★ Part 9 : Kneel ☆

9.9K 657 177
                                    

Claurence di satu sisi sangat lega ketika keluar dari ruangan pria yang dia rasa sangat mencekam itu. Dia menghembuskan napas lega serasa beban di dadanya hilang.

Namun baru dia merasa hidup kembali beberapa detik, pintu di belakangnya terbuka membuat mereka menoleh.

Napas Claurence seketika kembali sesak ketika melihat Luca dan Alaric yang muncul dari sana.

"Setelah ini, Anda harus menghafal dan memahami seluruh dokumen itu selama 24 jam. Saya harap Anda mengerti hal itu dengan jelas, Nona D'Angelo?" perintah Luca tanpa basa-basi.

Clau mengangguk kecil, rautnya tampak seperti murid yang sedang dimarahi oleh gurunya. Membuat Alaric kembali menciptakan senyuman terhiburnya karena itu.

"Kelalaian Anda dalam tugas pertama yang diberikan membuat penilaian terhadap Anda berkurang, saya harap Anda akan melakukan yang terbaik setelah ini."

Claurence mengepalkan tinjunya tanpa sadar, dia tampak kesal, namun kali itu tidak menginterupsi membuat Alaric tersenyum makin lebar melihat tingkah kekanakan Claurence. Alaric bisa menebak gadis itu sedang mengumpat di dalam hatinya.

Tabiat gadis itu yang sulit menyembunyikan kemarahannya sangat terlihat jelas bagi Alaric.

Luca pergi dari sana setelah itu dengan menyimpan sebelah tangannya di saku, membuat mata Claurence terus menatap tajam ke arah pria itu bahkan ketika dia sudah tidak terlihat.

"Dia tidak semenyenangkan itu, kan?" ucap Alaric membuat kekesalan Claurence buyar sesaat. "Bisa kau bayangkan bagaimana aku harus berurusan dengannya setiap hari?" Alaric menggelengkan kepala sok tidak tahan.

Claurence mengerutkan keningnya. "Kau tidak suka dengannya?"

Alaric kemudian makin tersenyum. Puas setelah Clau terpengaruh olehnya. "Siapa yang suka diintimidasi olehnya? Kau juga tidak, kan?" ucap Alaric membuat senyuman Claurence mengembang, terhibur dengan perkataan asisten kedua dari Eizer itu barusan.

Tapi dia tahu, ada sesuatu dengan lelaki ini.

"Lanjutkan apa yang harus kau lakukan, Alaric," potong Aran tampak mengusir. "Mohon ikuti saya, Nona."

Aran mendahului. Sedangkan Alaric hanya memasang senyuman lebar namun terlihat janggal itu.

Claurence mengikuti di belakang ketika mereka sampai setelah melangkah agak cukup jauh dari posisi bodyguard yang menjaga di depan ruangan Eizer.

Aran membuka akses pintu ruangan yang berada tepat di samping ruangan Direktur Utama. Awalnya Clau penasaran mengapa hanya ada dua pintu di lantai yang cukup besar itu. Namun setelah tahu lantai itu ditempati oleh posisi tertinggi perusahaan, dia tahu dari mana alasan tersebut berasal.

"Ini ruangan sekretaris utama, tempat Anda." Aran kemudian masuk ke ruangan yang tak kalah luas dan memiliki fasilitas lengkap di sana.

Clau menatap sekeliling dengan kagum.

"Itu connecting door, pintu yang menghubungkan tempatmu dengan ruangan Tuan Burner. Pintu itu hanya terbuka jika kau mendapat perintah darinya, jika tidak," Aran menekan gagang pintu dan meletakan akses di alat yang tetap memancarkan sensor merah, "tidak akan terbuka." Clau memperhatikan dengan saksama.

"Ada empat telepon di mejamu." Claurence menatap jauh ke arah meja di sana sebab luasnya tempat itu. "Satu telepon hanya ada satu nomor yang hanya kau gunakan jika menghubungi Tuan Burner, satu untuk kau menghubungi petinggi perusahaan selain direktur utama, satu untuk pihak eksternal, dan satu terakhir untuk pihak internal selain yang tadi kusebutkan."

"Silakan baca kembali dokumen di tanganmu agar kau mengerti," lanjut Aran.

Claurence kemudian menatap dokumen di tangannya. Orang gila mana yang bisa menghafal isi dokumen ini selama setengah jam?!

Dance With The Devil [COMPLETE☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang