12.MENJADI SASARAN

45.3K 2.5K 47
                                        

Happy reading 💟

Selesai pemakaman Wati tadi, Alvian hanya diam di pangkuan Ezio. Yang di mana membuat lima pawang Alvian kepanasan. Padahal AC di kamar Difta nyala.

Ezio menyandarkan punggungnya ke bed headboard, sambil tangan kanannya mengelus-elus punggung Alvian. Arlo dan Bryan hanya duduk di sofa kamar, sembari memainkan ponselnya.

Difta,Jefan dan Devan berdiri di ambang pintu, dengan tangan yang terlipat di dada mereka bertiga.

"Adek mau apa sekarang?" tanya Ezio lembut.

Alvian hanya membalas dengan gelengan pelan. Ia tak ingin apa-apa sekarang, yang ia mau ibu nya kembali lagi.

Namun, itu tak mungkin terjadi!

"Abang ikutin semua kemauan, Adek!" bukan Ezio yang bersuara, melainkan Arlo. Lelaki yang memiliki tatapan setajam elang itu, tak tega melihat Adek bungsunya seperti sekarang.

Sedangkan, yang di tanya hanya diam. Seolah-olah tak mendengarkan ucapan Abang nya tersebut.

Isakan kembali terdengar. Membuat mereka berenam sudah seperti orang bodoh. Tak tahu harus apa!

Padahal sudah di bujuk-bujuk dengan materi dan juga jajanan kesukaan Alvian itu sendiri. Tetap saja, hanya gelengan yang mereka terima.

Sepatah kata pun, belom keluar dari bibir pink itu. Difta dan Jefan mendekati Ezio dan Alvian.

Defan ingin mengambil alih Alvian dari pangkuan Ezio. Namun, Alvian malah memengang kemeja hitam Ezio erat.

"Jadi, Alvian mau nya apa?" ujar Difta dengan nada yang memulai meninggi.

"Dad!" tegur Ezio. Memberi kode agar bisa menahan emosi.

Huft

"Tuhan. Tolong beri aku kesabaran!" Batin Difta. "Adek, mau jalan-jalan?" lanjut Difta selembut mungkin.

Difta kembali mengambil alih Alvian, tapi langsung di tepis oleh Alvian kasar. "Daddy, ja-hat." jawab Alvian dengan isakannya.

"Iya,ya. Daddy jahat, jahat sekali." Setelah mengatakan itu, Difta lebih memilih keluar dari kamarnya. Dari pada, Alvian yang menjadi sasaran emosi nya.

Arlo dan Bryan melihat kepergian Daddy nya, juga ikut keluar. Tapi sebelum itu, Bryan mendekati Ezio terlebih dahulu dan mengarahkan kepalanya ke telinga Ezio.

"Bujuk Adek! Kita percaya sama kamu," bisik Bryan.

Ezio pun tak yakin, yang namanya kehilangan pasti sakit rasanya. Apa lagi ini, ibu. Ya, walaupun Wati bukanlah Ibu kandung Alvian!

Devan yang sedari tadi di ambang pintu, melangkahkan kakinya mendekati Ezio dan menepuk pundak Ezio.

"Kalau kamu bisa, apa pun Abang lakukan." Mendengar ucapan Devan, terbesit rencana aneh di pikiran Ezio. Devan sangat jarang menawarkan permintaan seperti tadi. Jadi, harus Ezio manfaatkan sebagus mungkin.

"Papa yakin, anak Papa bisa!" setelah itu, Jefan mencium puncak kepala Alvian. Dan ingin juga, mencium kening Ezio. Tapi, langsung di beri tatapan tak bersahabat dari Ezio.

ALVIAN NERO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang