11.IBU PERGI

48.3K 2.6K 78
                                        


Happy reading 💟

Sebelum membaca. Seperti biasa Vote, Komen atau Follow akun ku.

Muna harap,semoga cerita ini menghibur kalian Semuanya.

Alvian menyandarkan kepalanya di bahu Difta dengan tatapan kosong, yang mengarah ke depan. Ucapan Ezio di ruang rawat nya tadi, masih terngiang-ngiang di pikiran Alvian.

"Ingat! Bang. Bi,Wati belom menikah. Jangan lupakan itu. Mungkin saja,Alvian di temukan oleh Bi Wati."

Kalimat itu,terus menghantuinya. Hari ini, Alvian sudah diperbolehkan pulang dan sekarang ia sedang bersama dengan Difta dan Ezio yang sedang menyetir mobil.

Hening!!

Hanya terdengar derum mobil, Alvian sibuk dengan pikirannya. Difta, yang terus-terusan memandangi wajah Alvian.

"Dad," panggil Alvian pelan. Tanpa, melihat lawan bicara.

Difta tak menjawab panggilan itu, ia hanya mengusap rambut Alvian lembut. Sampai, satu kalimat yang keluar dari mulut Alvian membuat Difta dan Ezio saling pandang satu sama lain sekilas.

Ezio segera menepikan mobilnya, hingga membuat mobil yang berada di belakang binggung.

"Kenapa Ezio berhenti?" tanya Bryan penasaran. Arlo yang duduk di kursi kemudian mengangkat bahunya acuh.

Deg

"vian, anak yang tak diinginkan ya, Dad! Bang Zio?" lirih Alvian. Ia menunduk kepala nya, sambil meremat celana pendek nya,yang berwarna hitam.

"hi, Boy. Kenapa berbicara seperti itu? Alvian itu, anak yang diinginkan." Difta berusaha melembutkan suaranya, agar Alvian tenang.

Ezio menghadap ke kursi belakang. "Maksud, adek apa? Bukankah, bi Wati sangat menyayangi, Vian?" Ezio mengerutkan keningnya melihat respon Vian yang menggelengkan kepalanya pelan.

"Ibu, Wati bukanlah Ibu kandung, Alvian! Vian sudah dengar apa yang Abang-abang bilang tadi, waktu di ruang rawat Alvian." Mata Alvian sudah berkaca-kaca menahan tangis.

Difta menatap tajam kearah Ezio, "dasar, ceroboh!" ucap Difta marah.

"Kapan? Perasaan tadi." Ezio ingat, Alvian tadi memejamkan ke dua mata nya. "Adek bukannya tidur?"

"Vian, tadi udah bangun. Sebelum Abang ngomong, kalau Alvian bukan anak Ibu Wati." Difta membawa Alvian ke pangkuannya, dan mengelus punggung yang mulai bergetar itu.

"Alvian, sekarang. Permata Azegara! kesayangan Azegara dan bungsu Azegara," balas Difta tulus.

Ya, ucapan itu benar adanya. Alvian Nero Azegara, adalah bungsu Azegara mulai sekarang dan selamanya.

"Jika, orang tua Vian tak ingin Vian ada di dunia ini? Tapi Azegara Family menginginkan Adek," tambah Ezio.

Alvian yang mendengar pengakuan itu, tak tahan lagi menahan isakan nya. Pertahanan, Alvian runtuh. Ia menangis terharu!

"Vian sa-yang kalian...," jawab Vian terbata-bata. Ia melingkarkan tangannya di pinggang ramping Difta, dan menumpahkan tangisannya.

ALVIAN NERO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang