★ Part 11 : Annoying ☆

7.6K 565 116
                                    

"Claurence? Cepat sekali kau sudah datang." Madam Mary melihat waktu di jam dinding digital di dapur menunjukkan 30 menit sebelum teh wajib Eizer disajikan.

"Tidak apa, kan?" Claurence tersenyum kecil. Sudah memaki Eizer terus menerus dalam hatinya sebab menjadi alasan utama kesusahannya berturut-turut dari awal.

"Tentu saja." Madam Mary tersenyum lebar, namun senyuman itu agak memudar ketika melihat kedua tangan Claurence yang tampak terperban. "Ada apa dengan tanganmu? Astaga, terlihat menyakitkan, apa kau baik-baik saja?"

Clau melirik tangannya sebentar lalu mengibaskannya sedikit ke udara. "Aku baik." Clau tersenyum kecil. Sangat baik! seru Claurence dalam hati tak henti memaki Eizer sedetik pun.

Madam Mary tampak ragu, dia diam memperhatikan perban di kedua tangan gadis itu yang tampak ada sedikit noda merah dari dalam yang merambat ke luar, dan perban itu dipasang asal-asalan dengan sedikit noda kuning di beberapa bagian.

"Itu terlihat buruk, ayo obati dulu lukamu." Madam Mary meraih pergelangan tangan Claurence dengan hati-hati, kemudian menuntunnya berjalan menjauh dari area dapur.

"Madam, aku tidak apa-apa, ayo buat tehnya," ucap Clau menoleh sekilas ke arah dapur khusus yang mereka lewati dengan terus ditarik oleh Madam Mary.

Jika telat lagi, bisa-bisa tak hanya tanganku yang disiram oleh iblis itu!

"Jangan keras kepala, kau tidak akan bisa membawa tehnya dengan benar jika kau terluka seperti ini." Madam Mary membawa Claurence pergi. Berjalan ke arah ruang kesehatan di satu lantai lebih bawah dari area restoran kantor dengan menggunakan lift.

Madam Mary membawa Claurence ke arah salah satu dari banyaknya sofa panjang di ruangan yang dominan warna putih. Clau menatap sekeliling, ada lebih dari sepuluh pintu di ruangan itu yang memuat ruangan-ruangan lain di dalamnya. Bahkan penciuman gadis itu sekarang dipenuhi oleh aroma obat-obatan.

"Ini tempat kesehatan kantor?" tanya Claurence ketika dia sudah duduk di sofa, menatap ke arah Madam Mary yang menuju ke salah satu kabinet tempat menyimpan obat-obatan ringan.

"Kau benar, sayang." Madam Mary mengambil kotak P3K dan membawa ke arah Claurence.

Clau terperangah. "Itu semua kamar pasien?" Madam Mary mengangguk. Gila! Mereka yang sakit di perusahaan itu akan mendapatkan tempat VIP di rumah sakit tanpa perlu ke rumah sakit pusat jika berada di kantor itu. Satu orang satu kamar, bahkan jarak ruangan satu dengan ruangan lain cukup lebar. Dan ada empat ruangan yang dilihat Claurence sebagai ruangan dokter, dan dua meja resepsionis di dekatnya.

"Astaga, ini lebih buruk dari kelihatannya!" seru Madam Mary ketika Claurence tidak sadar ternyata perban di tangannya sudah dibuka oleh wanita setengah baya itu. "Apa yang terjadi? Kenapa kau bisa terluka separah ini?"

Karena si sialan itu! Siapa lagi yang bisa melakukan hal gila di sini?! Ingin sekali Clau menyerukan hal itu pada Madam Mary.

"Apa kau sudah ke dokter untuk mengobati ini?" tanya Madam Mary khawatir, dia tampak membuang perban dari kedua tangan Claurence. Mulai membersihkan lukanya dengan ringisan kecil mulai terdengar dari bibir Clau.

"Tentu, aku hanya belum sempat menganti perbannya dengan benar." Clau meringis. "Kau tidak perlu repot, Madam. Aku akan menggantinya jika ada waktu nanti."

"Mana bisa diganti sendirian, kau tidak lihat separah apa ini? Astaga, ini melepuh." Madam Mary ikut meringis seolah merasakan nyerinya. "Ini harus diobati dengan benar, tunggu di sini." Madam Mary bangkit dan pergi dari tempatnya.

"Madam, tunggu!" Clau ingin menghentikan wanita itu, tapi dia tidak dihiraukan. Madam Mary menuju salah satu resepsionis di sana, berbicara, lalu pergi ke salah satu ruangan dokter.

Dance With The Devil [COMPLETE☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang