“Selamat atas keberhasilannya, Bebe.” Alfa mengangkat tangannya pada Bebe yang duduk sendirian di kursi depan meja bartender. Alfa yang melihat tidak adanya respons dari wanita itu membuat dia mengerutkan kening. “Hei, jangan terlalu banyak minum, ini acaramu.” Alfa menarik gelas yang dipegang Bebe, baru dia tampak sedikit sadar sembari membuka matanya.
“Tck, jangan ikut campur.” Bebe meraih gelasnya kembali.
“Biarkan dia minum, lagi pula ini acaranya!” Dante meraih botol kristal yang berisi vodka kemudian menuangkan di gelas Bebe sampai hampir penuh.
“Dia perlu meladeni banyak orang yang akan datang padanya, dia tidak bisa terlalu mabuk sekarang.” Alfa berucap yang dibalas anggukan setuju oleh Tristan.
“Alfa benar, dia tidak bisa bicara pada mereka dengan keadaan seperti ini. Dia harus berhenti minum dulu,” ucap Tristan.
“Wah, sejak kapan kalian berubah jadi perhatian begini?” Dante menaikkan sebelah alis sembari minum di gelasnya. “Dia masih sadar, benar bukan, Bebe?” Dante menarik tangannya yang ada di saku celana lalu mengajak salaman pada Bebe yang memutar bola matanya. “Nah lihat, dia masih sadar untuk menunjukkan wajah ketusnya itu.”
“Well, mari kita mendatangi seseorang yang membuat perasaan Bebe selalu buruk.” Dante mengangkat gelasnya ke arah Eizer yang jauh dari mereka sedang berbicara dengan kolega. “Eizer Burner!” serunya membuat Alfa dan Tristan memutar bola mata masing-masing.
Mereka semua tahu, Eizer menolak Bebe.
“Eizer!!” seru Danze dengan tersenyum mendatangi Eizer sembari mengangkat gelasnya, menarik perhatian orang-orang di sekitar.
Eizer hanya melirik sekilas di ujung matanya dengan tak berhenti berbicara dengan dua pria berjas lain di depannya.
“Si sialan ini sangat tahu benar bagaimana mengusir orang-orang di sekitar Eizer,” ucap Alfa yang dibalas senyum simpul oleh Tristan. Mereka berjalan di belakang Dante dengan memegang gelas masing-masing.
Benar saja, dua kolega tadi tampak menjabat tangan Eizer sekali lagi sebelum pergi darinya dengan melempar senyum pada mereka bertiga.
“Kau tidak buka grup percakapan?” Dante menyikut lengan Eizer yang sedang menghabiskan minuman di gelasnya dengan sebelah tangan, dan sebelah tangan lagi dia simpan di saku.
“See if i care.” Eizer menyeringai tipis.
“Oh, jadi kau yang selalu membuat grup kita tidak pernah centang biru!” Dante menunjuk.
“Kenapa kau masih bertanya ketika tidak pernah sekali pun melihat Eizer mengetik pesan di grup?” Tristan menaikkan sebelah alis.
“Bulan depan kami akan ke Dukhan, kau ikut tidak?” Dante meletakkan gelas kosongnya di nampan pada pramusaji yang lewat lalu mengambil yang ada isi.
Eizer mendecih menghina. “Kau pikir aku akan bergabung dengan grup pengangguran seperti kalian?”
“Pengangguran kau bilang?!” Dante berseru tak terima.
“Kami sudah merencanakannya dua bulan lalu, sialan!” Alfa menghabiskan minumannya. Saking padatnya jadwal mereka satu sama lain, mereka tak punya liburan panjang yang sama kecuali bulan depan. Itu pun masing-masing dari asisten mereka paksa agar dikosongkan.
“Jangan salahkan aku yang selalu melihat berita kalian di pesta mana saja.” Eizer mengedikkan bahu, terlebih Alfa.
“Itu tidak termasuk hitungan, kami butuh hiburan di selang waktu pekerjaan.” Dante memelas. “Kau harus belajar dari kami bagaimana menikmati hidup sebenarnya. Bahkan di acara keluargamu begini kau masih menyelipkan pekerjaan, kau memang tidak menyenangkan untuk diajak bersenang-senang.” Dante menyeruput minumannya sembari mengedikkan bahu menghina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dance With The Devil [COMPLETE☑️]
Romance[COMPLETE/TAMAT] ⚠️WARNING! ADULT-DARK ROMANCE MATURE STORY! BERADEGAN KEKERASAN⚠️ "If we fuck, you'll remember, and even if you don't, your body will." -Eizer Nevorius Kingswell Burner Terbiasa dengan kekayaan, kekuasaan, dan kedudukan. Membuat pri...