ALVIAN NERO [TERBIT]

22. CURHAT KE DOKTER ALEX

Happy reading 💟🦕

Seperti biasa vote dulu baru baca, selesai baca baru komen😁🤭 dan buat kalian semuanya, selalu jaga kesehatan. Tetap semangat juga, dalam menjalankan kehidupan.

Hidup itu penuh plot wist nya. Jadi, siap nggak siap kita semuanya di sini harus siap.

Oke gasss ke cerita

Difta dan Alvian pun sampai di rumah minimalis Dokter Alex. Sebenarnya bisa saja, Dokter Alex memiliki Mansion, tapi lelaki yang yang masih berstatus sigle itu selalu bilang.

"Buat apa rumah besar? Jika hanya diri kita sendiri penghuni nya."

Melihat mobil ada di rumah, tukang kebun Dokter Alex mendekati mobil tersebut. Karena, ia yakin itu mobil Difta sahabat tuan nya.

Ia mengetuk kaca mobil yang di sebelah Alvian, anak lelaki itu menekan tombol power window guna untuk menurunkan kaca mobil tersebut.

Tukang kebun menatap tanpa berkedip melihat wajah Alvian. "Lucu." Batinnya

Ekhem

Kode dari Difta, yang melihat tukang kebun itu, ia memandangi nya tajam. "Di mana Alex?" dingin Difta, tak suka orang lain menatap bungsunya seperti tukang kebun itu.

"A-ada di belakang rumah tuan, mari saya antar tuan!" balas tukang kebun itu gugup.

"Tak perlu, pergilah." Difta mengeluarkan ponselnya di saku celana, untuk menelpon Alex.

Alvian hanya diam, melihat Daddy nya. Tukang kebun tadi, sudah pergi dari sana menuju ke belakang rumah, ia ingin kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Di mana kau?" kata Difta dingin

"............"

"Aku ingin, kau yang datang ke sini langsung. Tidak menerima penolakan!"

Tut

Telpon terputus sepihak, oleh Difta. Lalu ia kembali memasukkan ponselnya ke saku celana.

"Dad." Merasa di panggil, Difta menoleh ke Alvian.

"Kenapa?"

"Daddy yang kenapa? Padahal, bapak tadi niatnya baik, loh! Sekarang Daddy malah suruh Dokter Alex yang ke sini."

"Tuan rumah yang seharusnya menyambut tamu, bukan orang lain." Difta mengelus rambut Alvian lembut. "Sudah jangan cemberut lagi, lihat Om Alex sudah datang."

Alvian memandangi wajah masam Alex, dengan tatapan polos nya. Beda lagi dengan Difta, ia tersenyum penuh kemenangan.

Tanpa izin dulu, Alex membuka pintu mobil itu langsung. "Ayok! Ikut Om, om punya banyak buah semangka."

"Jadi, kebun semangka itu milik Dokter?" ia sedikit memiringkan kepalanya ke kanan.

"Panggil Om saja. Iya punya Om!" ujar Alex bangga. Karena, ia tidak hanya memahami ilmu kesehatan, melainkan bidang perkebunan juga.