PROLOG

135K 4.4K 63
                                    

Happy reading💟

Masa revisi, untuk yang sudah baca muna saran kan baca ulang lagi.


Sebelumnya kenalin aku Muna.
Dan, semoga kalian suka,ya!

Prolog

Seorang wanita paruh baya, Sedang sibuk-sibuknya bertempur dengan alat masak di dapur. Ke dua matanya tak luput untuk melihat jam dinding yang tertempel di tembok.

"Ya ampun! Sudah jam 06.45 menit. Bisa telat, nih!" ucap wanita itu, Ia adalah Wati Sari.

20 menit pun berlalu, Wati sudah selesai dengan pekerjaan nya. Lalu, Wati melangkahkan kakinya menuju kamar sang putra.

Tok

Tok

Tok

Wati mengetok pintu kamar anaknya, dengan sedikit keras. Agar pemilik kamar itu, bangun dari tidur nyenyak nya.

Sedangkan sang pemilik kamar, masih saja bergelut dengan dunia mimpi nya. Merasa tak ada jawaban, Wati masuk ke dalam dan beruntung kamar tidak di kunci dari dalam.

Saat Wati masuk, apa yang ia lihat? Putra nya tersebut masih saja tertidur dengan pulas nya, seraya memeluk bantal guling, dengan selimut yang sudah tergeletak di lantai. Anak lelaki tersebut bernama Alvian Nero.

"Bangun, nak. Sudah jam berapa ini? Nanti telat, loh!" Wati mengelus rambut Alvian lembut.

Eghuhh

Mendengar suara ibu nya, lelaki tersebut mulai menggeliat dan mengangkat lima jari nya ke hadapan ibu nya. "5 menit, Bu." Lalu, Alvian ingin mencari posisi yang nyaman guna menyambung tidur nya. Tapi sayang nya, ia urungkan kan mendengar ancaman wanita paruh baya tersebut.

"Bangun! Atau Ibu suruh kamu, bersihkan kandang Ayam?"

Setelah kalimat itu selesai, segera  Alvian bangkit dari tidurnya, ke kamar mandi walaupun bibir nya komat-kamit, kesal.

"Nggak pernah berubah," ucap Wati,
Kemudian, Wati melangkahkan kakinya ke arah lemari pakaian yang berdiri Kokoh di samping pojok kamar di bagian kiri, guna menyiapkan seragam sekolah Alvian.

"Alvian," ujar nya dengan suara yang sedikit tinggi. "Keperluan sekolah kamu, sudah ibu siap kan. Cepat mandi nya, nanti telat." tegur Wati melihat pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat, diiringi suara air yang berjatuhan ke lantai.

Setelah itu Wati keluar dari kamar putra nya, guna bersiap-siap juga berangkat kerja.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka lebar, lelaki yang sedang mengenakan handuk hijau muda, bergambar Dino tersebut, keluar dari kamar mandi.

"Ibu emang paling the Best," sembari ia melepaskan handuk yang melilit di pinggang sampai ke mata kaki nya tadi, dan ia ganti dengan memakai seragam sekolah putih abu-abu.

Setelah nya, jari telunjuk lelaki itu menunjuk ke kertas Hvs yang tertempel di dinding kamar nya untuk melihat jadwal pelajaran hari Senin.

Ia menatap malas ke mata pelajaran tersebut, setelah tahu kalau hari ini adalah pelajaran yang kalau bisa ia hindari akan ia hindari. Namun masalah nya pelajaran itu penting di kehidupan sehari-hari. "Matematika," ujarnya

"Matematika. Pelajaran pertama lagi," monolog nya. Yang sedang memasukan beberapa buku pelajaran  ke dalam tas sandang berwarna hitam polos.

Merasa sudah selesai ia melampirkan tas sandang itu ke bahu nya, tak lupa menyemprotkan parfum ke leher dan pergelangan tangan kiri nya.

Lalu ia keluar dari kamar menuju ke ruang makan. Sesampainya di ruang makan, hidung mancung nya sudah di suguhkan dengan bau masakan dari ibu nya yang tertata rapi di atas meja.

"Masakan ibu memang top, selalu saja bisa membuat perut ku ini minta di isi," ungkap ia memuji ibu nya yang sedang berjalan ke arah nya.

"Sudah muji ibu nya?" tanya Wati dengan senyum tipis.

Anak lelaki itu hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Itu fakta ibu, no tipu-tipu."

"Terima kasih putra ibu, yang sangat manis sejagat raya."

Seperdetik kemudian, dapat Alvian rasakan pipi kanan nya sedikit basah, akibat kecupan lembut dari Wati.

"Mari kita sarapan," ajak Wati dan duduk di kursi kayu, bersamaan dengan Alvian juga.















TBC.

.

Next?????????

Jangan lupa voment












ALVIAN NERO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang