New York City, New York, United States of America 06.34 PM.
A few hours ago
Claurence keluar dari ruang rapat setelah orang-orang menyelesaikan meeting. Gadis itu menyimpun tumpukan dokumen di tangannya, memilih-milih lalu meletakkan salinan notulennya di map.
“Terima kasih untuk hari ini, D'Angelo.” Ucapan Alaric membuat Clau yang sedang berjalan keluar hotel, sembari sibuk dengan berkas di tangannya menoleh ke belakang.
Claurence tersenyum simpul. “Terima kasih sudah mengapresiasiku, Mr. Charles.” Gadis itu meletakkan berkas di depan tubuhnya, mereka sudah melakukan pertemuan terakhir di hari itu yang memang memakan waktu pulang dari Claurence. Tapi Clau sudah hampir terbiasa pulang lebih malam.
Claurence memperhatikan gerak-gerik Alaric yang sedang mengapresiasi yang dia lakukan, berbanding berbalik dengan Luca yang akan selalu membuat dia down.
Alaric hanya tersenyum miring untuk membalas ucapan Claurence. Mereka berdua tampak menoleh ke arah pintu utama hotel di belakang mereka yang terbuka, menampilkan Eizer yang keluar dari sana dengan Luca dan dua pria berjas hitam lain di belakangnya.
Eizer melewati Alaric dan Claurence tanpa melirik ke arah mereka yang sedang berdiri di beranda hotel. Entah mengapa, orang itu seperti magnet yang dapat menarik perhatian di sekelilingnya karena karismanya yang sangat kuat, entah didukung dari pembawaannya yang sangat karismatik, ataupun memang penampilannya yang berwibawa kuat dengan aura yang memang disegani.
Alaric dan Claurence kemudian ikut berjalan di belakang orang itu untuk menuruni tangga beranda hotel, perlakukan otomatis seperti itu makin memvalidasi pengaruh Eizer.
“Alaric, hubungi Rey untuk ikut denganku nanti malam.” Perintah dari Eizer langsung membuat Alaric meraih ponselnya.
Claurence menatap ke arah Eizer yang berdiri di depannya, mereka berjalan menuju mobil masing-masing. Mereka akan kerja lagi? Serius, setelah satu kali penerbangan, tiga kali pertemuan, dan peresmian, Eizer akan kembali bekerja? Apa dia tidak lelah melakukannya setiap hari?
“Apa yang akan kalian lakukan?” Clau menatap ke arah Alaric di sampingnya.
Alaric yang sedang mengutak-atik ponselnya itu melirik sekilas ke arah Clau dengan ujung matanya, dia tersenyum simpul sembari melihat ponselnya lagi. “Mengejar buronan. Ada apa, apa kau ingin ikut?”
Claurence yang masih berjalan membuntut itu menatap ke arah punggung tegap Eizer sekali lagi, lalu ke arah Alaric kembali. “Aku boleh ikut?” Claurence berhenti melangkah, dia berdiri di samping mobil.
Mendengar hal di luar perkiraannya membuat Alaric tersenyum miring lebih lebar kali ini. Alaric menatap Eizer yang membuka pintu mobilnya tak menghiraukan. “Tentu saja.”
Di sanalah Claurence memulai, bukannya tidur di kasur empuknya yang menjadi hobi dan hal yang paling dia idamkan belakangan, malah berada di samping tempat duduk pengemudi yang sedang melaju sangat kencang ke tempat tujuan mereka.
Claurence satu mobil dengan Alaric yang sedang menganti gigi mobil sport-nya, mengikuti mobil supercar Luca yang memimpin jalan berada di jalur paling depan. Sedangkan mobil Eizer berada di baris ketiga di belakangnya, berada di tengah-tengah, dengan dua mobil brabus lain milik bawahan pria itu di belakang mobil Eizer.
Deruman mobil-mobil mahal mereka bersahut-sahutan sangat nyaring dan gagah di tengah malam itu. Membelah jalan membalap pengendara-pengendara lain di depan mereka, ataupun pengendara itu yang menyingkir dari jalan memberi jalur untuk iringan mobil mahal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dance With The Devil [COMPLETE☑️]
Romance[COMPLETE/TAMAT] ⚠️WARNING! ADULT-DARK ROMANCE MATURE STORY! BERADEGAN KEKERASAN⚠️ "If we fuck, you'll remember, and even if you don't, your body will." -Eizer Nevorius Kingswell Burner Terbiasa dengan kekayaan, kekuasaan, dan kedudukan. Membuat pri...