23. DI HUKUM ARLO

29K 1.6K 67
                                        

Happy reading ❤️

Sebelum nya terima kasih kepada kalian semuanya dan maaf kalau cerita ku masih banyak kekurangan nya.🙂🤗

Jangan lupa vote ya. Terima kasih 🤗





Di dalam bathtub, Alvian sedari tadi mencipratkan air ke tubuh Abang nya itu, yang masih mengenakan pakaian kantor. Sedangkan Alvian, hanya memakai celana short.

Arlo hanya pasrah saja apa yang di lakukan adek nya itu. Beruntung, yang menyiraminya sekarang adalah Alvian kalau ke tiga Adek nya yang lain sudah beda cerita pasti.

"Sudah dek, sini biar Abang sabun dulu badan nya." Arlo ingin menyabunin Alvian, tapi ia mendadak emosi setelah mendengar satu kalimat keluar dari mulut Vian.

"Anjing banget Lo, Arlo. Gue kan, masih mau ma-"

"Sssssh, sakit Bang!" ringis Alvian. Di saat Arlo memengang erat pergelangan tangan bungsu Azegara tersebut.

"Coba ulang lagi, ucapan mu!" suara rendah dan dingin itu, membuat Alvian merinding. Di tambah lagi, Arlo menyeringai seakan ingin memakannya hidup-hidup.

"Ma- maksud Vian. Anjing yang ada di kan-" ucap anak lelaki itu terjeda, "sakit Bang." lirih nya. Ternyata Arlo semakin mengeratkan genggaman nya.

Satu titik air mata berhasil lolos di pelupuk mata kucing nya, tapi segera ia hapus dengan punggung tangan kirinya.

Huft

Arlo melepaskan genggaman nya, dan melihat pergelangan tangan Alvian yang sudah memerah. Bahkan, tercetak jelas bekas telapak tangan Arlo di sana.

"Cepat, selesaikan mandi nya." Alvian hanya diam. Ia membelakangi tubuh Arlo, agar memudahkan Abang nya itu untuk membersihkan keseluruhan tubuh nya.

Lelaki dingin itu, sangat telaten membersihkan keseluruhan tubuh Alvian, merasa sudah bersih.

Arlo langsung mengendong Alvian keluar dari bathub, dan mengambil handuk putih yang sudah tergantung di kamar mandi tadi.

"Angkat kaki sebelah, dan berdiri di pojok kamar mu. Jangan turun kaki nya sampai Abang keluar dari kamar mandi!" perintah Arlo. Seraya ia menurunkan Alvian dari gendongan dan mengenakan handuk ke badan Adek nya itu.

Dengan langkah yang gontai, Lelaki bertubuh pendek itu. Mengikuti perintah Arlo, ia takut melihat wajah datar Arlo kalau lagi marah.

"Iya, bawel banget. Sudah seperti mulut tetangga, berisik." gerutu Alvian, sambil membuka pintu kamar mandi.

Setelah melihat Alvian yang sudah mengikuti perintahnya, Arlo menutup pintu kamar mandi dan ia juga membersihkan dirinya.

Satu jam berlalu, memang Arlo sengaja berlama-lama di kamar mandi agar hukuman Alvian lama. Ia keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut basah, dan sudah memakai celana pendek yang bersih.

"Pendek," panggil Arlo. Tapi tatapan matanya mengarah ke punggung Alvian, yang memang mengangkat kaki kirinya.

"Pendek? Tunggu di kamar ini hanya ada Vian, dan kutub es?" gumam Alvian pelan.

"Yang lagi ngangkat kaki nya sebelah, ke sini dulu." sindir Arlo sambil mengeringkan rambutnya memakai hair dryer.

"Vian nggak pendek, Abang yang terlalu tinggi!" padahal sudah jelas, tubuh nya memang pendek. Namun, Alvian tetap mendekati Arlo, dengan bibir yang cemberut.

"Buktinya kan, memang pendek." Arlo menaik turunkan alisnya.

"Terserah!" Alvian melipatkan ke dua tangan nya di dada. "Awas saja, Vian bilang Daddy dan Papa nanti." sambung Alvian.

ALVIAN NERO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang