19. IZIN SEKOLAH

35.1K 1.8K 40
                                        

Happy reading 💟🦕

Kalian apa kabar, nih? Sebelum membaca, vote dulu.




Film Upin Ipin di layar laptop itu, terus saja berputar di ruang keluarga, tanpa ada orang yang melihatnya. Karena, lelaki bertubuh pendek tersebut, masih berusaha membujuk keluarga nya untuk mendapatkan izin supaya kembali lagi masuk ke sekolah.

"Boleh, ya. "Alvian menyatukan ke dua tangannya, memohon. "Dad,Pa,Bang. Vian, mau sekolah." Seraya memandangi keluarganya satu persatu, dengan tatapan memelas.

"Tidak! Sekali, Daddy bilang tidak. Ya, tidak." Difta ingin beranjak dari ruang keluarga, tapi tertahan oleh Alvian. Yang memeluk kaki kanannya, jangan lupa kan tatapan permohonan itu, yang kini sudah mulai berair.

Melihat itu Arlo, langsung mengambil Alvian dan membawanya duduk di sofa ruang keluarga.

"Home schooling? Mau tidak?" tawar Arlo, mengusap bibir yang cemberut itu.

"Nggak mau," balas Alvian. Lalu, ia turun dari sofa, dan memilih mengejar Daddynya yang hampir sampai di depan lift.

"Daddy~" rengek Alvian, yang kembali menahan kaki Difta.

Alvian mendongakkan kepalanya, guna melihat wajah datar Difta. "Emangnya! Daddy mau, di gentanyangin Ibu?" mendengar itu. Difta sekuat tenaga menahan senyum nya.

Sedangkan lima pawang nya lagi, sudah terseyum tipis. Ada-ada saja pikir mereka. Jefan berjalan ke arah, Difta dan Alvian.

"Baiklah! Papa izinkan, tapi...," Seraya Jefan membawa Alvian ke gendongan koala nya, lalu ia kembali melanjutkan ucapan nya. "Jangan dekati Daddy mu itu."

Kalimat yang Jefan ucap kan, sontak membuat Difta menatap nya dingin.

"Apa-apaan kau? Tidak! Aku tak mengizinkan nya."

"Setuju," balas Alvian. Ia menyipitkan matanya ke arah Difta, sambil menunjuk mata Daddynya itu, dengan jari tengah dan jari telunjuk secara bersamaan, kemudian ia arahkan juga kepada dirinya sendiri.

"Kita kemusuhan, Dad."

"Jadi, Alvian mau permen lollipop nya, Daddy buang ?" ancam Difta.

Alvian langsung melihat ke arah Jefan, dan memberontak ingin turun. "Lepasin Al, Pa."

"Daddy buang, atau kalau perlu Daddy bakar." Senyum tipis terpatri di bibir Difta, melihat ekspresi wajah Alvian.

"Nggak jadi, kemusuhan nya!" seru Alvian. Yang sudah Jefan turunkan dari gendongan.

"Daddy...," punggung anak lelaki itu, terlihat bergetar. "Jangan di buang, Daddy permen lollipop nya."

Kemudian, Difta langsung saja memeluk tubuh Alvian. "Jangan nangis. Daddy hanya bercanda, mana mungkin Daddy buang."

Arlo, Bryan, Devan dan Ezio hanya menyimak pembicaraan mereka bertiga.

"Janji," sambil melingkarkan tangannya di punggung Difta.

"Ia Daddy janji."

ALVIAN NERO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang