tuanya yang menoleh. "Ada yang abang bicarain.. tentang pernikahan abang." ucapnya kemudian.

"Kenapa hm?" tanya sang ibu, menatap lekat putra sulungnya yang menampilkan wajah sedikit murung.

Seungcheol menelan ludahnya dengan kasar. "Kalo semisal.. pernikahan abang sana Raka di batalin gimana?" ucapnya kemudian. Tentu hal tersebut membuat kedua orang tuanya terkejut.

"Maksud kamu apa Reza? Dibatalin kenapa?" tanya ibunya dengan cukup panik.

Pria dua puluh delapan tahun itu menundukkan kepalanya. "Alasan kemarin Alvaro bersikap kaya gitu itu.. karena orang yang dia bilang dia suka, itu Raka ma.." balasnya, membuat kedua orang tuanya membulatkan mata mereka karena terkejut. "Cowok yang selama ini Al ceritain ke kita itu Raka, ternyata.. Raka kakak tingkat Al." lanjut Seungcheol. Mereka baru mengenal, itu sebabnya ia tidak tahu lebih dalam mengenai Jeonghan.

Sang kepala keluarga menatap Seungcheol yang terlihat begitu sedih. "Terus kamu mau batalin pernikahan kamu gara-gara adik kamu huh?" tanyanya untuk memastikan.

"Kemarin itu Al nangis pa.." Seungcheol mendongakkan kepalanya. "Papa sama mama tahu sendiri Al nggak pernah nangis, abang yakin kalo Al beneran suka sama Raka." jawabnya.

"Tapi masa kamu harus ngalah gitu aja Reza. Kamu sendiri yang bilang ke mama kalo Raka juga suka sama kamu." balas sang ibu.

"Iya.." Seungcheol menghela napasnya panjang. "Tapi abang nggak mau bikin Al sedih.. Toh juga, abang bisa nikah sama orang lain." lanjutnya.

"Tapi gimana sama perasaan kamu? Gimana sama perasaan Raka yang juga suka sama kamu?" nyonya Hendra menghela napasnya, ia menatap lekat putra sulungnya. "Meskipun Alva sekarang marah, kesel sama kamu, tapi mama yakin, dia nggak bakal tega buat batalin pernikahan kamu sama Raka. Dia cuma butuh waktu sayang.." ucapnya membujuk sembari mengusap lengan kanan Seungcheol.

Pria itu menelan ludahnya dengan kasar, ia tidak berpikiran sampai ke sana dan hanya memikirkan mengenai perasaan Mingyu sekarang. Bahkan ia mencoba menghubungi Mingyu tapi Mingyu tak merespons sama sekali, tidak seperti biasa yang langsung meresponsnya. "Aku.. cuma nggak pengen Alvaro sedih.." lirihnya.

"Mama ngerti posisi kamu.. tapi bukan berarti kami bisa batalin pernikahan kamu yang udah kita rencanain. Kasihan juga sama Raka kan?" balas sang ibu dan Seungcheol menganggukkan kepalanya untuk menanggapi. "Sekarang, kita tunggu aja, nanti juga Alva balik kaya biasanya, dia cuma butuh waktu nak.." lanjutnya.

Seungcheol tak menanggapi apapun, dirinya hanya terdiam dengan wajah murungnya, masih menunduk dalam dan masih saja memikirkan Mingyu. Mungkin bisa di katakan, diantara dirinya dengan kedua orang tuanya, ia yang lebih menyayangi Mingyu dan tak ingin adiknya itu merasa sedih. Itu sebabnya ia berpikir untuk merelakan pernikahannya dengan Jeonghan demi Mingyu.

🔹🥧🥧🥧🥧🥧🔹

"Kamu udah ngomong sama Alvaro?" Jeonghan menatap Wonwoo yang duduk di sampingnya. Keduanya kini berada di mobil Wonwoo untuk berangkat ke kampus. Wonwoo sendiri mengangguk untuk menanggapi. "Gimana dia?" tanya Jeonghan kemudian.

"Untuk sekarang, mending kak Okta biarin Alvaro dulu, dia butuh waktu kak. Alvaro juga bilang, dia belum siap buat ngomong sama kak Okta." jawab Wonwoo, ia terus menatap lurus ke depan untuk fokus dengan jalanan.

Brown-niesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang