7.PAPA ATAU DADDY

65.3K 3.3K 73
                                        

Happy reading 💟

Sebelum membaca cerita Alvian,ini. Harap tinggalkan jejak kalian,oke!

Dengan Vote,Komen atau Follow akun ku.

Voment Kalian itu, semangat ku💟❤️

Kalau bisa, setiap paragraf nya kalian komen. Beri tahu Muna yang typo nya, agar segera Muna perbaiki.

Siang berganti malam. Bulan purnama bersinar dengan terangnya, ditemanin oleh beribu bintang di Langit nan gelap itu.

Rasanya sungguh canggung bagi Wati. Karena,ia kini sedang makan malam bersama Azegara Family dan Alvian.
Sebenarnya,hanya Alvian yang ikut gabung,tapi Alvian yang meminta ke Difta agar sang Ibu juga ikut bergabung. Dan pastinya tidak ada penolakan bagi Difta.

"Besok,Alvian sekolah 'kan?" tanya Alvian yang tidak tahu kepada siapa. Namun,mereka semua yang di ruang makan mendengar kan perkataan Bocah bertubuh mungil itu.

"Selesaikan makan mu dulu,Alvian." Suara dingin Arlo, membuat suasana makan malam itu,sama seperti makan malam sebelum, Alvian datang ke Mansion. 'hening'!

Lalu,mereka kembali melanjutkan makanannya.

🦕🦕🦕

Di bawah naungan pohon, terlihat lelaki paruh baya Sedang duduk di kursi taman,yang sudah tidak ada lagi pengunjungnya. Ia mengeras kan rahangnya,dengan tangan yang terkepal kuat, sampai-sampai urat tangan nya terlihat jelas.

"Jadi,dia masih hidup? tanya Lelaki itu,pada dirinya sendiri.

Dia,baru saja mendapatkan laporan dari Bodyguard kepercayaan nya. Bahwa anaknya masih hidup.

"Anak itu harus mati. Bagaimana pun caranya. Ia hanya lah benalu, bagi keluarga ku." Lalu,ia bangkit dari duduknya dengan emosi yang meluap-luap.

🦕🦕🦕

"Alvian,mari kita tidur!" Ajak Difta melihat jam di pergelangan tangannya,sudah menunjukkan pukul 22:45 menit.

Alvian, mengeluarkan permen Lollipop dari mulutnya, "nanti." Lalu,ia kembali memasukkan permen Lollipop itu ke mulutnya.

Huft

Difta menghela nafas sabar, ingat kan. Kalau Difta itu tempramental. Namun, demi Alvian tak apa.

Alvian menjadikan paha Ezio sebagai bantal alas kepalanya, dan kaki putih nan mungil itu ia sengaja selunjurkan di paha Arlo.

Arlo hanya diam, malahan ia sedikit memijat Kaki Alvian yang sangat pas di genggaman tangan Arlo.

"Malam ini, Vian tidur bersama ku," ucap tak berdosa itu keluar dari mulut Jefan.

"Tidak ada. Ia tidur bersama ku," jawab Difta tak mau kalah.

Mendengar itu,yang sedang diperebutkan hanya asyik mengemut permen Lollipop nya. Dan empat Tuan muda Azegara,tak menghiraukan perdebatan dua duda itu.

"Nggak ada. Pokoknya, Alvian tidur bersama ku," ujar Difta geram.

"Jangan egois, Difta." Persetan bagi Jefan memanggil Difta dengan sebutan Kakak.

Difta menatap tajam setajam silet ke arah Jefan. Rahangnya mengeras, sampai terdengar suara gigi Difta beradu.

"Alvian, tidur dengan Daddy malam ini. Besoknya lagi, baru dengan Papa." Putus Alvian.

Jefan berlalu pergi meninggalkan mereka, setelah mendengar ucapan Bocah cilik itu. Alvian yang melihat respon Papanya itu,merasa tak enak hati.

Ia mendekati Daddy nya, "Daddy, gendong." Dengan ke dua tangannya ia angkat ke hadapan Difta.

Difta menatap gemas Alvian. Lalu, tanpa pikir panjang Difta mengendong Alvian ala koala. Dan pergi ke kamarnya. Karena, kamar Alvian belom selesai di renovasi.

Setelah peninggalan Difta,Jefan dan Alvian. Kini, tinggal hanya mereka berempat di ruang keluarga.

"Apa kita salah,ya? Kalau mengambil hak asuh Alvian dari Bi Wati?" ungkap Ezio.

Mendengar itu,Arlo,Bryan dan Devan. Jadi,semakin diam. Karena,yang mereka tahu Alvian adalah putra semata wayangnya Bi Wati. Tanpa tahu yang sebenarnya.

"Menurut Aba...," Ezio menatap kepergian ke tiga Abangnya. "Benar-benar,ya! dasar,kutub Utara," gerutu Ezio.

Difta mengelus-elus bahu Alvian lembut, agar Alvian cepat tertidur. Mata kucing itu, sudah mulai sayu dan akhirnya tertutup.

"Have a nice dream son." Lalu,Difta melangkah sangat pelan agar tak menimbulkan suara sedikitpun. Difta mematikan semua lampu kamar nya, termasuk lampu tidur di atas nakas.

Tanpa tahu, apa yang akan terjadi nanti.






Dengan nafas yang terburu-buru,Alvian terbangun dari tidurnya. 'gelap'! Itulah, yang pertama kali Alvian lihat.

Keringat dingin mulai bercucuran, tubuh Alvian pun sedikit bergetar ketakutan sambil memanggil-manggil Ibu-nya.

Namun,Wati tak kunjung datang. Seperti nya,Alvian lupa di mana ia sekarang. Alvian menatap sekelilingnya. Tapi yang ia lihat hanya bayangan gelap bermacam rupa,di penglihatan nya.

Kemudian,Alvian menyelimuti seluruh tubuh nya dengan selimut tebal, sambil menahan tangisannya.

Tes

Tes

Difta merasakan, punggung tangan nya basah. Lalu mata elang itu, terbuka lebar. Dan melihat, gundukan di atas kasur nya.

Difta bangkit dari kasur nya,dan memencet saklar lampu kamar. Betapa terkejutnya,Difta melihat selimut tebal berwarna putih itu, sudah ada bercak noda merah setelah lampu kamar hidup.

Ia buru-buru mendekati gundukan itu, yang Difta tahu itu pasti Alvian. Tapi kenapa,Alvian menyelimuti seluruh tubuh nya? Dan apa ini darah? Pikir Difta.

"Sayang kena...," ucapan Difta tak terselesaikan setelah ia menarik selimut. Dan apa yang Difta lihat.

Wajah Alvian yang sudah berlumuran darah,yang keluar dari hidung sedikit mancung itu. Wajah Alvian pucat pasi di tambah bibir nya yang sekarang sudah membiru. Belom cukup di situ,nafas Alvian juga tak beraturan.

"Alvian,kamu dengar Daddy 'kan?" Difta merengkuh tubuh lemah Alvian dan menepuk-nepuk pelan pipi putih kesayangan nya.

Sedetik kemudian,Difta mengendong Alvian ala bridal style untuk ia bawa ke rumah sakit.






TBC

Aduh kasihan sekali Alvian.

Nggak tega sebenarnya,tapi mau gimana lagi.

Menurut kalian bagaimana?

Di sini ada yang phobia gelap, nggak????

Papai













































ALVIAN NERO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang