4.MANSION AZEGARA

62.4K 3.3K 63
                                    

Happy reading 💟





Masa revisi, buat yang sudah baca muna saranin baca ulang lagi.

Favorit kalian siapa,nih?

Me:Alvian sama Ezio 🤭😁

4.MANSION AZEGARA

Semua mata Azegara Family terpaku, melihat lelaki yang berjalan di belakang Wati. Lelaki yang hanya memiliki tubuh 153cm itu,  sedikit menundukkan kepala nya dengan sambil memainkan kuku jari nya.

"Lucu,"gumam Devan. Terpana melihat Alvian.

Vicky dan Wati membungkuk hormat ke semua tuannya, Alvian hanya melihat polos ibu dan Vicky yang membungkukkan badannya. Walaupun begitu, Alvian juga ikut membungkuk hormat.

"Apa jenis kelamin mu?" tanya Ezio to the point, menurut Ezio Alvian adalah cewek.

Mendengar itu sontak membuat mereka kebingungan, Mereka saling tatapan satu sama lain.

"Kau, bocah!" Tunjuk Ezio dengan dagu lancipnya.

"Aku?", Alvian menunjuk dirinya sendiri, "tentu cowok."

"Hm."

"Saya pamit Tuan." Vicky pamit undur diri dari suasana yang gelap. Padahal, jam menunjukkan pukul 10.55 menit.

"Kau juga. Selesai kan saja pekerjaan mu," timpal Jefan dingin.

"Baik, Tuan." Wati ingin beranjak pergi, tapi mendadak urung. karena, merasakan baju kerjanya seperti ada yang menarik.

"Vian, bagaimana? Masa di tinggal gitu saja." Alvian memayunkan bibir nya ke bawah, dan menatap melas ke arah ibu nya.

Pemandangan tersebut, tak lepas dari tatapan Azegara Family.  Ezio bangkit dari duduknya, untuk mendekati lelaki mungil itu.

"Hei anak kecil, tidak perlu takut, Ibu mu kan mau kerja. Kamu di sini saja, bersama Abang." Ezio mengulurkan telapak tangannya ke arah Alvian.

Wati memberi kode ke Alvian, dengan gerakan kepala nya untuk mengikuti apa perkataan tuan mudanya.

Namun, Alvian hanya diam. Tak ingin mendengarkan ucapan Ezio, maupun ibu nya. Mengerti akan keterdiaman putra nya, wanita itu berjongkok di hadapan Alvian. dan mengelus pipinya, menatap lekat mata yang sudah berkaca-kaca tersebut.

"Sayang, mereka baik. Nggak jahat, kok! Nanti, kalau Ibu sudah menyelesaikan pekerjaan Ibu, kita pulang ke rumah, ya?"

"Dengarkan apa kata Ibu mu. Ayok!" ajak Ezio lagi, dengan tangan kanannya yang masih ia ulurkan ke arah lelaki itu.

Dan kini Alvian menurut, memandangi punggung Ibunya yang kian menjauh sampai tak terlihat lagi di matanya.

"Anak yang polos dan lugu, seperti nya!" batin Difta.

Ezio membawa Alvian kepangkuan nya, dan mengelus rambut Alvian lembut. Apakah keinginan untuk memiliki Adek akan terpenuhi?

"Abang nggak belok, kan?" Cicit Alvian takut.

ALVIAN NERO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang