6. Kasus Pemerkosaan

139 25 19
                                    

"H-ha? c-cacat?" ucap Eza tak percaya begitu saja terhadap papa nya

"Ya, itu sebab nya dia membencimu bahkan kedua putranya ikut membenci dirimu hingga kini" ujar nya malas jika bahas musuh bisnisnya itu

"Apa benar aku cacat? benarkah itu.." gumam nya masih bisa terdengar dari sebrang sana, sementara papa Eza hanya menampilkan senyum miring nya

"Ya, kamu tidak percaya kepada papa?" tanya nya mencoba meyakinkan sang anak

"Aku punya kekurangan apa..?" tanya Sza menatap kosong kamarnya, entah kenapa hatinya sedikit sakit mendengar kenyataan yang tak pernah ia ketahui selama ini

"Jika tidak percaya tanya saja pada mereka" ujar pria itu lalu mematikan telpon nya sepihak

🌟🌟🌟

"Bang.." panggil Eza mendekat kepada Kezav dengan hati hati agar tak membuatnya marah, Kezav melirik sekilas Eza yang tengah memandang dirinya sendu tidak seperti biasanya

"Alasan kalian benci kepadaku karena apa?" ragu Eza menundukkan kepalanya

Kezav seketika menghentikan aktivitas nya saat mendengar penuturan Eza yang membuatnya terkejut.

"Lo cacat dari lahir!" sarkas Kezav pergi meninggalkan Eza sendiri diruang keluarga

Eza diam membeku seketika mendengar penuturan Kezav saat itu.

"Pa?" ucap Eza saat melihat Zeen sudah kembali dari Belanda dan hanya melewati nya tanpa menoleh. Ia berjalan menuju kamarnya dengan wajah datar

"Papa udah pulang? berarti besok gw udah mulai rencana dong!" tebak Eza menerbitkan senyum manis yang ia miliki

"Rencana apa?!" ucap seseorang dari arah belakang nya membuat ia diam membeku. Eza membalikan tubuhnya menatap asal suara yang ternyata berasal dari abang nya

"E-eh, enggak kok!" jawab Eza sedikit gugup karena ditatap Egata tajam

Egata yang mendengar jawaban dari Eza langsung pergi tanpa mempedulikan wajah tercengang milik Eza.

"Aneh!" ucap Eza berjalan menuju dapur untuk mengisi perut kosong nya

"Bi Inah masak apa!" tanya Eza sambil mendekat disamping nya

"Eh non Eza.. mau makan? bibi ada buat sop buntut" tawar Inah kepada nona mudanya.

Ia juga sering kali melihat penyiksaan yang Zeen berikan kepada Eza membuatnya kasihan kepada nona mudanya yang baik hati itu.

"Wah! Sop buntut bik? itu kan kesukaan Eza!!" senang nya dengan cepat mengambil makanan yang sudah disediakan oleh bik Inah

"Makan yang banyak non, biar non Eza punya tenaga lebih" pinta Inah memandang sendu Eza

Selesai makan Eza pergi menuju halaman belakang rumah untuk memenangkan pikiran nya saat ini.

Entah kenapa ia merasa pusing memikirkan ucapan Kezav dan papa nya dengan jawaban yang sama.

"Tidak mungkin papa berbohong, apalagi tentang kekurangan" lelah Eza duduk dibangku yang arah nya tertuju pada sebuah rumah tua tak jauh dari tempat nya saat ini

Eza memperhatikan dengan seksama dan mengamati tampilan luar rumah itu. "Sejak kapan ada rumah tua didepan sana" heran nya sendiri mulai bangkit dari kuburnya, ralat maksud nya bangkit dari duduk nya

Ia berjalan menuju rumah tua itu yang hanya beberapa meter dari halaman belakang milik Dazeen.

"Itu rumah masih ditempatin nggak ya?" tanya Eza bermonolog

ALENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang